Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Warna biru
"Gak diapa apain sama Aren kan?" pekik khawatir Ara memenuhi ruang santai Kalvin
Lisya terkekeh geli lalu mengeluarkan ekspresi cemberutnya "gue digodain" ujarnya mengadu pada Ara. Btw Lisya sudah mengakrabkan diri dengan mereka biar kelihatan natural
"Gak dipegang pegang kan?" kalian ini Sasya yang berucap
"Anjir khawatir banget gue bawa temen lo pada" Aren menatap mereka dengan ekspresi sinisnya
Ara melotot galak "oh jelas, tampang kayak Lo susah dipercaya" lalu Ara menatap Lisya "sini sya, kita kerjain kerajinannya. jangan duduk dekat buaya!" sambil menepuk tempat disebelahnya sambil duduk bersila
Alan dan Kalvin tertawa melihat ekspresi masam Aren "beneran gak lo grepe grepe kan?" ujar Alan mungkin mengejek
"Anj lo semua. Anaknya gue bawa dalam keadaan masih aman mulus bersih masih aja ditanya tanya"
mereka duduk melingkar di atas karpet dengan bahan bahan kerajinan yang berserakan di tengah-tengah mereka.
"Kalian bikin apa Vin?" tanya Ara
"Sama aja dengan kalian" jawab Kalvin
"Emang boleh?"
"Kan gak ada larangannya"
Ara hanya memangut mangut saja. Lalu mulai membuka plastik yang berisi stik es. Mereka memulai membuat strukturnya sesuai dengan referensi yang mereka ambil di aplikasi yt.
Jika diperhatikan anggota kelompok Lisya juga cuma 4 orang sama seperti dengan kelompok Seira. "Ketua kelas kita mana?" ujar Lisya setengah berbisik pada Ara
"Gak bisa ikut karena ibunya masuk rumah sakit. Toh kami gak terlalu permasalahan sih walau nanti nilainya bakal sama. Lo gak masalah kan?" ujar Ara
"Gakpapa kok" balas Ara dengan cepat
"Ini lem kok gak lengket" sungut Alan pada stik es yang sudah lepas lagi dari miniatur nya yang baru di buat
"Kurang lo teken ini" ujar Aren lalu menekan stik es itu dengan tenaga dalam hingga patah. Tak hanya stik es itu yang patah melainkan semua yang sudah tertempel jadi lepas dan berserakan semua
Revan menatap Aren dingin sedangkan Seira langsung bersandar di bahu Revan dengan ekspresi lelah karena punya teman kelompok yang gak guna.
"Si bangsat seriusan kalau mau ngebantu" Alan mencekik leher Aren tapi tak sampai membuat temannya hilang nafas. Walau sebenarnya sangat ingin karena lelah punya teman spek Aren.
"Gak sengaja weh" Aren terkekeh walau kepalanya pening karena diguncang oleh Alan. Aren menoleh pada kelompok Ara "Vin, gue pinjem temen lu satu buat bantuin kita"
"Enak aja bikin sesuai kelompok lah" celetuk Sasya menyahut
"Sasya, bantuin aja plis. Capek gue punya dua anak buah prik" Seira memohon dengan tetap merangkul Revan
"Sialan, gue kena mulu" umpat Alan karena ia juga dikatai prik
"Kitakan bestie" ujar Aren lalu membuat pose saranghaeyo dengan telunjuk dan jempolnya. Jangan lupakan kedipan menjijikan yang membuat jiwa iblis Alan keluar dan ingin mencekiknya lagi
"Gue sama Kalvin mau tetep bikin berdua, Lo aja sana Sya" ujar Ara
Dua orang dengan nama panggilan belakang nya sya itu menoleh. Lisya dan Sasya saling melirik dan menyadari jika memiliki panggilan yang sama
"Lo aja sana"
"Lo aja ya?"
