Lamaran Dadakan Dari Pak Bos

Seminggu sudah hari telah terlewati, saat ini adalah hari-H Nindya dan Kaivan menjadi suami istri. Penghulu, saksi serta kedua orang tua mempelai sudah duduk ditempat masing-masing menunggu berjalannya ijab kabul. Kaivan sudah duduk di depan penghulu dan juga ayah Nindya.

"Bagaimana nak Kaivan apakah sudah siap?" tanya penghulu.

"Insyaallah saya siap pak" ucap Kaivan dengan gugup, dalam dirinya jantung Kaivan berdetak kencang serat kering dingin senantiasa keluar dari tubuhnya.

"Jangan gugup nak Kaivan, berdo'a saja semuanya lancar. Baiklah kalau nak Kaivan sudah siap kita mulai saja ijab kabulnya."

Kaivan dan pak Jajak pun berjabat tangan, sedangkan pak penghulu mengarahkan pak Jajak dan Kaivan agar tidak terjadi kesalahan. Setelah Jajak mengucapkan kalimat ijab Kaivan pun menjawabnya dengan satu tarikan nafas dan lancar hingga akhir.

"Bagaimana para saksi sah?" tanya penghulu kepada para saksi.

"Sahhh!!!" ucap para saksi serentak.

"Alhamdulillah..." pak penghulu mulai melafalkan do'a setelah sah.

Setelah itu Nindya dibawa keluar didampingi oleh ibu dan Adel yang senantiasa menuntun Nindya sampai berada di samping Kaivan. Dengan diarahkan oleh penghulu Nindya menandatangani buku nikah lalu mencium tangan Kaivan dengan takzim.

Sebelum penghulu pergi Nindya dan Kaivan diberikan wajangan agar rumah tangganya sakinah mawadah warahmah. Baru setelah itu pak penghulu pergi, Nindya dan Kaivan pun naik ke pelaminan menyalami para tamu yang datang. Hingga giliran Adel yang bersalaman dengan Nindya dan Kaivan.

"Nindya nanti malam saat malam pertama jangan lupa video call aku ya, aku pengen tahu bagaimana hebatnya pak Kai di ranjang" bisik Adel tepat ditelinga Nindya.

Sontak saja Nindya langsung menggeplak tangan Adel kencang. "Kamu itu ada-ada saja! gila saja kalau aku sampai melakukan hal itu."

Adel langsung cengengesan, "astaga Nindya aku hanya bercanda saja tapi kalau memang beneran aku enggak bakal nolak sih" ucap Adel diakhiri dengan kedipan mata.

"Sudah kamu jangan banyak bicara, lebih baik kamu segera turun agar tidak menambah panjang antrian yang ada dibelakang kamu."

"Iya tenang saja, oh iya jangan lupa kado dariku nanti kamu buka paling pertama ya."

"Jangan bilang kamu ngasih aku kado aneh-aneh" Adel cengengesan lalu segera menyalimi Kaivan dan memberikan selamat lalu setelah itu ngacir turun dari pelaminan.

Ingin menghentikan Adel pun Nindya tidak bisa karena masih banyak tamu yang harus di sambut. Nindya melupakan Adel dan fokus menyalimi para tamu lagi dan menebar senyum lebar. Sedangkan Kaivan memasang wadah datar tanpa senyum sama sekali, dia terlalu malas untuk menyalimi para tamu yang lumayan banyak.

"Selamat ya Nindya atas pernikahannya" ucap Kairo yang juga datang pada pernikahan Nindya.

"Terima kasih ya Kairo, terima kasih juga karena sudah datang ke pernikahanku."

"Sama-sama, oh iya Nindya kalau ada apa-apa jangan sungkan minta tolong sama aku walaupun kamu sudah memiliki suami" ucap Kairo sambil melirik Kaivan.

"Tenang saja aku tidak akan sungkan minta tolong sama kamu nantinya."

"Nindya saat ini sudah tidak perlu pertolongan dari pria lain karena saat ini Nindya sudah memiliki suami yang tidak kurang suatu apapun, jadi kamu tidak perlu menawarkan bantuan karena Nindya tidak akan lagi minta bantuan sama kamu" ucap Kaivan sinis.

