"3 tahun! Aku janji 3 tahun! Aku balik lagi ke sini! Kamu mau kan nunggu aku?" Dia yang pergi di semester pertama SMP.
***
Hari ini adalah tahun ke 3 yang Dani janjikan. Bodohnya aku, malah masih tetap menunggu.
"Dani sekolah di SMK UNIVERSAL."
3 tahun yang Dani janjikan, tidak ditepatinya. Dia memintaku untuk menunggu lagi hingga 8 tahun lamanya. Namun, saat pertemuan itu terjadi.
"Geheugenopname."
"Bahasa apa? Aku ga ngerti," tanyaku.
"Bahasa Belanda." Dia pergi setelah mengucapkan dua kata tersebut.
"Artinya apa?!" tanyaku lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
"Kamu udah janji buat nungguin aku, Ta!" ucap Dani dari balik jendela malam ini. Untungnya lampu kamar sudah kumatikan, aku bisa berpura-pura tidur.
"Mama aku udah ga benci lagi sama kamu!" ucapnya lagi.
Entahlah. Apa yang terjadi padaku. Aku benar-benar biasa saja terhadapnya. Bahkan aku tidak merasa sedih mendengar kalimat yang ia ucapkan. Aku tidak merasakan semangat melihat kehadirannya di sini
Dani tak lagi berkata-kata, aku kira dia sudah pergi. Akan tetapi, ternyata aku salah. Aku mendengar suara seseorang menyedot ingus. Dani menangis.
"Aku baru wisuda 3 bulan yang lalu. Sekarang aku kerja di Dinas Koperasi dan UKM. Kamu boleh datang ke sana kalo mau ketemu aku." Dengan nada tertekan, dia menyedot ingus lagi. "I love you," ucapnya.
Terdengar jelas langkah kakinya menjauh.
Aku tidak merasakan apapun. Ini pilihan hidupku dan aku sudah memilih Arzio. Tapi ....
9 tahun itu terlalu lama untuk dilupakan.
Aku berlari membuka pintu rumah dan melihat Dani yang hendak masuk ke dalam mobil, namun ia kembali menutup pintunya. Dia tersenyum dan berlari ke arahku. Pelukan hangat dari Dani akhirnya aku rasakan setelah bertahun-tahun lamanya aku menanti kedatangannya.
Dani menyeka air matanya. Aku benar-benar bingung. Aku sudah memilih Arzio. Tapi .... Aku jahat sekali!
"Tahun depan Arzio wisuda. Aku mau nikah sama dia," jelasku dengan berani.
Dani melepaskan pelukannya dan menatap wajahku. Aku juga bisa melihat matanya yang memerah dan berair itu. Tidak seperti Arzio yang wajahnya akan memerah ketika malu, marah bahkan menangis.
"Kenapa kamu milih dia?" tanyanya.
"Karena dia selalu ada buat aku," jawabku.
"Kalau mulai sekarang aku ada buat kamu, kamu bakalan pilih aku?" tanyanya lagi.
Aku menggeleng.
"Kenapa?" Air matanya menepik.
Kuhela napas lebih dalam tanpa memberi jawaban apapun.
"Menurut kamu 9 tahun bisa lenyap gitu aja cuma karena kamu kenal laki-laki lain? Kamu selingkuhin aku di saat aku lagi berjuang buat kamu?" tanyanya lagi.
"Berjuang? Aku nungguin kamu lebih dari 8 tahun! Bahkan aku ga kenal laki-laki lain selain kamu! Dari SMP kelas 1 aku nungguin kamu, Dani! Aku selalu berusaha jaga hati! Aku selalu berpikir kalo kamu bakalan tepatin janji kamu! Hari demi hari aku hitung cuma buat sampai di tanggal yang kamu janjiin buat aku! TAPI KAMU KE MANA?! JANJI PERTAMA KAMU 3 TAHUN SETELAH KAMU PINDAH RUMAH, AKU TUNGGUIN! KAMU INGKAR JANJI, ALASANNYA ORANG TUA KAMU GA JADI BALIK KE SINI, OKE! AKU TETAP TUNGGUIN KAMU SAMPE 4 TAHUN! KAMU MINTA TUNGGU LAGI! AKU TUNGGUIN! KAMU KE MANA?! GA ADA USAHA KAMU BUAT KASIH TAU AKU KALO KAMU SELAMAT DARI PESAWAT ITU! KAMU NGELAKUIN APA SIH BUAT AKU?! KAMU BERJUANG APA?! SEDIKIT PUN AKU GA PERNAH NGELIAT USAHA KAMU BUAT NEPATIN JANJI ITU! TERUS, SEKARANG AKU KENAL LAKI-LAKI LAIN SELAIN KAMU, DIA SELALU ADA BUAT AKU, DIA BAIK SAMA AKU, KELUARGANYA BAIK KE AKU, AKU GA BOLEH PILIH LAKI-LAKI ITU? KAMU MAU AKU TERSIKSA DAN PERCAYA KAMU BERAPA LAMA LAGI?!"
Tanpa aku sadari air mataku mengalir deras, tapi suaraku tak bergetar sama sekali. Rahangku juga menerik, menyekik kerongkongan.
"Aku ga bisa hubungin kamu," ucapnya dalam tangis.
"SETAUN! KEJADIAN PESAWAT JATUH ITU SETAUN YANG LALU! SETAUN ITU LAMA! 365 HARI! Kamu cuma butuh 1 menit buat kasih kabar ke aku! Kamu cuma butuh beberapa hari buat nyari kontak aku! Junior-junior kamu juga kenal sama aku! Mustahil kamu ga bisa ngehubungin aku! Kecuali kalo kamu ga nyari dan ga usaha sama sekali!" balasku.
"Mama meninggal sepulang dari rumah kamu," ucapnya membuatku terdiam. Dani semakin berderai air mata. "Aku juga bingung! Aku ga tau harus ngapain! Satu-satunya pengabdian terakhir aku ke mama cuma tuntasin kuliah!"
"Dan sekarang kamu mau wanita yang paling dibenci mama kamu ini jadi istri kamu? Itu mengabdi menurut kamu?" tanyaku.
"Mama udah meninggal," bisiknya pelan menahan tangisan.
"Maaf. Aku ga bisa. Aku juga butuh seseorang yang selalu ada buat aku. Cuma Arzio yang mampu ngelakuin itu."
"Aku bisa ngelakuin itu sekarang! Aku bisa ngelakuin semuanya buat kamu," balasnya.
"Maaf banget, aku ga bisa, Dani. Aku ga mau gadai waktu buat sesuatu yang belum pasti lagi."