Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Aku mencoba menyalakan handphone Loly tapi tidak bisa menyala. Ku ambil charger untuk mencharge handphone Loly. Beberapa menit kemudian, handphone nya baru bisa nyala.
Ku cek handphone Loly, mulai dari via WhatsApp, Telegram, Instragram, Facebook. Semuanya tidak ada yang aneh. Hanya ada nomor tak di kenal via WhatsApp.
Aku mengerutkan kening, mengingat isi pesan Loly beberapa jam lalu. [ Reno tadi telepon aku, Nat. Dia ngajak nonton nanti malam. ]
"Apa jangan-jangan ini nomor si Reno, Reno itu? Tapi, dia dapet nomor Loly dari mana?"
Tanpa pikir panjang, nomor asing itu langsung ku blokir. Aku tidak ingin Loly di ganggu oleh laki-laki banci itu.
Aku merasa menyesal telah menuduh Loly sembarangan. Pasti hati Loly saat ini terasa sakit. Dan itu semua karena ulah ku.
Aku mengusap wajah kasar. "Aku harap Loly bisa memaafkan aku."
Ku ambil sebuah kotak persegi berwarna merah di dalamnya ada cincin. Sebelum pulang, aku sempat membeli cincin. Aku berencana untuk melamar Loly malam ini.
Karena kejadian tadi, mungkin Loly masih marah pada ku. Aku bingung harus bagaimana. Ku hembuskan nafas berat. Memandangi cincin yang ada di tangan.
"Ini semua salah ku sendiri. Aku asal bicara tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Kalo begini, hati Loly jadi terluka karena ku. Aku benar-benar menyesal."
Ku lirik jam kecil di atas nakas menunjukkan pukul 22.15 malam. Loly sudah tidur belum yaa?
Ku putuskan menemui Loly saat ini juga. Aku harus segera minta maaf padanya. Gara-gara aku, Loly jadi menangis.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
"Siapa?" Terdengar suara Loly dari dalam. Suaranya serak khas orang habis menangis.
Sengaja aku tidak bersuara, menunggu Loly membuka pintunya. Semoga saja dia tidak marah dengan ku.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
Ceklek.
Muncullah wajah cantik Loly, matanya sedikit sembab, hidungnya memerah. Loly pasti menangis sebab ucapan ku yang kelewat batas.
"Aku mau ngomong sama kamu, Ly." Ucap ku saat pintu terbuka. Loly mengikuti langkah ku ke ruang tamu. Kami duduk di sofa, Loly duduk di sebelah ku. Beberapa menit hening. Loly enggan memulai bicara. Dia memilih diam dan menunduk.
"Ini handphone kamu. Nanti charger lagi, belum penuh." Ku letakkan handphone di atas meja. Loly tak bergeming, membuang muka sambil menyeka cairan yang keluar dari hidung dengan ujung jilbabnya.
"Ekheemm..." Aku berdehem berusaha mencairkan suasana. Loly masih setia menunduk, memilin ujung jilbabnya, masih dengan air mata yang tak juga berhenti. Aku jadi semakin merasa bersalah.
Ku hembuskan nafas panjang. "Aku minta maaf, Ly. Udah nuduh kamu yang bukan-bukan. Kamu mau nggak maafin aku?" Ku tatap Loly yang sedang menunduk tanpa mau mendongakkan wajahnya.
Loly menganggukkan kepalanya pelan. Bibirnya sama sekali tidak terbuka walau hanya mengeluarkan sepatah kata pun, tidak.
Aku merogoh saku celana, mengeluarkan kotak berwarna biru yang di dalamnya berisi cincin.
"Kalo kamu punya perasaan yang sama, pake benda yang ada di dalam kotak itu. Gak perlu buru-buru, jangan ngerasa nggak enak, jangan juga terpaksa. Ikuti kata hati kamu, Ly. Aku hanya mau orang yang tulus. Yang mau terima aku apa adanya. Baik kekurangan ku atau kelebihan ku. Sekali lagi aku minta maaf yaa, Ly."
Loly tak menanggapi perkataan ku. Dia diam membisu. Sepertinya Loly marah besar pada ku.
"Besok ke cafe?"
Mata ku menatapnya menelisik. Loly hanya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi tidak ada suara yang keluar dari bibir tipisnya.
"Besok mau nggak temenin aku nonton? Film nya bagus loh."
Loly mendongakkan kepalanya, menatap ku. Alhamdulillah.. ada perkembangan sedikit. Setidaknya Loly mau melihat ku. Tidak seperti tadi yang hanya menunduk terus.
"Mau nggak?" Ulang ku.
Loly menganggukkan kepala pertanda mau.
"Yaa udah, jangan nangis lagi, hmm.." Aku berdiri, lalu berjalan, dan berhenti tepat di samping tempat duduk Loly.
Tangan ku terulur mengusap kepala Loly yang tertutup hijab. Biasanya perempuan paling suka kepalanya di usap-usap. Itu tanda perhatian seorang lelaki pada kekasihnya.
"Sekali lagi, aku minta maaf, Ly." Desis ku tepat di telinganya. Setelahnya aku gegas masuk ke kamar sebelum Loly menoleh ke arah ku.
Ku tunggu beberapa detik, lalu membuka pintu dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Aku ingin melihat reaksi Loly.
Loly masih duduk di sofa, pandanganya menunduk. Sepertinya dia sedang melihat kotak yang ku berikan.
"Cincin? Apa maksudnya? Nathan barusan melamar ku?" Ucapnya yang dapat ku dengar.
"Tau aahh.." Loly bergegas kembali ke dalam kamarnya. Dengan cepat ku tutup pintu kamar sebelum Loly menyadari nya.
.
.
.
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya