Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Sementara itu, di sebuah kamar mewah, dia termenung sendiri, kamar mewah yang dulu surga baginya, kini terasa seperti penjara.
Selepas perceraian, dan dokter mengizinkan Andre di bawa pulang, Stella bersama kedua puteranya kembali ke rumah keluarganya, dan Richard, pria dingin itu bahkan tak mengizinkan si kembar bertemu Alex, Richard benar benar tidak terima dengan perlakuan Alex pada Stella.
Kini Richard mulai menunjukkan cakarnya, dia adalah pengganti papa mereka dahulu, maka Richard tidak akan bersifat lunak pada seseorang yang berani menyakiti keluarganya.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, hari ini Stella menerima kabar, bahwa Richard sudah mendaftarkan dirinya untuk kuliah di imperial college London, bersama dengan steven saudara kembarnya.
Stella tidak menyangka Richard akan memutuskan hal itu seorang diri, tanpa mendiskusikan nya terlebih dahulu.
Yah walaupun selepas papa Kenzo meninggal, ada mama dan saudara kembar Stella yang saat ini menetap di Inggris.
Ia mendengar dengan jelas percakapan antara Richard dan Alex sore tadi, namun Stella tidak berani melawan Richard, dia terlalu takut, ditambah lagi dengan penghianatan Alex ketika masih menjalani pernikahan mereka dahulu, membuat Stella hanya berani menguping, tanpa menunjukkan wajah sama sekali.
Stella tahu Alex pasti sangat tersiksa karena tak bisa bertemu kedua puteranya, Stella ingat bagaimana dahulu Alex sangat memanjakan si kembar, bahkan di hari liburnya dia lebih memilih seharian bermain bersama kedua putranya, dari pada pergi keluar.
Walaupun setelah di ingat lagi, Alex melakukan semua itu, demi menutupi perselingkuhannya dengan Anindita.
Hati Stella masih terasa diremas ketika mengingatnya, penghianatan yang menyakitkan, ditipu mentah mentah oleh suaminya sendiri, namun dia juga membenci dirinya sendiri karena jauh di lubuk hatinya, nama Alex masih mengendap di sana.
Stella kian erat memeluk lututnya, kini ia merasa sendiri, terluka hati dan perasaannya, karena cinta nya kandas tak berbalas.
... ✨✨✨...
Beberapa hari kemudian, Stella di kejut kan dengan datang nya surat panggilan dari pengadilan, untuk sidang hak asuh anak.
Stella tidak menyangka Alex akan melakukan ini.
Richard meremas kuat surat panggilan sidang tersebut, "Berani beraninya dia melawanku," wajah Richard memerah menahan amarah.
Kemudian, dia pun berjalan cepat, menyambar ponselnya.
"Kak ... mau apa?" tanya Stella panik.
"Menelpon bajingan itu," Jawab Richard berapi api.
"Jangan kak, kita bicarakan dulu baik baik, aku gak mau ada keributan, kasihan si kembar jika harus terlibat dalam masalah orang dewasa di sekitarnya,"
Richard masih diam tak bergeming, Nisya pun mendekati suaminya, "Tenanglah dulu pa, Stella benar, tidak seharusnya kita meributkan hal ini, karena kita juga harus memikirkan pertumbuhan psikologis anak anak, mereka akan jadi korban jika kedua orangtuanya bertengkar,"
"Izinkan aku bicara dengan Alex, biarkan kami berdiskusi, tentang bagaimana pengasuhan anak anak," Bujuk Stella.
"Jangan coba coba bertemu pria itu, aku tak suka, kamu berdekatan lagi dengannya," bentak Richard.
Stella sungguh sungguh tak bernyali lagi jika Richard sudah bersuara keras, kakak nya itu akan semakin mengerikan jika emosinya sedang naik.
"Tapi Alex berhak kak, dia papi nya si kembar,"
"Setelah semua ini, kamu masih membela pria itu? hah?" Richard mendelik tajam, betapa marahnya ia, karena adiknya ternyata masih mencintai laki laki yang telah tega berkhianat pada nya.
"Bukan itu maksudku, aku hanya ... "
"Minggu depan Keberangkatan mu, bawalah si kembar, di sana ada mama dan nanny yang siap membantu mengasuh si kembar selama kamu melanjutkan kuliah,"
Richard memotong kalimat Stella begitu saja, tanpa memberi kesempatan pada Stella untuk berbicara.
