Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Bertemu Pertapa Misterius
Supri yang baru sadar jika sudah melewati jalan yang sama sampai beberapa kali pun menghentikan langkahnya.
Untuk sesaat, bocah laki-laki bertubuh gemuk itu mengedarkan pandangannya ke sekitar termasuk ke arah atas, untuk memastikan jika tidak ada ular besar lagi yang melingkar di dahan pohon.
Setelah dirasa aman, si gembul pun duduk dengan menyandarkan tubuhnya kembali di sebuah batang pohon lalu dia mulai memanjatkan doa-doa dengan suara yang agak keras. Tanpa terasa Supri pun meneteskan air mata karena harus tersesat di hutan sendirian.
Sambil berdoa dan menangis, bocah laki-laki bertubuh gemuk itu kemudian teringat pada Emak dan Bapaknya yang selama ini begitu menyayanginya, sekalipun dia sering menggoda kedua orang tuanya dengan omongan banyolannya.
Lebih dari setengah jam Supri melantunkan doa-doa, lalu dia menghapus air matanya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Setelah berjalan kaki hampir 1 jam, tiba-tiba bocah laki-laki itu dikejutkan dengan kemunculan kuntilanak yang sedang berdiri di samping pohon yang sangat besar dan rimbun.
Jantung Supri berdegup kencang kembali, dia tidak mengira jika di siang bolong begini ada kuntilanak yang menampakkan diri. Tak berapa lama, terdengar suara tertawa kuntilanak yang kencang hingga membelah kesunyian hutan.
Hi hi hi hi... Kamu mau ke mana bocah gendut? Sini ikut aku... Hi hi hi hi...
Tanpa pikir panjang, si gembul pun lari ngibrit ke arah berlawanan dengan masih diiringi suara tawa kuntilanak selama beberapa menit, seolah makhluk halus itu terus mengikutinya.
Karena panik, bocah laki-laki itu tidak memperhatikan larinya, hingga...
"Aaaa!! Toloong!!" rupanya Supri terperosok lalu tubuhnya menghilang di sebuah lubang yang agak besar.
Brug!!
Badan si gembul terbentur tanah dengan keras yang membuatnya jatuh pingsan.
1 jam an kemudian...
Begitu tersadar, Supri langsung kaget dan takut karena mendapati dirinya sedang berada di tempat yang cukup gelap.
Setelah mengambil posisi duduk, untuk sesaat, bocah laki-laki itu mengedarkan pandangannya, berusaha untuk mengenali sekitarnya. Rupanya, saat ini Supri sedang berada di tempat yang tampak seperti gua.
Tak berapa lama, si gembul pun bangkit berdiri lalu menyusuri gua tersebut dengan berjalan agak terpincang karena dia tadi jatuh dari tempat yang lumayan tinggi.
Setelah menelusuri sebagian area gua, Supri lalu menemukan sebuah cabang gua yang berbelok ke kiri. Dengan hati-hati, si gembul pun masuk ke dalam cabang gua tersebut yang ternyata semakin lama semakin melebar hingga sepasang matanya melihat ada seorang kakek yang sedang bertapa di dalamnya.
Kakek itu tampak lumayan renta, berambut dan berjenggot putih panjang serta mengenakan jubah berwarna putih.
"Mendekatlah kemari Le, kamu tidak usah takut," kata si kakek dengan sepasang mata tetap terpejam.
Supri pun menuruti perintah kakek misterius itu dengan duduk sekitar 2 meteran di depannya.
"Maaf Mbah, Supri tidak sengaja jatuh di tempat ini," ucap bocah laki-laki tersebut dengan sedikit takut.
"Tidak perlu minta maaf Le, namanya juga musibah," ujar si kakek.
"Kenapa kamu bisa sampai ada di sini?" pertapa misterius itu pura-pura bertanya, padahal sebenarnya dia sudah tahu apa yang terjadi pada Supri saat menerawang bocah laki-laki tersebut ketika pingsan tadi.
"Kemarin saya diculik Mbah, trus tadi pagi saya berhasil kabur, tapi saya malah tersesat di hutan. Saya tadi jatuh di sini karena ketemu sama kuntilanak, Mbah," jujur si gembul.
