NovelToon NovelToon
Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Petualangan si JAPRI 2 : Penemuan Jasad di Hutan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.

Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...

Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22 Serangan Dua Arah

Malam ini, di Polsek Suka Maju, tampaklah Haji Zulkarnain dan beberapa polisi sedang duduk bersila sambil memanjatkan doa-doa. Sejak jam 9 malam mereka sudah siap siaga jika nanti ada serangan lanjutan dari si gendruwo.

Menjelang tengah malam, di saat para bapak-bapak itu sedang khusyuk berdoa, tiba-tiba goyanglah bangunan tersebut seperti ada gempa, yang tak lama kemudian bertiuplah angin kencang yang melanda ruangan kantor polisi itu.

Haji Zulkarnain dan para polisi tersebut semakin kencang dalam melantunkan doa-doanya, namun keadaan tidak berubah lebih baik.

Yang terjadi kemudian adalah terdengar suara tertawa yang keras dan serak, yang membuat bapak-bapak polisi itu merinding.

Di saat semua sedang tegang, tiba-tiba tubuh Haji Zulkarnain terpental sekian meter hingga badannya terbentur tembok dan tak lama kemudian pria itu memuntahkan darah. Tentu saja kejadian tersebut membuat bapak-bapak polisi menjadi panik.

"Jangan hiraukan saya, terus lantunkan doa," kata Pak Haji itu dengan suara agak tercekat karena menahan rasa sakit.

Sekalipun organ dalamnya terluka karena serangan gaib, Haji Zulkarnain tetap melanjutkan doa-doanya kembali.

Selama hampir 2 jam, para bapak-bapak itu menghadapi situasi yang tegang dan mencekam, hingga akhirnya angin kencang pun menghilang dan keadaan kembali kondusif.

Begitu kondisi sudah dirasa aman, Pak Bambang pun segera menghampiri Haji Zulkarnain diikuti oleh bapak-bapak polisi yang lain.

"Pak Haji, bagaimana keadaan panjenengan, Pak?" raut wajah Pak Bambang menyiratkan kecemasan.

"Saya tidak apa-apa, Pak Bambang. Hanya sakit sedikit kok," kata Haji Zulkarnain dengan suara tenang sekalipun baru saja mengalami hal yang mencekam.

"Minum dulu, Pak Haji," Pak Satria menyodorkan segelas teh hangat pada Pak Haji itu.

"Menurut penerawangan saya, yang mengirim gendruwo tadi memiliki ilmu hitam tingkat tinggi. Kita tidak bisa terus bertahan seperti ini. Saya akan mencari bantuan pada beberapa teman saya," ucap Pak Haji itu setelah meminum setengah gelas teh hangat.

"Jadi benar gendruwo itu dikirim oleh dukun. Jangan-jangan ini benar ulahnya si Burhan," sela Pak Munaf.

"Kalau hal itu saya tidak tahu. Yang penting kita harus segera mencari bantuan agar teror gendruwo ini tidak berkepanjangan," ujar Haji Zulkarnain.

"Besok saya tak pergi ke pondok untuk meminta bantuan pada beberapa kenalan saya," lanjut Pak Haji itu.

"Monggo Pak Haji, kami sangat berterimakasih sekali karena panjenengan sudah mau membantu. Sekaligus saya juga minta maaf, gara-gara membantu kami, Pak Haji jadi terluka," Pak Bambang merasa bersalah.

"Tidak apa-apa Pak Bambang, tidak perlu minta maaf. Langkah Pak Bambang sudah benar, karena yang kita hadapi saat ini bukanlah serangan yang wajar. Serangan gaib seperti ini butuh orang-orang khusus untuk menanganinya."

*

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di Desa Suka Makmur, sejak sore saat belajar, Jaka merasa gelisah.

Menjelang jam 9 malam, tiba-tiba sepasang mata bocah laki-laki itu berubah menjadi kuning. Dan tak lama kemudian, dia melangkah menuju ke luar rumah namun langsung di cegah olek bapaknya yang saat itu sedang nonton TV.

"Lo Le, sudah malam mau kemana?" tanya Pak Rahmat heran.

Jaka tidak menggubris pertanyaan pria paruh baya itu karena dia sudah dikendalikan oleh si loreng.

Sadar jika anaknya mulai bersikap aneh lagi, Pak Rahmat pun segera menghampiri Jaka dengan perasaan panik

"Le, Jaka...," suara pria paruh baya tersebut terhenti saat melihat sepasang mata anaknya berwarna kuning.

