Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Tinggal Sekolah Dasar
Waktu berlalu begitu cepat. Udin dan Gobed kini telah menyelesaikan masa-masa mereka di sekolah dasar dan siap menghadapi babak baru dalam hidup mereka: masuk SMP. Hari-hari terakhir di SD dipenuhi dengan berbagai kegiatan perpisahan, termasuk pesta kelulusan yang meriah.
Di hari terakhir sekolah, Gobed dan Udin merasa campur aduk antara senang dan sedih. Mereka mengenakan seragam lengkap dengan dasi dan topi wisuda, siap untuk merayakan pencapaian mereka. Di kantin, para siswa berkumpul untuk menikmati makanan penutup yang disiapkan oleh orang tua dan guru. Sementara itu, suasana penuh tawa dan ceria.
Gobed dan Udin, yang kini terlihat lebih besar dan lebih dewasa, berbincang sambil mengunyah kue tart. Tiba-tiba, Udin menyinggung tentang perlengkapan sekolah baru mereka. “Eh, Gobed, udah siap belum untuk tas baru? Aku denger katanya di SMP nanti kita harus bawa buku sebanyak dua kali lipat!”
Gobed tertawa. “Wah, jadi tas kita bisa jadi baju tambahan ya? Nanti kita bikin tas besar kayak ransel raksasa aja, biar semua buku muat!”
Mereka berdua kemudian berusaha membayangkan seperti apa rasanya membawa tas besar itu. “Bayangkan aja, kita bawa tas segede gaban, terus setiap kali mau buka buku, kita harus dorong-dorong dulu tasnya!” kata Gobed sambil menggambar tas raksasa di udara.
Udin tidak kalah kreatif. “Atau kita bisa bikin sistem pulpen otomatis yang bisa keluar sendiri dari tas, jadi kita enggak usah ribet cari-cari pulpen!”
Di tengah-tengah obrolan seru mereka, Bu Slumbat dan Pak Jengkok mendekat sambil membawa kotak besar berisi snack dan minuman. “Selamat ya, Gobed dan Udin!” kata Bu Slumbat. “Kami semua bangga sama kalian. Dan sebagai hadiah perpisahan, ini dia bekal spesial buat kalian.”
“Wah, terima kasih, Bu!” jawab Udin sambil menyambut kotak berisi makanan dengan antusias.
Pak Jengkok juga menambahkan, “Jangan lupa, kalau ada masalah di SMP, jangan sungkan untuk minta bantuan. Dan hati-hati dengan pelajaran matematika yang katanya lebih menantang!”
Mereka tertawa mendengar komentar Pak Jengkok. “Gak usah khawatir, Pak. Kalau ada pelajaran susah, kita bakal bawa tas besar itu lagi dan habisin buku-bukunya satu per satu!”
Pesta kelulusan berlangsung meriah dengan berbagai permainan dan hiburan. Salah satu permainan yang paling menghibur adalah lomba tarik tambang antara kelompok siswa. Gobed dan Udin yang berada di tim lawan saling berteriak sambil menarik tali, penuh semangat.
Tak hanya siswa, orang tua dan guru juga ikut bergembira. Bu Lurah, yang kini sudah akrab dengan keluarga Pak Jengkok, turut hadir dan ikut bersenang-senang. Ia bahkan mencoba bergabung dalam permainan tarik tambang, tetapi justru tertahan di tengah jalan dan hampir terjatuh, membuat semua orang tertawa.
Setelah pesta, Udin dan Gobed merasa sangat senang meski harus berpisah dengan teman-teman lama mereka. Keesokan harinya, mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk hari pertama di SMP. Mereka membeli perlengkapan sekolah baru, termasuk tas yang lebih besar, buku, dan alat tulis.
Hari pertama SMP tiba. Udin dan Gobed berjalan bersama menuju sekolah baru mereka, dengan semangat dan rasa penasaran yang tinggi. Mereka mengenakan seragam baru dengan bangga. “Ayo, Gobed, kita bakal jadi siswa keren di SMP!” kata Udin penuh semangat.
Gobed mengangguk. “Ya, dan kalau ada yang nanya, kita bisa bilang kalau tas kita lebih besar daripada tas ransel sekolah mereka!”
Mereka tertawa saat membayangkan bagaimana mereka akan menghadapi hari-hari di sekolah baru dengan segala tantangan dan petualangan baru. Meskipun perasaan gugup masih ada, mereka merasa siap menghadapi semuanya bersama, seperti sahabat sejati yang saling mendukung.
Hari pertama di SMP berjalan lancar dengan berbagai kegiatan orientasi. Udin dan Gobed bertemu dengan banyak teman baru dan guru-guru yang ramah. Mereka juga sempat terlibat dalam beberapa situasi lucu, seperti saat Udin secara tidak sengaja membalikkan meja saat mencoba membuka buku baru dan buku-bukunya jatuh berserakan.
“Waduh, Udin, hati-hati dong! Kalau buku-buku itu jadi mainan, kita bisa dikeluarkan dari sekolah!” kata Gobed sambil tertawa.
“Eh, ini mah bukan mainan, ini latihan kekuatan!” jawab Udin sambil berusaha mengumpulkan buku-buku yang berserakan.
Dengan semangat dan dukungan satu sama lain, mereka merasa percaya diri memasuki babak baru dalam hidup mereka. Udin dan Gobed tahu bahwa apa pun yang terjadi di SMP, mereka akan selalu menghadapi segala sesuatu bersama, dan menjadikan setiap momen penuh warna dalam perjalanan mereka.
Di hari-hari awal di SMP, Gobed dan Udin segera mencuri perhatian. Gobed, dengan tampang gagah dan tampilan yang semakin ganteng, menunjukkan kepiawaian otaknya dalam berbagai pelajaran. Sedangkan Udin, dengan gaya preman khasnya, tetap menjadi sosok yang mencuri perhatian, bukan hanya karena gaya berpakaiannya yang khas, tapi juga karena kepiawaiannya dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Pada hari pertama di SMP, seluruh siswa baru dikenalkan dengan berbagai kegiatan dan mata pelajaran yang akan mereka hadapi. Gobed dengan cepat menonjol sebagai siswa yang cerdas dan sangat pandai dalam pelajaran matematika dan sains. Dalam pelajaran matematika, ia bisa memecahkan soal-soal yang dianggap sulit oleh teman-teman sekelasnya hanya dengan sekali tatap.
Saat pelajaran matematika, Guru Matematika meminta contoh soal yang sulit. Gobed dengan cepat berdiri dan menjelaskan soal integral yang rumit, membuat seluruh kelas terkesima. “Wow, Gobed, kalau begini terus, kamu bakal jadi profesor matematika!” komentar salah satu teman.
Udin, di sisi lain, terkenal dengan gaya preman yang santai namun keren. Ia menjadi bintang dalam kegiatan olahraga dan seni bela diri. Suatu hari, saat ulangan olahraga, Udin berhasil membuat semua orang terpingkal-pingkal ketika ia mencoba melakukan gerakan parkour, tetapi malah terjatuh ke dalam kolam renang. “Aduh, Udin, ternyata parkour di kolam renang itu lebih seru daripada di darat!” celetuk Gobed sambil tertawa.
Kehidupan mereka di SMP penuh dengan kejadian lucu dan menghibur. Suatu ketika, saat ada acara perayaan sekolah, Gobed dan Udin ditunjuk untuk memimpin acara dalam pertunjukan seni. Gobed memutuskan untuk menunjukkan keahliannya dalam bermain piano sambil menyanyikan lagu yang sangat serius, sementara Udin melakukan aksi komedi dengan penampilan stand-up comedy yang mengundang gelak tawa dari seluruh penonton.
Di tengah-tengah penampilan, Udin berusaha membuat seluruh audiens tertawa dengan cerita tentang pengalaman lucunya selama pelajaran olahraga, termasuk saat ia tersandung tali sepatu dan hampir menabrak papan pengumuman. “Dan, lihatlah, papan pengumuman itu kini jadi langganan ciuman Udin setiap kali ia berlari!” teriak Udin sambil menunjuk papan pengumuman yang kini sedikit miring. Seluruh ruangan pun meledak dalam tawa.
Gobed juga tidak kalah seru. Dalam pertunjukan piano-nya, ia memainkan sebuah lagu yang mengharukan dengan penuh perasaan. Tiba-tiba, saat ia memainkan bagian yang paling sedih, Udin diam-diam memasukkan beberapa balon ke dalam lengan baju Gobed, membuatnya tampak seperti mengenakan lengan baju yang sangat besar. Penonton tidak bisa menahan tawa ketika Gobed terpaksa menari sambil memainkan piano dengan balon-balon tersebut mengembang.
Momen-momen seperti ini membuat mereka semakin terkenal di sekolah. Gobed, dengan kepandaian akademiknya, dan Udin, dengan gaya preman dan aksi-aksinya yang menghibur, menciptakan kombinasi yang tak tertandingi. Mereka menjadi bintang emas di SMP, tidak hanya karena prestasi mereka tetapi juga karena kepribadian mereka yang unik dan keceriaan yang mereka bawa ke setiap kesempatan.
Kehidupan di SMP semakin membuat Gobed dan Udin semakin dekat sebagai sahabat. Mereka saling mendukung, berbagi tawa, dan selalu menemukan cara untuk membuat hari-hari mereka lebih berwarna. Dengan cara ini, mereka menjalani masa-masa SMP mereka dengan penuh semangat dan kegembiraan, menjadi contoh nyata bahwa persahabatan dan kerja keras dapat membawa kesuksesan yang luar biasa.
Suatu hari, saat mereka duduk bersama di kantin, Gobed dan Udin mengingat kembali perjalanan mereka dari masa-masa mereka sebagai pemulung dan preman hingga menjadi bintang di SMP. Mereka saling bertukar pandangan dengan senyum bangga.
“Eh, Udin,” kata Gobed sambil menggigit sandwichnya, “dulu kita berdua enggak pernah nyangka bisa sampai di sini, ya?”
Udin tertawa, “Ya, siapa yang nyangka kalau kita bakal jadi bintang di SMP? Tapi semua ini berkat kerja keras dan dukungan kita satu sama lain.”
Mereka melanjutkan percakapan dengan penuh semangat, menyadari betapa jauh mereka telah berkembang dan bagaimana perjalanan hidup mereka telah membawa mereka ke tempat yang lebih baik. Momen-momen lucu dan penuh keceriaan menjadi bagian dari kenangan indah mereka di SMP, menandakan bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan, persahabatan dan keceriaan dapat mengubah segalanya.