Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Dante akhirnya setelah mengejar Jeslin saat itu. Akhirnya Dante dapat mengejar Jeslin dan menangkap wanita itu. Dante langsung menggendong Jeslin, membawa wanita itu langsung masuk kedalam mobil pada saat itu. Sedangkan Jeslin meminta untuk dilepaskan saat itu.
"Hei lepaskan aku Dante. Aku tidak ingin bersama kamu lagi ...," seru Jeslin saat itu.
"Ti-Tidak aku tak akan melepaskan kamu," jawab Dante saat itu. Pria itu memberikan perintah kepada Irwan sopirnya, untuk membawa mobil pada saat itu. Sedangkan dirinya tetap menekan tangan Dante saat itu.
"Irwan tolong kamu bawa mobil. Saya tidak kuat untuk membawa mobil," perintah Dante saat itu.
Siapapun yang diperintahkan oleh Dante harus cepat langsung bergerak. Tidak boleh membantah setiap perintahnya. Dante menunjuk kearah Jeslin saat itu dan mengatakan wanita itu sangat keras kepala.
"Baik, Pak," jawab Irwan.
Didalam mobil saat itu Dante langsung meminta wanita itu, jangan bersikap seperti yang tadi. Bisa menyebabkan bahaya besar, jika siapa pun dijumpai olehnya. Membuatnya ingin bertemu dan menanyakan setiap kasus yang ada dalam penjara hutan tersebut.
"Dengar omongan saya ...." Dante meminta wanita itu untuk mendengarkan omongan dirinya.
Jeslin tetap tidak peduli, wanita itu tetap membuang muka saat itu. Melihat kearah luar mobil, lalu membuka kaca mobil pada saat itu. Jeslin berpura-pura tidak mendengarkan omongan pria itu.
"Hei kamu dengar atau tidak ...?"
Dante semakin dibuat jengkel dengan tingkah Jeslin saat itu. Pria jahat ini berusaha untuk mengelus dada pada saat itu. Bahkan, mencoba untuk sabar kepada wanita hamil saat itu.
"Iya. Kamu mau bicara apa, cepat katakan!" seru Jeslin.
"Status kita saat ini sebagai suami istri. Jadi apapun yang saya lakukan di luar. Tak ada hak istri untuk ikut campur. Kamu tidak boleh menanyakan apa kesalahan fatal yang dilakukan oleh orang yang aku tahan." Dante murka jika Jeslin bertanya tentang mereka.
Jeslin menghela nafas saat itu, dirinya mengerutkan kening pada saat itu. Jeslin merasa sakit hati. Jika hubungan keduanya saat ini, hanya sebuah formalitas belaka saja. Jeslin punya rasa iba terhadap siapa pun, termasuk kepada orang lain yang tidak bersalah harus mendapatkan hukuman.
"Aku pantas ikut campur! Ketika Orang tidak bersalah kamu hukum. Saya masih mempunyai hati nurani," pinta Jeslin dengan jelas saat itu.
"Ini sok keras dan menantang suami. Kamu bilang tidak bersalah mereka? Kamu tahu mereka telah menjadi penyusup, mereka harus mendapatkan balasan dari saya," seru Dante tidak terima, ketika ada orang yang ingin berbuat jahat kepadanya.
"Kamu saja jahat sama orang lain. Bagaimana orang lain tidak punya dendam kepada kamu." Wanita itu menyerukan Dante sangat kejam dan pantas untuk mendapatkan balasan itu.
Saat itu Dante langsung tersinggung mendengar ucapan wanita itu. Dia tidak ingin jahat kepada orang lain. Hanya saja orang yang selalu berbuat jahat kepada mereka. Sehingga dirinya harus memberikan hukuman kepada orang itu.
"Saya tidak jahat kepada orang lain. Saya jelaskan kepada kamu, bahwa saya tidak pernah jahat kepada orang lain," jawab Dante dengan tegas saat itu.
"Kalau kamu tidak jahat, mengapa orang lain berniat ingin melukai kamu? Pasti ini semua berawal dari kamu yang jahat kepada orang!" Jeslin marah-marah kepada Dante yang sangat kejam pada saat itu.
