Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa yang Memberinya Luka
Pelukan yang diberikan Bianca, tak dapat menghilangkan rasa rindu Azzrafiq pada Magika.
Azzrafiq coba menangkalnya dengan membalas pelukan Bianca, mungkin perasaan itu akan hilang jika dia memeluknya, tapi dugaannya kembali salah, rindu itu justru semakin kuat menimpanya, bahkan rasa hangat dari pelukan Bianca pun tak sanggup untuk melenyapkannya.
Bukan Bianca lagi yang dia inginkan saat ini, hati memang tak bisa dibohongi, sekuat apapun Azzrafiq mencoba melupakan Magika, malah semakin kuat bayangan wanita itu di benaknya.
"Aww, By pelan-pelan peluknya." Kata Bianca yang merasa senang, dia pikir mungkin Azzrafiq sangat merindukannya.
Azzrafiq melepaskan pelukannya."Sorry Bi."
Bianca memperhatikan wajah Azzrafiq yang tampak murung, dia mengira kekasihnya memang sedang lelah dan ingin melanjutkan tidurnya, dia akan memberinya jarak, dia berniat untuk pulang dan tak akan mengganggu Azzrafiq sampai istirahatnya cukup.
Mungkin besok kekasihnya itu akan kembali seperti sedia kala.
"Kalo gitu aku pulang ya, sebelum tidur lagi jangan lupa makan." Ucap Bianca seraya mengelus pipi Azzrafiq.
"Hati-hati Bi, sorry aku gak bisa anterin lagi kamu."
"It's ok baby, aku bawa mobil sendiri."
Di samping itu, Bianca memang wanita yang mandiri, dia tak pernah merepotkan Azzrafiq untuk menjemput atau mengantarnya, selagi bisa sendiri kenapa harus minta tolong orang lain?
Sebelum pulang, Bianca berpamitan pada Yudhistira, Azzrafiq mengantarnya sampai pintu gerbang. Bianca masih diam di samping pintu mobilnya menunggu lelaki itu mencium keningnya seperti yang biasa mereka lakukan ketika akan berpisah.
Azzrafiq yang mengerti maksud kekasihnya langsung mencium keningnya dengan membayangkan Magika.
"Bye..." Bianca pamit.
"Hati-hati, kalo udah nyampe kirim pesan ya." Tutur Azzrafiq.
Azzrafiq masih berdiri di depan pagar sampai mobil Bianca tak terlihat lagi dari pandangannya, dia kembali ke kamarnya dan akan melanjutkan tidurnya, tapi bayangan Magika kembali menghantuinya, dia mulai gelisah.
Azzrafiq bergeming di atas tempat tidurnya seraya memainkan gantungan ponselnya yang diberikan Magika minggu lalu, ponselnya berbunyi, dia segera mengeceknya, namun ternyata itu bukan pesan yang dia tunggu.
...(Charm Scooter yang diberikan Magika)...
"Damn!! I'm crazy over you, Magika." Gerutu Azzrafiq.
Azzrafiq keluar kamarnya siapa tahu pikirannya teralihkan, dia berjalan menuju meja bar, dan mendapati Maulana yang sedang tertidur membungkuk di atas meja, Azzrafiq tak menghiraukannya dia duduk di hadapan Maulana.
"Kalo mau tidur tuh di kamar masing-masing bukan di sini, yang pulang ospek kenapa jadi pada ngaco otaknya? Meja makan dipake tidur sama jadi tempat bengong." Gerutu Kakak.
"Suka-suka lah, apa masalah lo?" Tanya Azzrafiq dingin.
"Masalahnya gue bawa makanan banyak dari bogor dan mau gue bagi-bagi tapi gak ada tempat buat makanan nya." Jelas Kakak.
"Tempatnya ya di mangkok atau di piring lah masa mau lo tumpahin di atas meja." Ucap Yoga.
Azzrafiq dan Yudhistira bersama keempat temannya, Maulana, si kembar Sastrawardhana dan Yoga, merupakan penghuni kost lantai dua, mereka semua satu angkatan dan memiliki hubungan yang sangat baik, meskipun baru dua bulan berkenalan, namun semuanya sudah sangat dekat dan akrab.
"Duh capek banget ngomong sama lo, gak nyampe nalarnya." Seru Kakak pada Yoga geregetan.
Yudhistira datang menghampiri mereka. "Ada apaan sih kalian, ribut muluk kayak bocah."
"Lo bawa apa Kak?" Tanya Azzrafiq sambil menguap.