"Kenapa ada orang yang menculik kamu, Le?" tambah kakek tersebut.
"Sepertinya ini ada hubungannya dengan jasad yang saya temukan di hutan beberapa waktu yang lalu, Mbah," terang bocah laki-laki itu.
"Kalau boleh saya tahu, Mbahnya ini manusia atau bukan ya?" Supri memberanikan diri untuk bertanya tentang jati diri pertapa misterius tersebut.
"Menurutmu, Mbah ini manusia atau bukan?" si kakek malah balik bertanya.
"Kalau menurut Supri, Mbahnya bukan manusia. Bener kan Mbah?" si gembul berusaha menebak menggunakan instingnya.
"Mbah memang bukan manusia. Saya sudah berada di gua ini selama lebih dari 5 abad. Bisa dikatakan Mbah adalah salah satu penguasa hutan ini," terang pertapa misterius itu.
"La terus namanya Mbah siapa?" lanjut bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut ingin tahu.
"Sayang sekali, Mbah tidak bisa menyebutkan nama Mbah. Biar itu menjadi rahasia alam semesta," ucap si kakek.
"Supri boleh minta tolong tidak, Mbah?" tambah si gembul.
"Kamu mau minta tolong agar bisa pulang kan?" pertapa misterius itu bisa membaca pikiran Supri.
"Iya Mbah. Sudah dua kali ini Supri menghilang. Bapak dan Emak pasti sangat mengkhawatirkan Supri," jelas bocah laki-laki bertubuh gemuk tersebut.
"Kamu tidak perlu khawatir, Le. Kamu pasti pulang dengan selamat kok. Tunggu saja beberapa jam, nanti akan ada 2 orang yang datang mencarimu," si kakek mengatakan sesuatu yang akan terjadi seperti seorang peramal.
"Beneran, Mbah?" tanya Supri setengah percaya.
"Kamu bisa pegang perkataannya Embah. Kamu tinggal menunggu sampai mereka berdua datang kemari untuk menjemputmu," sekali lagi pertapa misterius itu berusaha meyakinkan Supri.
"Inggih Mbah, Supri percaya. Saya akan menunggu kedatangan mereka."
*
Dengan setengah berlari, Pak Bedjo mengikuti Jaka untuk mencari keberadaan Supri. Sudah lebih dari 2 jam, kedua kaum adam itu berlari pelan menyusuri hutan tanpa istirahat sama sekali.
"Istirahat sebentar dulu ya Le, Pak Lik sudah gak kuat ini," kata Pak Bedjo dengan napas ngos-ngosan dan bersimbah keringat.
"Iya Pak Lik," suara Jaka sudah normal kembali tapi sepasang matanya masih berwarna kuning.
Sambil ngaso, pria paruh baya itu mengajak Jaka untuk makan dan minum karena sedari pagi perut bocah laki-laki tersebut belum terisi apapun. Untungnya sebelum pergi dari tempat penculik tadi, Pak Bambang mencegah mereka sebentar, lalu dibekali makanan dan minuman yang dikuras dari kulkas si penculik.
"Supri masih jauh, Le?" tanya Pak Bedjo setelah makan roti dan minum secukupnya karena tidak tahu sampai kapan mereka akan berada di hutan, jadi mereka harus berhemat.
"Berdasarkan penciumanku, Supri masih jauh, Pak Lik," sahut Jaka apa adanya.
"Duh Gustii, mudah-mudahan Supri tidak apa-apa dan bisa kita temukan sebelum malam tiba," Pak Bedjo mengungkapkan harapannya.
Setelah istirahat selama 20 menitan, Jaka dan Pak Bedjo pun melanjutkan pencarian dengan berlari pelan kembali hingga mereka melihat seekor ular besar yang melingkar di atas pohon, yang sama dilihat Supri.
Karena aroma tubuh Supri tercium lumayan kuat, Jaka mempercepat larinya hingga mereka bertemu juga dengan si kuntilanak, yang merupakan salah satu penunggu sebuah pohon besar.
Begitu melihat kuntilanak itu, Jaka mengaum dengan keras beberapa kali hingga sosok kuntilanak tersebut menghilang dari pandangan mata.