“Arga, ini aku bawain sandwich buat kamu. Dimakan ya, semoga kamu suka,”
Argantara datang menjemput Shelina tunangannya hasil perjodohan karena suruhan orangtua. Ketika Shelina sudah masuk ke dalam mobil, Ia langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tinggi dan mengabaikan ucapan Shelina.
Tunangannya itu langsung panik ketika Argantara melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi tanpa memedulikan dirinya yang merasa trauma pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di usia kecil.
“Arga tolong jangan ngebut, aku takut,”
“Lo pantes dapat hukuman ini ya. Nyokap gue nyuruh gue untuk jemput lo! Emang gue supir lo?! Hah?!”
“Tapi ‘kan—-tapi bukan aku yang minta, Ga,”
“Lo harus tau satu hal, gue benci sama lo! Walaupun gue udah putus dari cewek gue, dan dia ninggalin gue nggak jelas sebabnya apa, tapi gue masih cinta sama dia, dan gue nggak akan buka hati buat siapapun itu selain dia! Gue yakin dia bakal balik lagi,”
“Tapi ‘kan kita udah tunangan, Ga,”
“BARU TUNANGAN! GUE BENCI SAMA LO, PAHAM?!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
“Lo harus cobain dorayaki di sini, Shel. Sumpah enak banget, gue nggak bohong,”
Shelina datang ke kantin dengan dua orang temannya yang kebetulan kalau di kelas duduk berdampingan dengannya. Ia ada di tengah-tengah antara Lifa dan Tita. Semua teman sekelas Shelina ramah, dan menyenangkan tapi yang paling aktif mengajaknya interaksi tentu saja teman di bagian kanan dan kirinya yaitu Lifa dan juga Tita. Ke kantin pun mereka bersama. Nampaknya mereka berdua akan menjadi teman paling dekatnya Shelina.
“Okay aku pesan itu,”
“Minuman apa? Biar gue aja yang pesan lo berdua tunggu di sini,” ujar Lifa pada kedua temannya yang sudah duduk di bagian sudut kantin karena yang kosong tinggal meja di sana.
“Aku samain aja kayak kalian,” ujar Shelina.
“Gue mau milkshake ya, Lif,” ujar Tita yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Lifa.
Lifa langsung bergegas mendekati meja pemesanan. Di sana hanya ada tiga orang yang mengantre dan Lifa sangat bersyukur. Sejujurnya makan di kantin kampus itu sangat enak, tapi ramainya yang tidak enak.
“Shel, gue senang deh ada lo kuliah di sini bahkan satu kelas sama gue. Lo sendiri gimana? Senang nggak kuliah di sini?”
“Senang dong pasti, apalagi ketemu sama teman-teman yang baik banget,”
“Aku sempat takut nggak punya teman lho, Ta,”
Ucapan Shelina membuat Tita tertawa. Mana mungkin seorang Shelina tidak punya teman. Lagipula di kampus mereka sejauh ini yang Tita tahu tidak ada yang namanya enggan menemani seseorang.
“Kok bisa-bisanya lo mikir begitu? Lo ‘kan baik anaknya, lembut, sopan, cantik pula, jadi kenapa lo mikir nggak bakal dapat teman di sini? Kampus ini mah aman, Shel. Lo nggak usah khawatir. Semuanya berbaur kok,”
“Iya, harusnya aku nggak perlu mikir gitu ya. Mama aku juga udah ngomong ke aku. Mama tenangin aku. Jangan cemas kata Mama, soalnya Mama yakin semua mahasiswa di sini tuh pada baik-baik banget, dan ternyata benar. Mama aku nggak salah,”
Lifa datang setelah memesan makanan dan juga minuman. Lifa duduk bergabung bersama dua temannya yang saat ini sedang mengobrol.
“Lagi ngomongin apa sih? Penasaran deh gue, ikutan dong boleh nggak?”
“Eh Lif, masa si Shel sempat takut nggak punya teman di sini. Hahaha kocak banget dia ya. Bisa-bisanya dia mikir gitu. Mana mungkin nggak ada yang mau temenin? Orang cewek lembut, sopan, dan cantik begini? Jangankan temenan, mau lebih dari teman juga banyak yang mau, Shel,”
“Ya ampun, bisa-bisanya lo mikir begitu? Di sini masalah pertemanan aman kok, Shel, bahkan antara senior sama junior juga akrab kok nggak ada batasan,”
“Alhamdulillah kalau begitu. Aku senang dengarnya. Aku sempat takut banget nggak dapat teman, Lif. Sampai aku curhat ke Mama. Sumpah aku deg-degan semalam karena mau masuk kampus baru, takut nggak ada yang mau jadi teman aku. Tapi Mama bilang pasti mahasiswa di sini pada baik-baik banget. Dan ternyata benar, kalian semua pada baik-baik banget, pas masuk kelas pada senyum nyapa aku, jadi gugupnya aku hilang deh,”
“Shelina,”
Shelina menoleh mencari sumber suara yang baru saja menyebut namanya. Tapi Ia tidak menemukan siapa orang yang baru saja memanggilnya.
“Shelina,”
“Ish siapa sih?”
Shelina mulai kesal karena dua kali Ia dipanggil akan tetapi Ia tidak juga menemukan sosok yang usil kepadanya.
“Shelina,”
“Udah biarin aja jangan ditanggapi, ntar malah kegirangan,” ujar Lifa meminta supaya Shelina mengabaikan orang yang memanggilnya sebanyak dua kali.
“Karena lo cantik jadi ada aja yang ganjen,”
Kebetulan makanan dan minuman mereka sudah datang ditambah lagi Lifa menyuruhnya untuk mengabaikan, jadi Shelina abaikan lagi panggilan ketiga dari orang usil itu.
“Eh tapi bukan cuma aku sendiri ‘kan yang dnegar nama aku dipanggil?”
“Iya gue juga dengar kok,”
“Aku pikir aku aja yang dengar, kalau cuma aku doang, berarti serem dong kantin ini,”
“Hahahaha udah cakep, anaknya asik, sopan, bisa ngelawak juga lo, Shel. Sekalipun ada makhluk halusnya di kantin ini, lo tenang aja, dia nggak bakal ganggu lo kok,”
.