Ini kisah Riana , gadis muda yang memiliki kekasih bernama Nathan . Dan mereka sudah menjalin hubungan cukup lama , dan ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan .
Namun kejadian tak terduga pun terjadi , Riana memelihat Nathan sedang bermesraan dengan teman masa kecilnya sendiri. Riana yang marah pun memutuskan untuk pergi ke salah satu klub yang ada di kotanya .Naasnya ada salah satu pengunjung yang tertarik hanya dengan melihat Riana dan memberikannya obat perangsang dalam minumannya .
Dan Riana yang tidak tahu apa-apa pun meminum minuman itu dan membuatnya hilang kendali atas tubuhnya. Dan saat laki - laki tadi yang memasukan obat akan beraksi , tiba-tiba ada seorang pria dewasa yang menolongnya. Namun sayangnya obat yang di kasi memiliki dosis yang tinggi sehingga harus membuat Riana dan laki - laki yang menolongnya itu terkena imbasnya .
Dan saat sudah sadar , betapa terkejutnya Riana saat tahu kalau laki-laki yang menidurinya adalah calon ayah mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiah Karpiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Yang Sebenarnya
Saat ini Nathan melajukan mobilnya dengan kencang , bak orang kesetanan ia tidak memperdulikan pengendara lain yang membunyikan klaksonnya saat ia melewatinya dengan cepat tanpa melihat sekelilingnya.
Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanya , Rania . Gadis polos yang ia pacari tiga tahun yang lalu , yang mampu membuat dirinya tertarik . Nathan memang menganggap Rania sebagai mainan , namun ia tidak ingin Rania tahu dengan cepat . Ia mau mempermainkan Rania lebih lama lagi , sampai dia benar-benar bosan.
Hal pertama yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah mengunjungi rumah gadis itu , ia harus menjelaskan apa yang Rania lihat semalam . Nathan tidak ingin kesenangannya berakhir begitu saja , ia masih ingin bermain lebih lama lagi.
Dan setelah menempuh waktu selama dua puluh menit , akhirnya Nathan pun sampai di depan rumah minimalis yang cat di temboknya sudah mulai pudar . Tanpa membuka alas kakinya , Nathan langsung masuk ke dalam teras rumah dan mengetuk pintu .
Tok... Tok.. Tok..
Tak lama , seorang wanita paruh baya pun membukakan pintunya . Wanita itu yang tak lain adalah ibunya Riana pun mengerutkan keningnya begitu melihat kedatangan Nathan ke sini tanpa anaknya .
" Ohh , Nathan ! Ada apa ya ? " Tanya Bu Ani yang memang sudah mengenal Nathan saat Rania dan marah sudah berpacaran selama dua tahun.
" Rania ada Bu ? " Tanya Nathan yang langsung bertanya pada Bu Ani , dan Bu Ani yang mendengar itu pun mengerutkan keningnya .
" Bukannya kalian ketemu tadi malam ? " Tanya Bu Ani sambil memandang Nathan heran , dan Nathan yang mendengar pertanyaan ibu dari Rania pun menghela nafas.
Nathan merasakan kesabarannya semakin menipis. Ia tidak menyangka Bu Ani akan mempertanyakan hal itu, tetapi ia juga tidak ingin menunjukkan rasa tidak sabarnya di depan wanita paruh baya itu. Dengan cepat, ia memasang senyum yang menurutnya paling meyakinkan.
"Memang tadi malam kita bertemu, Bu. Tapi semalam kami belum sempat menyelesaikan pembicaraan karena saya di panggil klien untuk meeting. Saya ingin memastikan dia pulang baik-baik saja," ucap Nathan dengan suara yang terdengar tenang, meskipun di dalam kepalanya, berbagai pikiran berkecamuk.
Bu Ani mengamati Nathan sejenak, lalu melipat tangannya di depan dada. Matanya menatap pria muda itu dengan penuh kehati-hatian.
"Klien? memangnya ada orang yang membahas pekerjaan di luar jam kantor? " tanyanya, kali ini nada suaranya lebih tajam.