Ujar Lisya dan Sasya bersamaan
"Lisya cantik, Lo taukan tingkat kebencian gue sama Alan. Hehehe lo aja ya" pinta nya dengan berbisik
Lisya menghela nafas "iya deh iya" ujarnya pasrah. Sebenarnya ia juga malas dengan Aren tapi juga tidak tau mau menolak bagaimana
"Lisya aja yang nolongin nih" ujar Ara pada Lisya yang mulai berjalan dengan lutut tertekuk ke arah kelompok Seira
"Semangat empat lima gue" ujar Aren lalu duduk tegap lalu mengambil posisi duduk di sebelah Lisya. Lisya duduk ditengah tengah Aren dan Alan sedangkan Seira dan Revan disamping atau tepat dihadapan Lisya.
"Coba liat videonya" pinta Lisya
Seira langsung menyodorkan ponselnya yang berisi video pembuatannya. "Gue gak bisa kasih lem takut lengket ke kuku gue. Nyuruh Alan sama Aren ya jadi gitu, ambradul semua"
Lisya mengganguk saja lalu mengambil beberapa stik es dan lem. Ia mulai membangun bagian dinding-dinding nya. Alan yang peka langsung memegang kerangka itu dan Aren yang memberi stik es nya. Sedangkan Seira dan Revan membuat kerangka yang lain, tentunya Revan yang memberi lem
"Emang cakep anaknya" ujar Alan yang menatap Lisya
Lisya yang sedang memberi lem pada stik es yang disodori Aren melirik singkat lalu tersenyum tipis dan melanjutkan kegiatannya. "Makasih loh" ujar Lisya
Alan hanya memalingkan wajahnya, ditatap cewek cantik itu selalu membuat orang berdebar.
"Lo pengen jadi saingan gue" Aren memicing pada Alan untuk memberi kesan intimidasi
"Kalau ceweknya Lisya, gas! kita gelud sekarang juga" Alan dengan menantang nya mengeluarkan ekspresi tengil
"Arghh" pekik mereka berdua bersahutan
"Tolongin bukan malah main tantang tantang" ujar Lisya usai mencubit pinggang dua lelaki yang membuat kepalanya pusing. Lisya tahu ia cantik tapi jangan alay seperti itu juga.
Mereka berdua hanya cengengesan lalu Lisya memberi kerangka itu pada mereka berdua. "Coba kalian yang selesein" ujarnya
"Asiap, cantik"
Lisya memperhatikan Aren dan Alan yang melanjutkan kerangka miniatur rumah itu. Sesekali turun tangan jika mereka berdua akan cekcok lagi
"Mau juga dong sya" pinta Alan pada Lisya yang sedang memakan keripik dengan bumbu balado itu
Lisya dengan polosnya mengambil satu keripik dan menyodorkannya pada Alan. Tangan Alan terangkat memegang tangan Lisya dan membimbing keripik itu masuk dalam mulutnya.
"Makasih"
"Fuck! Lo beneran ngajak gue duel" ujar Aren lalu menaikkan lengan bajunya
Lisya memutar bola matanya malas lalu menyuap keripik dalam mulut Aren "udah? Sana selesein lagi"
Aren yang hendak misuh misuh mendadak tenang dengan ekspresi cerianya "Gue disuapin juga tanpa diminta" ejek Aren pada Alan
Seira hanya menatap jengah pada Alan dan Aren. Tau aja mereka yang berdua yang cantik, eh- cantikan guelah
"Yeayy tinggal di cat aja lagi" pekik girang Seira melihat miniatur mereka sudah jadi
"Ra, miniatur kalian warna apa?" tanya Seira
"Warna hijau tua biar mirip rumah Upin Ipin"
Seira menggangguk lalu memikirkan sejenak warna yang bagus, ia suka warna pink tapi mana mau cowok cowok ini menerimanya.
"Menurut kalian rumahnya bagus warna apa? kalau gue sih maunya warna pink" tanya Seira menatap Aren, Alan dan Lisya
"Serah aja sih" jawab Alan
"Gue ngikut aja, warna kesukaan Lisya aja deh kan dia yang nolongin" jawab Aren
"Gue sih suka warna biru cuma kan itu punya kalian jadi terserah kalian aja. Pink juga bagus kok" balas Lisya
Seira mengangguk lalu menatap Revan "kalau kamu Van?, Aku sih gakpapa kalau warna hitam, kan warna kesukaan kamu"
"Biru aja" jawab singkat Revan tapi mampu membuat Seira ngeblank
"Nah setuju aja sih" ujar Alan
"Yaudah lanjut cat" Aren memegang kuas lalu dengan semangat mengambil cat warna biru.