Kairo memandang Kaivan sinis tapi saat memandang Nindya tatapan sinis itu seketika hilang dengan senyuman lebar. "Kamu jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh Kaivan ya Kairo, Kaivan hanya asal bicara saja tadi" ucap Nindya agar Kairo tidak merasakan sakit hati.

"Tidak apa Nindya aku tahu kok Kaivan hanya bercanda saja tadi, oh iya Nindya aku akan menunggu jandamu nanti."

Kaivan langsung melotot mendengar ucapan Kairo yang spontan itu. Rasa dalam hati Kaivan ingin membunuh Kairo saat ini juga tapi dia mencoba menahan keinginannya itu. Beda lagi dengan Nindya yang hanya menutup mulutnya, Nindya berfikir bahwa Kairo hanya asal bicara saja.

"Kamu itu bisa saja bercandanya" ucap Nindya diakhiri dengan tawa garing.

"Mungkin saat ini kamu bisa menganggap bercanda saja tapi kita tidak tahu nantinya" ucap Kairo serius, Nindya pun menegang kaget mendengar itu.

"Astaga Nindya jangan tegang seperti itu dong aku kan hanya bercanda saja" ucap Kairo diakhiri dengan tawa. Nindya pun ikut Kairo tertawa, Kaivan? Dia hanya diam saja dan menatap Kairo dengan pandangan datar dan tajam.

Seusai itu Kairo menyalimi Nindya bahkan mencium punggung tangan Nindya hingga membuat Nindya tidak enak karena banyak pasang mata yang melihat adegan itu. Nindya segera melepas tangan Kairo sebelum lama dicium oleh Kairo karena Kairo tidak ingin melepaskannya.

Setelah itu Kairo mengangkat tangannya untuk berjabat tangan dengan Kaivan. Tapi Kaivan malah membuang muka dan tidak mau berjabat tangan dengan Kairo. Kairo tersenyum dan menurunkan tangannya lalu berbisik di telinga Kaivan.

"Kamu nikmati saja hari ini dengan Nindya tapi sesudah ini aku akan melakukan segala cara untuk merebut Nindya darimu" sesudah membisikkan itu Kairo menepuk pundak Kaivan beberapa kali baru setelah itu turun dari pelaminan.

Tangan Kaivan mengepal mendengar ucapan Kairo tadi. 'Kairo aku tidak akan memberikan celah sedikitpun untuk kamu merusak rumah tanggaku ini' batin Kaivan penuh tekat.

Nindya yang ada disamping Kaivan pun tahu bahwa saat ini Kaivan tengah menahan emosi. Tapi saat Nindya ingin menanyakan hal apa yang membuat Kaivan emosi pun tidak bisa karena harus menyalimi para tamu.

Setelah selesai menyalimi semua tamu, Nindya dan Kaivan pun duduk di kursi pelaminan. Mereka saling diam tidak mengeluarkan suara karena canggung dan bingung obrolan apa yang harus mereka mulai saat ini karena tidak mungkin saat berada diatas pelaminan membicarakan pekerjaan. Hingga tidak lama kemudian Eni naik ke pelaminan menghampiri pengantin baru itu.

"Nak Nindya kalau semisal kamu capek kamu bisa istirahat di kamar saat ini juga" ucap Eni.

"Tapi bu bagaimana dengan para tamu yang ada disini? Saya tidak enak harus meninggalkan mereka semua."

"Sudah tidak papa Nindya, kalau para tamu tanya biar ibu yang akan memberikan pengertian nanti. Lebih baik kamu sekarang istirahat agar tidak terjadi apa-apa dengan janin yang ada didalam kandunganmu."

"Baik bu" Nindya tidak menolak karena memang saat ini rasa badannya sangat pegal dan ingin diistirahatkan karena dua hari sebelum hari-H Nindya sering begadang agar pekerjaannya segera selesai walaupun harus kerja di rumah karena harus mengikuti prosesi pingitan.

"Bu aku juga ingin ikut istirahat dengan Nindya" ucap Kaivan.

"Tidak usah lebih baik kamu temani para tamu saja."

"Tapi bu aku ingin istirahat juga" tiba-tiba Eni tersenyum misterius.