Nathan mulai merasa tidak nyaman. Ia tidak suka ditanyai seperti ini. Namun, ia juga sadar bahwa Bu Ani bukan orang yang mudah dibodohi. Wanita itu sudah mengenalnya cukup lama dan bisa membaca gelagatnya dengan baik.
"Saya hanya ingin bicara dengannya, Bu," jawab Nathan, mencoba tetap terdengar sopan. "Rania ada di rumah?" ucapnya lagi sambil melirik kedalam rumah.
Bu Ani yang mendengar itu pun menghela napas dan menatap Nathan dengan pandangan yang sulit diartikan. Setelah beberapa saat, akhirnya ia pun menggelengkan kepalanya.
"Rania belum kembali dari tadi malam ! Kemarin ia meminta izin untuk menemui kamu dan Siska setelahnya ! " ucap Bu Ani pada akhirnya , sebenarnya ia khawatir tadi malam karena Rania tidak kunjung pulang. Ia khawatir , anaknya itu akan menyerahkan dirinya pada pacarnya saat bertemu dengan Nathan kemarin . Namun , sepertinya apa yang ia takutkan tidak terjadi . Buktinya sekarang Nathan ada di depannya , sambil menanyai keberadaan Rania .
Nathan yang mendengar itu pun menghela nafas kasar dan langsung pergi dari rumah Rania tanpa berbasa-basi , Bu Ani yang melihatnya pun hanya bisa menggelengkan kepalanya .
" Dasar orang kaya ! Duit banyak , tapi etika nggak ada ! " Ucap Bu Ani sambil menatap kepergian Nathan yang tidak sopan menurutnya .
Bu Ani pun menutup pintu saat mobil yang di kendarai Nathan sudah pergi dari halaman rumahnya . Dengan rasa kesal yang ada , Bu Ani pun masuk ke dalam rumah .
***
Sementara itu , Rania kini berada di dalam rumah bos besarnya . Ia tidak menyangka akan datang ke rumah yang megah ini , setelah apa yang terjadi pada mereka tadi malam .
Kini Rania sendang duduk di sofa ruang tamu dan Bagaskara tengah berada di dapur untuk membuatkan minuman untuk wanita yang baru saja kehilangan kegadisannya tadi malam . Tak lama Bagaskara pun datang dengan nampan yang berisi jus jeruk dan beberapa cemilan untuk Rania .
" Silahkan di minum ! Maaf adanya ini saja , saya belum belanja bulanan lagi ! " Ucap Bagaskara sambil duduk di seberang Rania . Dan Rania yang di perlakukan seperti ini pun tersenyum sungkan .
" Bapak nggak usah repot-repot ! " Cicit Rania pelan , Bagaskara yang mendengar itu pun tersenyum .
" Saya nggak report kok ! " Ucap Bagaskara sambil menahan senyumannya. Kini pandangannya pada Rania berbeda , sejak awal ia tahu kalau Rania ini berbeda dari kebanyakan wanita yang ada.
Kini Bagaskara tahu , mengapa anak angkatnya . Nathan, berpacaran dengan Rania . Rania gadis sederhana , yang memiliki pesona alami yang sulit dijelaskan. Tidak seperti wanita-wanita yang selama ini berusaha mendekatinya dengan niat tertentu, Rania tampak tulus dan tidak dibuat-buat.
Bagaskara mengamati Rania yang menundukkan kepala, jelas masih merasa canggung dengan situasi yang terjadi di antara mereka. Ia bisa melihat bahwa gadis itu masih terguncang oleh kejadian semalam, dan entah mengapa, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa bertanggung jawab.
"Rania," panggil Bagaskara dengan suara lebih lembut dari biasanya. " Saya tahu ini sulit untukmu, tapi saya ingin kau tahu bahwa kau aman di sini. Saya tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu." Ucap Bagaskara yang tidak ingin Rania larut dalam ketakutannya itu .
