My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Pesona Malam, Pesona Langit.
...Kenapa semua yang ada dalam diri kak langit mengingatkan gue dengan Savero. Tatapan matanya, perhatian juga di saat Kak Langit mengusap rambut gue, itu sama persis dengan apa yang selalu Vero lakuin ke gue....
-----------------------------------------------_
Sebagai rasa sopan, Langit berpamitan kepada kedua orang tua Aleta untuk mengajak putri mereka keluar malam ini. Leta tampak tertegun bagaimana Langit meminta ijin kepada Daddy juga Mommy nya.
"Hati-hati pulangnya jangan malam-malam ya" Ucap Melisa tersenyum menatap Leta yang masuk ke dalam mobil setelah Langit membuka pintu mobilnya.
"Om, Tante permisi."
Doni juga Melisa mengangguk dan menatap mobil Langit yang melaju keluar.
"Daddy bahagia lihat Aleta kembali ceria."
"Langit seperti nya sudah merubah Leta Dad, apa Langit menyukai Aleta ya?"
"Langit laki-laki yang baik, dewasa dan seperti nya dia juga bertanggung jawab Mom."
Melisa mengangguk setuju dengan ucapan Doni, kalaupun mereka dekat sudah pasti Melisa akan merestui hubungan mereka.
"Ya sudah kita masuk" Ajak Doni memeluk pinggang Melisa dan mereka berjalan masuk.
Di dalam mobil, Leta tampak diam menatap jalanan begitupun dengan Langit yang tampak fokus.
"Mau kemana?"Ucap Langit tiba-tiba membuat Leta menoleh.
"Kakak Lapar gak?"
Langit mengernyit dan sedikit menoleh ke samping, Leta masih tampak menatapnya.
"Lo lapar?"
Leta mengangguk "Tapi pengin bakso."
Langit semakin bingung, namun melihat Leta yang seperti ini membuatnya tidak tahan untuk tidak gemas apalagi melihat wajah Leta juga nada bicara yang terkesan manja.
"Bakso dimana?"
"Em,, sebenarnya pengin yang dekat kampus tapi jauh."
"Kita ke sana."
"Eh kak, gak usah kita cari yang dekat aja."
"Lo pengin bakso di sana kan?"
Leta terdiam, kenapa bisa dia malah minta makan bakso di sana. Sementara jarak rumahnya dengan kampus cukup jauh.
Langit menoleh, tangannya reflek mengusap pucuk rambut Leta. "Kenapa hm?" Ucapnya membuat Leta mengerjakan matanya dengan tingkah Langit.
"Gapapa" Ucapnya langsung menatap lurus.
Langit mengangguk dan melajukan mobilnya.
Sekitar 25 menit, mobil berhenti di seberang warung bakso yang tampak masih ramai.
Langit menatap Leta yang tampak melihat keluar.
"Tapi ramai" Ucapnya cemberut.
"Coba dulu."
Leta mengangguk dan mereka turun, Leta berjalan masuk di ikuti Langit di belakangnya.
"Di sana yuk.."Ajak Leta menunjuk meja yang masih kosong.
"Bakso apa?"Ucap Langit menatap Leta.
"Em- Bakso ceker aja Kak."
Langit mengangguk dan memesan, sedangkan Leta berjalan menuju meja pojok yang masih kosong.
Leta menatap sekeliling, padahal sudah malam namun masih ramai saja. Leta sering kali melihat warung bakso ini saat pulang kuliah, dia penasaran dengan rasanya kenapa bisa selalu ramai.
Langit berjalan menghampiri dan duduk di depan Leta, Leta yang masih menatap keliling melihat beberapa pengunjung yang notabene perempuan tampak menatap Langit dan saling berbisik, bahkan di meja sampingnya terlihat seorang wanita terus menatap Langit padahal jelas di sampingnya ada laki-laki yang sudah pasti kekasihnya.
"Kenapa?" Ucap Langit menatap Leta.
Leta menggeleng namun terlihat jelas wajahnya yang berubah. Ada rasa menyesal juga dia mengajak langit makan di sana.
"Permisi baksonya.." Ucap seorang wanita mengantarkan pesanan mereka.
Leta menatapnya, bahkan si wanita itu pun tampak mencuri pandang ke arah langit dan tersenyum.
Namun Langit tampak cuek dengan ponsel di tangannya.
"Jangan banyak-banyak" Ucap Langit saat Leta akan mengambil sambal.
"Kalo gak pedas gak enak Kak."
"Nanti sakit perut."
"Tiga-
"Satu sendok cukup."
Leta berdecak namun juga nurut, Langit kembali mengacak gemas pucuk rambut Leta "Good girl"
Deg.!
Leta terdiam, Langit tersenyum dan sungguh Leta baru pertama melihatnya.
Mereka menikmati bakso, sudah menjadi hal wajar jika seorang perempuan akan menggoyangkan kepalanya saat menikmati makanan yang menurutnya enak. Sama halnya dengan Aleta yang tampak begitu menikmatinya.
