NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mendua

Salahkah Aku Mendua

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teman lama bertemu kembali / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:185.8k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.

Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.

Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.

Salahkah, aku Mendua ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Belas

Waktu terus berjalan. Tak terasa sudah satu tahun pernikahan Dara dan Rico. Semua berjalan masih sama seperti saat mereka baru menikah. Rico masih tampak malu jika mengobrol lama. Mereka hanya bertemu saat makan saja. Ketika tidur, Rico akan memilih duluan, kecuali saat-saat dia minta kebutuhan biologisnya dan itu juga jarang. Mungkin hanya sekali sebulan, pria itu selalu saja tidur duluan sebelum Dara.

Pagi itu, sinar matahari mulai merayap masuk melalui celah gorden, menerangi ruang dapur yang biasanya dipenuhi aroma masakan. Namun, di balik kehangatan tersebut, Dara duduk termenung di meja makan dengan pusing yang tak kunjung reda. Sejak pagi, perutnya terasa mual dan ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk beraktifitas.

"Dara, kamu di mana?" Suara suaminya, Rico, memecah kesunyian. Dara memejamkan matanya, mencoba mengusir rasa pusing yang menghantui. Ketika ia membuka mata, pria itu sudah berdiri di ambang pintu dapur, memandanginya dengan wajah cemas.

"Aku di sini, kenapa Mas?" tanya Dara pelan, berusaha menegaskan keberadaannya meski suara di tenggorokannya terasa serak.

"Kok, hari ini tidak ada aroma masakan? Biasanya kamu sudah mulai memasak sarapan," Rico bertanya, kebingungan menyelimuti wajahnya. Dara hanya bisa tersenyum lemah, merasa tak berdaya untuk menjelaskan keadaan.

"Maaf, Mas. Aku merasa tidak enak badan. Pusing," ungkap Dara, berharap alasan itu cukup untuk membuat suaminya mengerti tanpa perlu mendalami lebih dalam.

Pria itu mengangguk, namun Dara bisa melihat sedikit kekuatiran di matanya. "Kalau begitu, apa kamu mau aku belikan sesuatu untuk sarapan?" tawar Rico.

Dara memandangi wajah suaminya dengan raut keheranan. Pria itu terkadang tampak baik, tapi kadang begitu acuh. Jika dia masih bertahan hingga saat ini, karena dia ingin menikah hanya sekali seumur hidup.

“Enggak usah, Mas. Aku cuma butuh istirahat,” Dara menjawab, berusaha meyakinkan dirinya sendiri juga. Namun, rasa tidak nyaman di dalam diri mulai menimbulkan kekhawatiran.

Setelah beberapa saat dalam keheningan, Rico berdiri, lalu berkata, "Kalau begitu, aku rasa ada baiknya kita ke dokter. Mungkin ada yang tidak beres." Dalam benaknya, Rico khawatir hal ini bisa jadi lebih dari sekadar rasa pusing biasa.

Dara terdiam sejenak. Pemikiran untuk pergi ke dokter terasa menakutkan, tetapi di sisi lain, ada dorongan aneh dalam dirinya yang tak bisa dijelaskan. "Baiklah, Mas.Mungkin memang sebaiknya aku ke dokter saja," jawab Dinda, berusaha menguatkan diri.

Setelah berbenah sedikit, Dara dan Rico pun berangkat menuju klinik terdekat. Ketika mereka tiba, suasana di dalam ruangan tunggu terasa tenang, meskipun jantung Dara berdegup kencang. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya.

Setelah menunggu beberapa saat, Dara dipanggil untuk pemeriksaan. Dokter memintanya untuk menjalani beberapa tes sederhana. Jika sebelumnya rasa pusing hanya terasa mengganggu, kini rasa cemas mulai mendorongnya ke ambang ketidakpastian.

Tak lama, dokter memanggil mereka kembali. Dengan senyum di wajahnya, dokter berkata, "Selamat, Bu Dara! Anda hamil!"

Satu kalimat itu membuat dunia Dara seolah berhenti berputar. Ia menatap Rico suaminya, yang saat itu wajahnya dipenuhi ekspresi campur aduk antara terkejut dan bahagia. Air mata bergenang di pelupuk matanya wanita itu, tak bisa ia kendalikan. Merasa begitu bahagia.

"Hamil?" ulangnya, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri. “Benarkah?”

"Iya, diperkirakan usia kehamilan Bu Dara sudah memasuki tiga minggu," jelas dokter. "Itu juga bisa menjelaskan mengapa Anda merasa pusing."

Dara tidak bisa berkata-kata lagi. Semua rasa pusing dan ketidaknyamanannya selama ini terasa langsung hilang dengan satu kabar yang luar biasa. Rico meraih tangannya, menggenggamnya erat.

“Kita akan menjadi orang tua, Dara,” bisiknya dengan penuh rasa syukur.