Rania yang mendengar itu pun mengangkat kepalanya perlahan, menatap pria yang jauh lebih tua darinya itu dengan ekspresi bingung. Sejujurnya, ia tidak tahu harus percaya atau tidak. Selama ini, ia hanya mengenal Bagaskara sebagai pemilik perusahaan tempatnya bekerja, sosok yang karismatik dan ditakuti banyak orang. Tapi hari ini, ia melihat sisi lain dari pria itu—sisi yang lebih manusiawi.
"Terima kasih, Pak," jawab Rania pelan. Hanya itu yang ia bisa katakan untuk saat ini, otaknya sedang memikirkan masalah apa yang akan mereka hadapi setelah ini .
Bagaskara menghela napas, lalu bersandar di sofa. "Panggil saya Bagaskara saja. Saya bukan bosmu saat ini, saya hanya... seseorang yang sudah mengambil hal yang berharga dalam dirimu dan ingin memastikan kamu baik-baik saja." Ucap Bagaskara sambil menatap Rania dalam .
" Saya tidak bisa . Mengingat rentang usia kita , rasanya tidak sopan kalau saya memanggil anda seperti itu ! " Ucap Rania mengeluarkan pendapat yang ada di dalam otaknya , dan Bagaskara yang mendengar itu pun menghela nafas pelan.
" Kalau begitu kamu bisa memanggil saya , senyaman kamu ! " Ucap Bagaskara yang akhirnya mengalah . Dan Rania pun menganggukan kepalanya .
Rania menggigit bibirnya. Ia ingin percaya bahwa pria ini benar-benar peduli, tapi setelah apa yang ia alami dengan Nathan, ia belajar bahwa tidak semua perhatian itu tulus.
"Kenapa Mas melakukan ini?" tanyanya akhirnya, suaranya nyaris berbisik.
Bagaskara yang mendengar itu pun terdiam sejenak. Ia tidak bisa langsung menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Rania, karena dirinya sendiri belum sepenuhnya memahami alasannya. Ia hanya tahu bahwa sejak pertama kali melihat Rania, ada sesuatu dalam dirinya yang terusik. Gadis ini memiliki daya tarik yang berbeda—bukan sekadar fisik, tetapi sesuatu yang lebih dalam dari itu.
"Saya hanya memastikan kamu baik-baik saja , Rania ! Saya takut kalau apa yang kita lakukan semalam membuahkan hasil . " ucap Bagaskara jujur. " Mungkin kamu pernah mendengar kalau saya mandul, namun itu bukan alasan sebenarnya saya memilih mengadopsi Nathan . Saya dan Sinta menikah karena perjodohan , sedari awal kami sudah sepakat kalau menikah di atas kertas saja . Namun , orang tua kami ingin memiliki cucu dan kami memutuskan untuk mengadopsi anak . Namun saat itu orang tua kami marah karena mereka menginginkan anak kami sendiri , tapi kami tidak bisa melanggar perjanjian yang sudah kami buat ." Ucap Anthony yang bercerita tentang masa lalunya bersama mantan istrinya dulu .
" Akhirnya kami memutuskan untuk berbohong , kami sepakat kalau bilang saya mandul . Karena tidak mungkin kami bilang kalau , Sinta yang mandul . Jadi , orang tua kami setuju untuk mengadopsi seorang anak . Dan anak itu adalah Nathan . Awalnya Nathan anak yang baik , namun semenjak ia memasuki usia remaja . Dia semakin susah di atur , dan puncaknya terjadi saat perpisahan saya dan Sinta lima tahun yang lalu . Dia semakin susah di atur dan semakin keluar kendali . Tapi satu hal yang pasti, saya tidak akan membuatmu terluka lagi." Ucap Bagaskara panjang lebar .
Rania menatap pria itu dalam diam. Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya, tapi untuk saat ini, ia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Yang ia tahu, ia lelah—lelah dengan semua kenyataan dan pengkhianatan yang selama ini ia terima.
.
.
Bersambung...
Dimohon untuk tidak menjadi silent reader ya , aku menunggu keritik dan saran dari kalian 🤭🤗😍