"Enak?"
"Ini enak banget kak, seger."
"Habisin."
Leta mengacungkan jempolnya dan kembali menikmatinya, sementara Langit diam-diam tersenyum melihat tingkah Leta yang terus menggemaskan.
"Kakak udah pernah makan di sini?"
Langit menggeleng, dia memang tidak pernah nongkrong di tempat seperti ini bersama teman-temannya. Paling di Cafe, Bengkel miliknya atau markas mereka. Sesekali mereka juga pergi ke Club tapi tidak untuk mabuk-mabukan.
"Lo pernah ke sini?" Tanya Langit balik.
"Baru malam ini, gue sering lihat tiap pulang kampus cuma mau mampir ramai terus."
Langit hanya mengangguk dan meneguk teh hangatnya.
"Pelan-pelan masih panas."
"Eum-
Leta meniupnya dan mulai meminumnya pelan.
"Aleta.."
Leta juga Langit menoleh saat seseorang memanggilnya, terlihat Bram yang datang bersama temannya.
"Lo di sini juga?" Ucapnya membuat Leta mengangguk.
Bram melirik Langit yang juga berada di sana.
"Gimana bakso di sini, enak kan? Sebenarnya gue mau ajak Lo cuma Lo udah duluan ke sini."
"Oh iya enak baksonya."
Bram mengangguk, hatinya sedikit nyesek melihat Aleta perempuan yang di sukai bersama laki-laki lain.
"Ya udah gue ke sana dulu."
Leta mengangguk membuat Bram tersenyum dan berjalan menuju meja dimana temannya sudah menunggu.
Bram terus menatap ke arah Leta yang tampak mengobrol dengan Langit.
"Mereka pacaran?" Ucap Zaki menatap Leta bersama Langit.
"Bukannya Kak Langit pacaran sama Kak Luna ya."
Bram menautkan kedua alisnya, terus Aleta? Kenapa bisa mereka bersama?
"Mereka pacaran? berarti Aleta?"
"Setau gue gitu Bram, selama ini Lo juga lihat dong Luna selalu bareng Langit "
Bram terdiam.
Jika memang langit dan Luna pacaran berarti dia memiliki peluang untuk mendekati Leta.
Kalau memang Langit pacaran dengan Luna. gue bisa dengan mudah mendekati Aleta.
"Kenyang Kak" Ucap Leta membuat Langit menatapnya.
"Ya udah gak usah di paksa."
Leta tersenyum dan mengangguk.
"Minum dulu terus pulang, udah malem juga."
Leta nurut, dia minum dan setelahnya Langit bangkit untuk membayar makanan mereka.
Leta tampak menghampiri Langit, namun saat akan membayar terlihat Langit lebih dulu mengeluarkan uang selembar merah dan memberikannya.
"Loh kok Kakak yang bayar?" Ucap Leta membuat Langit menunduk menatap wajah Leta yang memang lebih pendek darinya.
"Kembaliannya ambil aja Pa." Ucap Langit
"Terimakasih Den."
Langit mengangguk dan mengandeng tangan Leta untuk menyeberang. Leta menatap tangannya entahlah ada perasaan aneh dalam dirinya terhadap sikap lembut Langit kepadanya.
Langit membuka pintu mobilnya dan kembali menutup saat Leta sudah duduk nyaman di dalam.
Dia lantas berjalan memutar dan masuk ke dalam kursi kemudi.
"Ini kak" Ucap Leta memberikan uang kepada Langit membuatnya mengernyit.
"Kan gue yang ngajak Kakak, masa kakak yang bayar."
"Uang gue masih banyak."
"Dih sombong banget." Ucap Leta terkekeh.
"Tapi Thanks ya Kak, udah bayarin gue."
Langit hanya mengangguk dan kembali fokus menatap jalanan. Leta yang duduk di sampingnya tampak menguap.
"Tidur." Ucap Langit
"Gak ah"
"Kenapa?"
Leta menggeleng, dia teringat saat dia tertidur dan langit membopong dirinya. Dia takut kalau tidur ileran atau malah mangap. Bisa tambah malu dia.
"Gapapa,,"
"Gak usah malu, gue udah lihat Lo tidur."
Deg.!
Tuh kan, pasti gue mangap juga ileran deh waktu itu.
Langit menoleh dan melihat Leta yang malah melamun.
"Tidur Aleta"
Leta menoleh "Gue bangunin pas udah sampai"
Leta tertegun saat Langit kembali mengusap pucuk rambutnya.
Dia kembali teringat dengan Savero kekasihnya, dulu Vero juga sering mengusap rambutnya.
Semua perhatian Langit sama persis dengan perhatian Savero, bahkan di saat Leta melihat Langit seperti ada kesamaan dengan Savero.
Kenapa semua yang ada dalam diri kak langit mengingatkan gue dengan Savero. Tatapan matanya, perhatian juga di saat Kak Langit mengusap rambut gue, itu sama persis dengan apa yang selalu Vero lakuin ke gue.