"Bawa banyak, asinan bogor, roti unyil, pokoknya selain makanan berat, kudu abis malam ini keburu basi." Jawab Kakak.
"Mata lo merah gitu Fiq, lo mabok?" Celetuk Adik seraya membawa makanan lainnya.
"Abis nangis bombay gue." Jawab Azzrafiq asal.
"Lo berhasil putus sama Bianca?" Tanya Yudhistira.
Azzrafiq menggelengkan kepalanya."Gue malahan ngasih kesempatan buat Bianca, kurang bego apa coba gue?"
"Lo emang udah paling bego sih Fiq, juara!!" Celetuk Yudhistira sambil memberikan dua jempolnya.
"Jadi, mari kita rayakan ketololan Azzrafiq, cheers!!" Seru Adik sambil membuka kaleng soft drink.
"Udah gue bilang jangan ikut ospek, makin bego aja kan lo." Timpal Kakak.
Azzrafiq tak menanggapi ocehan teman-temannya yang mengejeknya, memang benar apa yang mereka katakan, makanya dia terdiam menerimanya dengan lapang dada, karena memang seperti itu kenyataannya.
"Woi berisik anjing!!" Protes Maulana yang baru bangun.
"Lo bangun-bangun udah manggil nama asli si Yoga." Celetuk Adik.
"Bangsat lo." Pekik Yoga pada Adik.
"Ah gue lagi mimpiin Magika, lo semua ganggu aja." Gerutu Maulana.
Azzrafiq yang mendengarnya menatap Maulana dengan sinis, meskipun mungkin temannya itu hanya bercanda saja, dia sudah tak bisa menutupi perasaannya terhadap Magika.
"Siapa tuh orang? Kayak nama mantan gue waktu smp perasaan." Tukas Kakak.
"Kayak nama selingkuhan gue waktu smp." Timpal Adik.
Kakak melempar gigitan roti pada Adik."Lo pengkhianat bangsa emang."
"Lah orang dianya yang mau sama gue, pacaran sama lo kan karena mau deketin gue doang, kasian banget emang lo Kak." Ejek Adik.
"Eh anak kembar, kalian kalo ngomong suka pada gak jelas banget." Ejek Yoga.
Azzrafiq mengambil makanan yang terhidang di atas meja makan, niat ke meja bar untuk menghibur hati yang sakit karena merindu, malahan tak ngaruh sama sekali, apalagi mendengar ocehan teman-temannya yang absurd, malah semakin bertambah sinting berkumpul dengan mereka semua.
Azzrafiq meminta rokok pada Yoga, mungkin dengan sebat, mumet dalam pikirannya bisa sedikit hilang.
"Lo galau karena gak jadi putus Fiq?" Tanya Yoga tak yakin.
"Ada ya orang galau gara-gara gak jadi putus." Kata Kakak sambil menyalakan sebatang rokok.
"Yang baru balik ospek kenapa pada galau begitu sih?" Tanya Adik heran.
Kakak menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Yang satu galau karena gagal jomblo, yang satu lagi galau karena gak jelas. Jadi pengen nyanyi gue."
Yoga yang memiliki inisiatif segera mengambil gitar dari kamar Azzrafiq, saatnya mengungkapkan isi hati dengan bernyanyi, Yoga mulai memetik senar gitar dan menyanyikan lagu Dear God, yang lainnya mengikuti.
Sengaja membawa gitar dan menghipnotis teman-temannya dengan bernyanyi, cara halus membungkam mulut mereka yang mulai berbicara tak karuan.
Menjelang tengah malam, Azzrafiq masih terjaga, dia terdiam di rooftop sambil melihat pemandangan city light.
Yudhistira yang sudah sangat mengenal Azzrafiq, mengetahui sikap aneh dari sahabatnya itu, dia mendekatinya sambil memantikkan korek api disebatang rokoknya.
"Lo mikirin cewek yang lagi lo gebet lagi? Sampe gak bisa tidur gini." Ujar Yudhistira.
"Gue gak paham, rasanya gue pengen meledak, sialan bayangannya terus ganggu di otak gue."
Yudhistira tertawa."Ribet banget ya jadi lo, sekalinya jatuh cinta kewalahan begini."
"Kenapa kesannya gue jadi norak banget?"
"Baru sadar lo?" Tukas Yudhistira yang masih tertawa.
"Sialan lo." Gerutu Azzrafiq seraya mengeluarkan asap rokok dari hidungnya.
"Samperin sih tuh cewek, gue anter, yok!"
"Kalo gue tahu tempat tinggal dia, udah gue samperin dari tadi."