Dara berharap kehadiran sang buah hati akan dapat merubah sikap suaminya. Siapa tahu Rico akan bertambah perhatian.

Saat akan keluar dari klinik, Dara bertemu dengan Fanny. Temannya itu tersenyum melihatnya.

"Dara, sedang apa di sini?" tanya Fanny.

Dara jadi teringat peristiwa enam bulan lalu saat terakhir bertemu Bastian. Pria itu mengatakan jika tak pernah mendengar kabar dari Fanny mengenai dirinya, padahal dia selalu bertanya.

"Aku sedang berobat," jawab Dara.

Dara lalu memandang ke belakang. Dia melihat suaminya masih antri untuk mengambil resep obat.

"Fanny, aku ingin tanya sesuatu," ucap Dara.

"Apa itu ...?" tanya Fanny.

"Kenapa Bastian mengatakan jika kamu tak tau nomor ponsel terbaruku, padahal aku sudah meminta tolong agar kamu memberikan pada Bastian?" tanya Dara.

"Aku tak ingat itu, Dara. Apa kamu pernah memintaku mengabari Bastian? Yang aku ingat kamu hanya menanyakan kabar aku, dan apa aku pernah bertemu Bastian. Jika aku tak memberi nomormu karena aku anggap Bastian pasti tau nomor barumu. Lagi pula itu sudah lama. Aku betul-betul tak ingat lagi. Apa kamu masih belum bisa ikhlas melepaskan Bastian, padahal dia sudah mau menikah?" tanya Fanny.

"Fanny, aku sudah ikhlas melepaskannya. Aku hanya bertanya. Jika memang kamu lupa, ya sudah," jawab Dara.

Dara tak ingin memperpanjang obrolan mengenai itu lagi karena melihat suaminya yang sudah selesai menebus resep obatnya. Dia tak mau Rico nanti salah paham.

Lain halnya dengan Fanny, dia yang mengenal Rico sebagai suaminya Dara justru sebaliknya. Melihat pria itu mendekat, dia sengaja memperbesar suaranya agar didengar suami wanita itu.

"Maaf, Dara. Aku tak tau jika kamu masih saja mengingat Bastian. Tapi aku harap kamu segera melupakan dan mengikhlaskan Bastian, karena dia mau menikah sebentar lagi," ucap Fanny dengan suara cukup keras.

"Fanny, sudah aku katakan jika aku ikhlas melepaskan dia dari awal. Aku tadi hanya bertanya. Maaf, aku juga sudah berkeluarga, tak mungkin aku masih mengingatnya. Maaf, jika pertanyaanku tadi mengganggu!" seru Dara.

Fanny dalam diam tersenyum licik. Dia melihat wajah Rico yang berubah. Hal itu membuat dia bahagia.

"Aku harap kamu memang benar-benar telah ikhlas melepaskan Bastian. Karena bulan depan aku dan Bastian akan menikah," ucap Fanny lagi.

Mendengar ucapan Fanny bukan saja Dara yang terkejut tapi juga Rico, tapi dalam diam pria itu tersenyum mengetahui saingannya akan menikah.

1
Asih Prawawati
Biang keroknya Mamanya Bastian.
Orang tua egois...
Hani
kasihan Dara, dia jadi korban padahal dia gak salah apapa
Susanti Wahyuningsih
Luar biasa
Safa Almira
rasain
Safa Almira
bagus
Dwi ratna
Luar biasa
Dwi ratna
Lumayan
Bunga
maampuus lelaki egois ditinggal saja cari yg baru
Bunga
ini cuma novel tapi bikin mewek
Bunga
orang tua yg egois akan menghancurkan anaknya sendiri pasti sebagai orang tua seharusnya mendukung asal anaknya dijalan yg benar kalau keliru ya dinasehati
Fitria Syafei
mama mantaf 😍😍😍
Eva Karmita
Alhamdulillah bahagia selalu untuk TiDar ❤️🥰
Siti Zuriah
akhir nya keluar jg kata restu nya dr papa nya bastian, ya memang shrs nya papa nya bastian dr dulu memberikan restu bwt bastian karna papa bastian liat sendiri kn klo kebahagiaan bastia ada dkt dara
Aprisya
Alhamdulilah, akhirnya happy ending juga,, cinta sejati emang membutuhkan perjuangan,,,
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
Kotin Rahman
Alhmdulillah akire smpe di garis finis kisah cintane BasDar......slalu smgat Mama Reni...👍👍⚘⚘⚘⚘⚘
Eka ELissa
Ahir nya brahir bhgia...
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak
Maharani Rani
lanjut
Ida Nur Hidayati
alhamdulillah...ikut bahafia ya Bastian Dara
Retno Harningsih
lanjut
Ninik
berarti yg ini dah tamat ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!