Stella menghampiri si kembar yang sedang bermain bersama nanny mereka.
Kedua Nanny itu sudah bersama si kembar sejak mereka lahir.
"Ibu kenapa?" tanya Ima, nanny nya kevin.
"Papi nya si kembar ingin memperebutkan hak asuh,"
mendengar hal itu, Ima terdiam sesaat, dia sendiri bingung harus berkata apa.
Eni pengasuh Andre ikut bergabung, Andre yang baru menyelesaikan makannya, nampak masih berantakan karena wajah dan pakaiannya belum di bersihkan.
"Sayang sudah selesai makannya?" tanya Stella, yang dengan cekatan membersihkan wajah Andre menggunakan tissue basah, kemudian mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih.
Ketika Andre memiringkan wajahnya, Stella melihat jelas bekas jahitan yang baru seminggu yang lalu kering sempurna, sepertinya Andre punya bakat keloid** seperti papi nya, karena bekas luka itu terlihat sedikit menonjol.
Ditatap nya wajah Andre, bening matanya membuat Stella iba pada kedua anaknya.
"papapapa," celoteh Andre, Stella terkejut mendengar ocehan Andre, apakah anak nya tengah rindu papi mereka? oh Stella sungguh merasa berdosa pada anak anak nya, mereka pasti merindukan papi nya.
Tak lama Kevin pun berjalan tertatih menghampirinya, karena belakangan mereka tak bertemu Alex, mereka berdua terlihat lebih posesif pada Stella, biasanya Stella selalu berbagi tugas dengan Alex, ketika mereka sedang posesif padanya, "pi ... " ucap Kevin.
"Apa anak anak Mommy rindu papi?" bisik Stella pada keduanya.
Kini kedua bocah itu nampak asik bermain di pangkuannya, sesekali mereka berdiri lalu kembali duduk dan tertawa bersama, Stella tersenyum miris memperhatikan tingkah si kembar.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Nisya yang baru saja pulang dari sekolah Riana.
"Sepertinya si kembar rindu papi mereka kak,"
"Iyakah? nanti aunty juga akan rindu kalian, kalau kalian pergi," Nisya memindahkan Andre ke pangkuannya, kemudian mencium gemas keponakan nya tersebut.
"Harus kah aku bertemu Alex kak? sepertinya percuma kalau aku bicara pada kak Richard, dia pasti marah kalau aku membicarakan Alex."
"Hem ... begitulah kakak mu, saranku kalian harus bertemu dan bicara dengan kepala dingin, jangan melibatkan emosi, selesaikan masalah kalian, sebelum kepergianmu."
Stella mengangguk paham, sepertinya dia mulai tahu apa yang harus dia lakukan kini.
"Permisi bu, ada yang perlu saya sampaikan," Eni duduk menunduk di hadapannya.
"Ada apa en?" Tanya Stella.
"Saya mau pamit bu," jawabnya pelan.
"Pamit, memang nya kamu mau pergi ke mana?" tanya Stella heran.
"Bukan itu bu, saya mau mengundurkan diri, karena adik saya sudah tamat SMU, bapak menyuruh saya pulang, agar bisa segera menikah." jawab nya malu malu.
"oooh ibu kira kamu mau kemana, ya sudah ga papa, tapi minggu depan aja yah?"
"Iya bu, ga papa, saya bisa nunggu sampai tuan kecil menemukan pengasuh baru,"
Ima yang masih berada di sana tiba tiba mendekat, "Bu, saya tiba tiba terpikirkan sesuatu, tapi maaf kalau saya lancang,"
Ima terdiam sesaat, dan Stella dengan sabar menanti kalimat yang akan di ucapkan Ima selanjutnya.
"Alangkah baiknya jika ibu dan pak Alex berbagi hak pengasuhan si kembar."
.
.
.
.
.
.
**Keloid adalah bekas luka yang tumbuh secara abnormal. Keloid tumbuh di luar batas kulit yang cedera, sehingga tampak melebar dan seperti tonjolan pada kulit.
https://www.alodokter.com/apa-itu-keloid-dan-bagaimana-cara-mengatasinya