"Mbah Harimau, tolong Mbah, jangan membahayakan anak saya," pinta Pak Rahmat.

"Segera bawa pergi istrimu dari sini karena kalian dalam bahaya," suara Jaka sudah berubah besar dan serak.

"Baik Mbah, saya akan bawa pergi istri saya dari sini, tapi tolong jangan membahayakan anak saya," sekali lagi pria paruh baya itu memohon.

Jaka yang sudah dikendalikan oleh khodamnya Mbah Wongso tidak menggubris permintaan Pak Rahmat. Bocah laki-laki itu malah berjalan mondar-mandir di halaman rumah dengan mata kuningnya yang menyorot tajam.

"Maak! Maak!" teriak Pak Rahmat sambil masuk ke dalam rumah.

"Maak!" sekali lagi pria paruh baya tersebut memanggil istrinya yang saat itu sedang meracik bumbu dan memotong sayuran di dapur untuk dimasak keesokan harinya.

"Ono opo to Pak? Sudah malam kok teriak-teriak," Bu Ida menegur istrinya.

"Uwes Mak, sekarang cepetan keluar dari rumah. Kita dalam bahaya, Mak," kata Pak Rahmat dengan suara agak cepat.

"Bahaya opo to Pak? Emak kok gak ngerti maksudnya," wanita paruh baya itu kebingungan.

"Sudah jangan banyak tanya dulu, kita harus cepet keluar dari rumah."

Tanpa menunggu persetujuan dari istrinya, dengan segera Pak Rahmat menarik tangan Bu Ida.

Begitu sampai di halaman rumah, wanita paruh baya itu merasa heran ketika melihat anaknya bersikap aneh.

"Pak, Jaka kenapa, Pak?" Bu Ida mulai panik.

"Anak kita sudah dikendalikan lagi sama khodamnya Mbah Wongso, Mak," jawab Pak Rahmat dengan suara pelan.

"Oalah Gustii Gusti, kok seperti ini lagi to yoo yo," keluh wanita paruh baya tersebut dengan raut wajah cemas.

"Mending sekarang Emak ke rumahnya Bu Maemunah dulu sambil ngawasi Jaka dari kejauhan. Bapak tak pergi ke rumahnya Pak Ustadz Somad."

Dengan langkah cepat, Pak Rahmat pun pergi ke rumah Pak Ustadz Somad untuk minta bantuan, sementara itu Bu Ida berjalan menuju ke rumah Bu Maemunah.

Sepeninggal Pak Rahmat dan Bu Ida, Jaka yang sudah dikendalikan oleh si loreng, melompat naik ke atap rumah, yang tak lama kemudian terdengarlah beberapa kali suara auman harimau yang keras hingga membuat tetangga sekitarnya ketakutan dan tidak ada yang berani keluar rumah.

Melihat kejadian itu, tentu saja Bu Ida semakin tambah khawatir, takut kalau-kalau anaknya jatuh terpeleset dari atap rumah.

Tak lama kemudian, muncullah sosok Pak Rahmat dan Pak Ustadz Somad.

"Pak Ustadz, tolong anak saya, Pak," pinta Pak Rahmat dengan perasaan panik setelah melihat anaknya sudah berdiri di atap rumah.

Hening, tidak ada jawaban, karena Pak Ustadz Somad sedang mencoba menerawang apa yang sebenarnya terjadi.

"Pak Rahmat, khodamnya Mbah Wongso sedang gelisah dan waspada karena akan ada bahaya yang datang," kata Pak Ustadz itu.

"Bahaya apa itu, Pak Ustadz?" tanya Pak Rahmat penasaran.

"Kalau penerawangan saya tidak salah, akan ada serangan gaib yang akan mengincar keluarga panjenengan, Pak," jawab Ustadz Somad.

"Serangan gaib? Darimana itu, Pak Ustadz?" Pak Rahmat semakin cemas.

"Maaf Pak Rahmat, saya juga tidak tahu. Sebaiknya kita lantunkan saja doa-doa agar bahaya itu bisa teratasi."

1
Yurika23
seru Thor...penulisannya juga enak dibaca...ringan, padat gak berbelit2...tercaba situasinya saat itu...
Kezia Suhartini: makasih kakaak.. 🙏
total 1 replies
Yurika23
mampir ya Thor....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!