Azzrafiq menatap langit malam yang berhias bintang-bintang, sehingga gelapnya tak terlalu begitu pekat, dia tersenyum saat melihat bintang berkelip dengan ceria dan membuat dirinya merasakan seolah Magika ada di sisinya.
"Gue udah beneran gila." Gumam Azzrafiq.
"Emang." Ucap Yudhistira menyetujui.
......................
Magika terbangun dari tidurnya, dia melihat gorden jendela kamarnya menyingkap sehingga cahaya lampu menembus ke dalam.
Dia beranjak dari tempat tidurnya dengan malas untuk menutup gorden jendelanya dengan rapat, namun ketika melihat bintang malam ini, seketika teringat dengan Azzrafiq.
Magika malah membukakan gordennya dengan lebar, dia duduk di kursi belajarnya yang menghadap jendela, cahaya putih membilas tubuhnya yang sedang menatap langit berhias bintang-bintang.
Sekilas tentang Azzrafiq terbayang dalam pikirannya, baru kemarin malam dirinya melihat bintang dengan lelaki itu, sambil berbincang dan tertawa, saat ini dia sendirian menatap indahnya bintang di langit.
"Ngapain juga masih mikirin Azzrafiq?" Rutuk Magika pada dirinya.
Magika menatap ponselnya yang ada di tangannya, dan membaca pesan dari Azzrafiq, seketika dia tersenyum.
^^^Azzrafiq Alfathanendra^^^
^^^Akhirnya kamu bales juga^^^
^^^Syukurlah kalo udah di rumah^^^
^^^Aku khawatir sama kamu^^^
^^^Gee..^^^
^^^I miss you^^^
Namun senyum di bibirnya kembali menghilang ketika teringat Azzrafiq yang menghubungi kekasihnya.
"Mungkin emang aku salah mengartikan semua kebaikannya, tapi pesan ini apa maksudnya coba? Duh pinteran dikit kek Magika, jangan sampe masuk ke lobang yang sama dan berhenti berharap." Gumam Magika yang masih merutuk dirinya.
Lalu ponselnya berdering, ada panggilan dari Azzrafiq, Magika mengerutkan keningnya, ada apa lelaki itu dini hari sudah menghubungi dirinya?
"Hallo.." Jawab Magika.
"Hallo, kamu masih bangun ternyata."
Magika terkekeh."Kebangun sih sebenernya."
"Duh maaf Gee, keganggu sama telepon aku ya."
"Enggak kok, tadi aku kebangun karena belum tutup gorden jendela kamar, terus ada telepon dari kamu."
"Jadi aku gak ganggu dong ya?"
"Ganggu sih, dari tadi soalnya lari-lari di pikiran aku." Celetuk Magika keceplosan.
Magika menepuk dahinya, kenapa harus bercanda yang mengarah ke flirting?
Azzrafiq tertawa kecil, deru nafasnya terdengar dengan jelas di telinga Magika, dan itu membuatnya candu.
Sadar Magika sadar. Batin Magika.
"Jadi kamu mikirin aku juga?" Tanya Azzrafiq.
"Ya waktu aku lihat nama kamu di layar hp, seketika inget aja." Jawab Magika mengeles. "Oh ya, kok bisa sih kamu nemuin nama aku di kontak kamu? Kan aku save nya bukan pake nama aku."
"Tahulah, siapa lagi my sweet girlfriend kalo bukan kamu?"
"Orang lain mungkin."
"Cuma kamu cewek yang langsung ngetikin nomornya di hp aku."
"Cuma aku? Jadi berasa spesial, kayak martabak."
"Hahaha, jadi laper, oh ya Gee.."
"Iyaa Azz?"
Magika menunggu Azzrafiq berbicara, namun tak ada respon lagi dari cowok itu.
"Hallo Azz? Halloooo."
Magika melihat layar ponselnya, kenapa Azzrafiq tiba-tiba mengakhiri panggilannnya? Magika coba menelepon balik namun yang dia terima suara dari operator.
Magika terkekeh."Kayaknya dia habis batre deh."
Dia membaca lagi pesan yang dikirim Azzrafiq, untuk membalasnya.
^^^Magika Keandra Adribrata^^^
^^^Pantes aja nelpon aku tengah malem, ada yang kangen rupanya^^^
^^^I miss you too, silly ◦°◦нiнiнiнi ◦°^^^
^^^Sampe ketemu di Kampus ya (˘⌣˘)ε˘`)^^^
Magika kembali ke tempat tidurnya dan menyimpan ponselnya di atas nakas lalu matanya kembali terpejam dan tertidur dengan lelap.