Dante tak bisa menahan lagi kesabarannya. Sejak tadi kesabarannya diuji oleh wanita itu, sehingga membuat Dante langsung seketika menjambak rambut wanita itu didalam mobil. Jeslin berteriak kesakitan dan wajahnya sangat merah padam saat itu.
"Hah sakit ...," ucap wanita itu saat itu.
"Berani kamu melawan saya. Maka saya tidak segan lagi untuk mengurung kamu sesampainya di rumah," seru Dante saat itu, masih menjambak rambut wanita itu.
Akhirnya Jeslin terdiam saat itu. Dia tidak berani lagi untuk melawan pada saat itu. Sepanjang perjalanan ketika kejadian rambut Jeslin dijambak, keduanya didalam mobil pada saat itu tidak ada bertegur sapa. Jeslin tak bisa lagi bersuara karena Dante mengancam, akan memberikan pelajaran kepada wanita itu jika bersuara lagi.
Sedangkan Irwan sopir pribadi Jeslin saat itu. Hanya bisa diam melihat keduanya ribut dan bersikukuh saat itu. Irwan sudah memahami bagaimana karakter bosnya selama ini. Jika mereka berani menyerukan pendapat, maka dirinya tidak akan segan-segan akan dipecat dari pekerjaan.
Sesampainya di rumah Dante meradang. Langsung turun dari mobil dan membanting pintu mobil saat itu. Dante meninggalkan Jeslin didalam mobil, tidak membantu wanita itu turun dari mobil. Dante langsung masuk seorang diri kedalam rumah. Sedangkan Irwan menoleh kearah Jeslin. Merasa kasihan kepada wanita itu, sehingga rasa sedihnya hanya bisa dipendam saja.
Sesampainya didalam rumah Dante mengeluarkan koper milik Jeslin saat itu. Wanita itu terkejut ketika Dante mengeluarkan 2 box koper saat itu. Dante meminta Irwan untuk mengasingkan wanita itu. Dante menyuruh sopir pribadinya, untuk membawa Jeslin ke apartemen satu lagi. Dante malas bertemu dengan Jeslin selama satu bulan ini.
Pria itu akan menetap di rumah itu selama satu bulan. Sedangkan istrinya akan tinggal di apartemen miliknya saja. Apartemen itu sangat mewah, semua dilakukan Dante demi membuat wanita itu nyaman dan tidak stres dimasa kehamilan.
"Ini koper saya, Dante. Kamu mengapa mengeluarkan 2 box koper saya?" tanya Jeslin menatap dengan heran saat itu.
"Kamu tinggal di apartemen saja. Saya tidak mau melihat kamu disini selama satu bulan. Demi menghindari keributan diantara kita. Di apartemen punya saya tempatnya mewah, jadi kamu bisa tinggal disana. Supaya kamu juga bisa rileks seperti liburan disana. Saya kasih kamu kebebasan disana ...," jawab Dante, telah menyediakan apartemen untuk Jeslin saat itu.
"Ba-Baiklah. Kamu serius menyuruh saya untuk tinggal di apartemen???" tanya Jeslin matanya melotot kearah Dante.
"Saya serius. Ini yang kamu mau selama ini. Kamu pengen kebebasan dari saya. Sekarang saya sudah membebaskan kamu di apartemen sendirian. Nanti! Saya akan perintahkan Bibi Ina untuk tinggal disana. Untuk menemani kamu disana dan menyediakan makan untuk kamu disana." Dante begitu perhatian kepada Jeslin, walaupun dirinya juga mempunyai hati yang sangat keras.
"Serius ...?" tanya Jeslin masih tak percaya. Ada apa gerangan Dante, menyuruhnya untuk pergi saat itu.
"Serius. Saya tidak bohong kepada kamu."
Akhirnya Jeslin menuruti apa keinginan Dante saat ini. Hati Dante saat ini sedang meradang. Tidak pantas untuk dilawan pria itu. Bisa menimbulkan pertengkaran diantara mereka. Jeslin orangnya malas ribut kepada siapapun. Akhirnya dia hanya memilih untuk nurut saja kepada Dante. Jeslin menghela nafas, sulit baginya untuk tinggal di apartemen karena belum mempunyai pengalaman.