"Beneran mau warna biru?" tanya Seira ragu-ragu
Revan mengangguk mantap "Lo keberatan?" tanya Revan dan dibalas gelengan oleh Seira "bagus deh" balas Revan
"Aaa muka gue!" Pekik Lisya dengan pipi yang sudah dilumuri cat warna biru tersebut
"Maaf, yayang" ujar Aren dengan panik karena ulahnya yang melentingkan kuasnya hingga cat itu menempel pada pipi Lisya.
"Yang bener dong" rungut Lisya menggosok pipinya
"Ini kan cat permanen ya gak bakal ilang. Btw lo keliatan kayak bocah TK baru selesai ngelukis" ujar Alan memperburuk keadaan membuat Lisya melotot lau mencelupkan 3 jaringannya dalam cat dan mengoleskan pada pipi Alan
"Kok gue yang kena" Alan melotot horor
" Siapa suruh ngatain bocah TK" ujar Lisya menantang dan mengangkat wajahnya tengil
Alan membalasnya tapi salah sasaran karena yang kena malah wajah Aren. Yang dilemparkan adalah satu tempat yang kecil cat warna hijau yang sudah dicampur banyak air karena mereka mainkan tadi jadi sangat cair hingga melumuri wajah Aren dan menetes ke lantai rumah Kalvin. Itu ulah Lisya karena membawa kepala Aren untuk melindungi wajahnya
Hening hingga tawa Lisya menggema di rumah itu " hahahaha mirip adudu" ujar Lisya dengan tawa lepas diikuti tawa mereka semua
Aren melotot lalu mencolek cat lagi di hidung Lisya. "Eh gue juga belum" mencolek cat warna pink pipi Lisya
"Temen gue jangan diapain" pekik Ara
"Biarin, temen lo juga salah" ujar Kalvin menatap perang cat itu
"Seru juga ya Ra, hehehe" ujar Sasya lalu terkekeh melihat ekspresi panik Lisya. Sedangkan Ara hanya menghela nafas dan ikut menonton saja. Lihat saja kalau Lisya sampai nangis, Aren dan Alan akan Ara sumbat mulut mereka dengan cat cat ini
"Lah kenapa malah ngebales ke gue semua" jerit panik Lisya lalu hendak main tangan tapi malah ditahan oleh Aren
"Bagus tahan terus ren" ujar Alan lalu membuka cat yang baru
"Alan! Jangan macam-macam entar gue remes muka lo" ancam Lisya
"Waduh kacau guys, mainya remes remes" ujar Alan dengan otak sengklek nya lalu tertawa
"Aren, kan yang lempar catnya Alan. kenapa gue yang diginiin?" rengek Lisya masih menghindari wajahnya yang menjadi sasaran Alan
"Jahat banget lo yang jadiin wajah gue tameng tadi"
"Gak terima? katanya mau jadi cowok gue? Kok gak mau berkorban" ujar Lisya cemberut
Aren yang mendengar itu melepaskan tangan Lisya lalu mendorong Alan kasar hingga terjungkal kebelakang dengan cat ditangannya yang tumpah ke lantai.
"Seriusan gue jadi cowok lo?"
Lisya menahan senyumnya melihat wajah serius Aren dengan warna hijau "perasaan gue gak bilang gitu deh lagian mana mau gue sama alien" pekik Lisya berlari dan bersembunyi di belakang punggung Ara.
"Apa lo?" Ujar Ara galak melihat Aren yang mendekat.
Alan yang tadi terjungkal malah menarik Aren dan gelud bersama Aren. Mereka semua tertawa terhibur kecuali Seira yang sibuk overthinking sendiri.
Ya, Seira sedang overthinking cuma karena cat warna biru
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan