Mengandung Benih Pria Tua

Kenan menatap ke arah luar. Terlihat awan yang sedang mengintipnya. Ia tak sabar menemui Eileen dan putrinya, Violet. Satu bulan sekali ia mengunjungi Eileen. Ia pernah ingin membawa Eileen kembali bersamanya tanpa Ketty tau, tapi Eileen menolak dan memilih di Indonesia. Selang beberapa saat pesawat pun turun. Kini dia bersiap-siap untuk turun. Sekertarisnya telah menyiapkan sebuah mobil untuk membawanya ke rumah Eileen.

"Tuan, apa kita menginap di hotel dulu atau langsung menemui nyonya."

"Kita langsung ke rumah Eileen. Aku tidak sabar untuk menemuinya." Jantungnya berdetak cepat, gugup, rindu bercampur aduk. Dia tersenyum mengingat pertemuannya dengan Eileen.

Selang beberapa saat, dia telah sampai di rumah Eileen. Rumah berlantai dua itu terlihat tenang. Dia berlari masuk dan membuka pintunya. "Eileen! Eileen!" teriknya. Dia naik ke lantai dua dan membuka pintu kamar Eileen.

Dia melihat Eileen tidur di atas ranjangnya. Dia melihat ke arah sudut ruangan dan melihat seorang pria yang mirip dengannya. "Ken?" Kedua matanya menajam dan mengepal kuat.

Kenzo tersenyum, dia menaruh Violet ke ranjang bayi. "Kau sudah datang? kita bicara di luar." Dia tidak ingin mengganggu tidur Eileen.

Kenan menurut, dia mengekori Kenzo. "Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Kenan. "Apa selama ini kau berada di sisi Eileen?"

"Ya, seperti yang kamu lihat." Dia tidak perlu menyembunyikan apa pun dari Kenan. Dari pada ia harus menyembunyikan segala sesuatu yang mungkin suatu saat nanti akan terbongkar dengan sendirinya.

"Apa yang kau lakukan pada istri ku?" Kenan menarik kerah kemeja Kenzo.

"Kenan." Eileen terkejut melihat Kenan berada di rumahnya. "Kau, Kenzo. Kenan lepaskan Kenzo."

Kenan melepaskan Kenzo. Dia menghampiri Eileen dan memeluknya. "Kau baik-baik saja? Kau tidak di apa-apakan oleh Kenzo kan?"

"Tidak." Eileen mengusap punggung Kenan. "Duduklah, aku akan menjelaskannya." Eileen menggenggam tangan Kenan dan duduk di sampingnya. "Sebenarnya setelah aku pergi dari mu. Kenzo mengikuti ku, dia yang menjaga anak kita dan aku sewaktu kau tidak ada. Maafkan aku menyembunyikan semua ini."

Kenan mengangguk, tapi ia tidak mudah untuk mempercayai Kenzo. "Lalu karena aku sudah ada di sini, sebaiknya kau pergi saja Kenzo. Kau tidak di butuhkan di sini," ucap Kenan. Dia mungkin bisa menerimanya demi Eileen. "Maafkan aku yang selalu meninggalkan mu."

"Kenzo apa kau mencintai Eileen?" tanya Kenan.

Deg

Eileen dan Kenzo saling tatap. Dia berharap Kenzo tidak mengatakannya. Sedangkan Kenzo, dia ingin mengatakannya agar ia di percayai bahwa ia tidak akan pernah mencelakai Eileen.

Kenzo mengangguk sambil mengucapkan sebuah kata, "Aku mencintai Eileen, tapi kau jangan khawatir. Eileen tidak menerima ku. Dia tidak mencintai ku. Dia hanya mencintai mu yang sudah memiliki istri."

"Apa?" Senang sekaligus sedih mendengarkan ucapan Kenzo. Ia senang Eileen mencintainya dan sedih karena Kenzo mencintai Eileen. "Ei, benarkah yang di ucapkan oleh Kenzo. Kau, kau menyukai ku?"

"Itu ..." Kenan memeluk Eileen. Di cintai Eileen adalah anugrah terindah di dalam hidupnya. "Benarkah? Aku, aku sangat senang. Terima kasih Eileen."

"Tapi kau jangan senang dulu, kau tidak bisa menjaga Eileen dan Violet, apa gunanya." Kenzo mengejek pria yang menurutnya memuakkan di lihat dari sikapnya itu.

Benar, cinta memang harus mengalah demi orang yang kita cintai. Menuruti semua keinginan orang yang kita cintai. "Kenapa kalian tidak bersama? Ceraikan saja Ketty."

"Tidak, cinta ini posisinya salah. Jadi biarkan seperti ini. Aku tidak ingin menyakiti Ketty lebih dalam lagi." Dia merasa bersalah karena telah masuk lebih dalam. Bukankah ia bersalah karena telah mencintai pria yang beristri.

"Bagaimana kalau suatu saat Ketty tau? Kau tidak mungkin menyembunyikannya lagi Ei. Dia menerima mu, alangkah baiknya .."

"Tidak Kenzo, kau tidak mengerti perasaan ku dan perasaan Ketty."

Kenan mencium tangan Eileen. "Tidak masalah, yang penting kau mencintai ku dan aku mencintai mu. Eileen, aku mencintai mu dan menyayangi mu."

Kenzo merasa mual, entah kemana Kenan yang acuh itu. Tapi ia senang, saudara yang ia cintai dan wanita yang ia cintai kini bersatu. Ia hanya perlu menjaga keduanya dengan baik. "Dunia terasa hanya milik berdua saja." Gumam Kenzo.

"Em, Kenzo sebaiknya kau mengatakan pada Kenan penculikan mu itu."

"Ah iya, aku ingin mengatakannya. Orang yang menculik ku ternyata tuan Carlo. Aku tidak tau motifnya, padahal aku tidak memiliki salah." Sejujurnya ia tidak membenci Kenan, dia sudah membiarkan yang berlalu biarlah berlalu.

"Kenapa kau bisa yakin tuan Carlo?"

"Pengawalnya, tapi pengawal itu sudah meninggal. Sepertinya mereka tidak ingin meninggalkan bukti."

"Tuan Carlo pasti mengincar ku. Mungkin karena aku sering berselisih dengannya. Aku akan menyelidikinya lagi." Dia baru tau jika tuan Carlo ada di rencana penculikan saudara kembarnya. "Kau tidak membenci ku?"

"Aku tidak membenci mu karena kesalahpahaman ini. Maafkan aku, aku kira rencana mu."

Sementara itu, Ketty sedang memperkenalkan anaknya pada beberapa teman arisannya.

"Ketty ini anak mu?" tanya seorang wanita yang memakai dress hitam.

"Iya Calisa." Jawab Ketty.

"Mirip sekali dengan suami mu," ujar ibu-ibu yang lain.

"Tampan sekali."

Calisa melirik Ketty. "Ketty kau tidak merasa curiga pada suami mu?" tanya Calisa. Temannya pernah pinjam rahim namun pada akhirnya dia menjadi istri keduanya.

"Curiga? Curiga tentang apa?" tanya Ketty bingung.

Calisa menatap anak Ketty. "Curiga bahwa suami tidak terlibat lebih dalam lagi dengan teman mu itu. Dulu ada teman ku juga begitu, dia pinjam rahim tapi ternyata dia menjadi istri keduanya."

Ketty tertawa, Kenan memperlakukannya dengan baik bahkan dia sudah menceraikan Eileen. "Suami ku tidak mungkin berbuat seperti itu. Aku yakin, bahkan Eileen sudah pergi."

"Kamu yakin Ketty suami mu tidak kecantol. Bisa saja sudah merasakan enak, dia tidak mau pergi." Timpal ibu-ibu yang lain.

Ketty menggelengkan kepalanya. Kenan sudah membuktikannya. Dia tidak perlu curiga. Namun perasaannya tidak enak saat Kenan masih mencintai Eileen.

Pada malam harinya.

Ketty menghubungi Kenan, semenjak obrolannya dengan teman-temannya. Perasannya gelisah, ia tidak tenang. "Kenan tidak mengangkat."

Dia kembali menghubungi Kenan, namun beberapa kali Kenan tidak mengangkat panggilannya. "Sebenarnya dia ke negara mana? Ke luar kota? Aku tidak menanyakannya." Hatinya menjadi resah tidak karuan. Setiap bulan Kenan selalu pergi, tapi ia tidak pernah curiga gelagat Kenan. Paling satu minggu Kenan pulang. "Satu Minggu? Kenapa lama sekali? Apa Kenan tau keberadaan Eileen? Tidak mungkin, aku harus memastikannya sendiri."

Setelah Kenan pulang ia sendiri yang akan menanyakan keberadaan Eileen pada Kenan dan mengecek sendiri ponselnya.