Scandal Hubungan Masa Lalu

Melvin benar-benar habis kata-kata melihat tingkah mamanya yang sudah membuat kekacauan dan lebih parahnya lagi tidak mau disalahkan.

"Kamu bisa-bisanya menyalahkan Mama," sahut Karina yang terus saja marah.

"Semua sudah jelas. Jadi stop membuat keributan, membuat malu. Jika memang ini pertemuan penting bagi Mama, maka bisa bertemu di lain tempat dan bukan hanya di lain tempat bahkan di tempat ini di tempat yang sama juga bisa. Jika sudah terlanjur memberikan alamat kepada mereka dan mereka sedang dalam perjalanan untuk menuju ke tempat ini. Maka mama bisa memesan meja yang lain. Kenapa harus meja itu yang justru semua yang Mama lakukan telah mengganggu kenyamanan orang lain!" tegas Melvin.

Dia jarang sekali marah dan kalau sudah marah wajahnya memerah yang mengalahkan kulit putihnya itu.

"Kamu membela sutradara itu?" tanya Karina dengan merendahkan suara.

Sejak tadi dia memperhatikan bagaimana ekspresi putranya dan mencoba mencari tahu dari apa yang sebenarnya ada di dalam Melvin.

"Aku tidak membela siapa-siapa! Aku hanya mencoba untuk mengingatkan Mama. Jadi aku harap mama paham!" tegas Melvin yang berlalu dari hadapan Karin.

"Kamu batalkan kontrak syuting dengan Perusahaan Produksi Picture," ucap Karina yang membuat langkah Melvin terhenti dan Melvin yang langsung membalikkan tubuh.

"Mama bilang apa?" tanya Melvin.

"Wanita yang menjadi sutradara dalam film kamu itu benar-benar sangat lancang. Mama tidak menyukai dia. Jadi tidak ada kerjasama antara kamu dan juga dia!" tegas Karina.

"Jangan mengaitkan masalah ini dengan pekerjaanku. Apapun yang terjadi malam ini, sama sekali tidak mempengaruhi pekerjaanku. Aku punya kontrak dalam film ini dan tidak berkaitan dengan dia!" tegas Melvin yang cukup mengatakan kalimat itu dan kembali pergi.

"Tapi aku sangat keberatan melihat kamu bekerja sama dengan dia dan jika kamu tidak mau membatalkannya, maka Mama yang harus bergerak sendiri!" batin Karin dengan tatapan sinis yang seperti memiliki rencana.

**

Seperti biasa Aruna ke Perusahaan untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Sebelum itu Aruna sudah mengantar terlebih dahulu Rain ke sekolah. Aruna yang keluar dari mobil sembari memencet kunci mobil untuk mematikan mobil itu.

"Aruna!" panggil Giselle.

"Ada apa Giselle?" tanya Aruna

"Bu Monica menunggu kamu di ruangannya," jawab Gisella.

"Kenapa dia pagi-pagi sudah ingin menemuiku?" tanya Aruna heran.

"Entahlah, kamu temui saja Bu Monica buruan. Nanti kamu di marahi lagi," ucap Giselle.

"Baiklah kalau begitu aku masuk dulu!" ucap Aruna yang langsung pergi

Aruna melangkahkan kaki menuju ruangan Monica, setiap Aruna berpapasan dengan para karyawan di Perusahaan itu, para karyawan itu tidak lupa menundukkan kepala yang menyapa dengan sopan dan Aruna membalas sapaan itu dengan tersenyum. Walau dia dikenal jutek. Tetapi Aruna juga memiliki sifat ramah yang normal.

Aruna menghela nafas ketika sudah sampai di depan pintu ruangan Monica dan Aruna yang langsung membuka pintu tanpa mengetuk.

"Kenapa Ibu memanggil saya?" tanya Aruna dengan wajah kaget.

Bagaimana tidak terkejut saat melihat seorang wanita yang duduk di sofa yang tak lain itu adalah Karina dan entah apa tujuan Karina datang pagi-pagi ke kantor dan dia dia di panggil Monica.

"Untuk apa dia ada di sini?" batin Aruna yang benar-benar begitu terkejut yang masih saling melihat dengan Karina. Seperti biasa tatapan Karina sangat tajam yang terlihat jelas tidak menyukai Aruna.

"Masuklah Aruna!" titah Monica..

Aruna yang berusaha untuk tenang, melangkah masuk ke dalam dan tidak lupa menutup pintu. Aruna menundukkan kepala saat berada di depan Karina dan Monica. Aruna jelas mengingat bagaimana wanita itu yang tadi malam marah-marah membuat kekacauan di acara pesta ulang tahun sang mama dan sekarang wanita yang berwajah culas itu sudah terlihat jelas di depan mata dan masih saja memberikan tatapan yang seperti itu pada dia.

"Aruna, Bu Karina ingin bicara dengan kamu. Jadi kalian bicaralah!" ucap Monica yang berdiri dari tempat duduknya memberikan akses untuk Aruna dan Karina.

"Bu Karina. Silahkan berbicara pada Aruna. Saya permisi dulu!" ucap Monica dengan menundukkan kepala yang langsung keluar dari ruangan itu.

"Terima kasih Bu Monica untuk kesempatan yang Ibu berikan," ucap Karina yang tersenyum.

Monica hanya mengangguk dan langsung keluar dari ruangan itu.

"Duduklah Aruna!" titah Karina.

Aruna menghela nafas yang akhirnya duduk. Dia tidak tahu apa tujuan Karina ingin bertemu dengan dia dan Aruna punya dugaan jika hal itu pasti berhubung dengan kejadian tadi malam.

"Saya kebetulan lewat dari kantor ini dan saya mengingat jika kamu bekerja di sini. Lalu saya pikir tidak ada salahnya untuk mampir sebentar," ucap Karina.

"Saya tidak mengatakan apa-apa kepada Monica bos kamu tentang kejadian tadi malam. Mungkin jika saya mengatakan hal itu. Pasti bos kamu menyuruh kamu untuk meminta maaf bukan kepada saya," ucap Karina dengan yakin.

"Saya hanya akan meminta maaf jika itu benar-benar kesalahan saya dan saya tidak tahu tadi malam siapa yang harus meminta maaf," sahut Aruna

Dia berbicara dengan setenang mungkin dan juga berani yang tidak perlu menunjukkan wajah panik atau takut di depan Karina. Walau sebenarnya jantung Aruna sejak tadi berdebar begitu kencang.

"Kamu merasa acara kamu dan keluarga kamu telah diganggu oleh saya dan saya harus meminta maaf pada kamu dan keluarga kamu?" tanya Karina dengan kedua alis terangkat.

"Nyonya tidak perlu melakukan hal itu. Saya sama sekali tidak mengharapkan maaf dari siapapun," jawab Aruna tersenyum tipis.

"Tapi bukan poin itu yang ingin saya bicarakan kepada kamu. Dari melihat keluarga kamu semalam, membuat saya mengingat sesuatu," ucap Karina dengan santai.

Deg!!

Jantung Aruna berdebar semakin kencang mendengar kata-kata Karina. Karina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkan di atas meja yang berupa foto. Mata Aruna melihat foto itu yang ternyata foto dirinya saat masih SMA.

Aruna yang memakai kacamata dan juga rambut yang dikepang dua, penampilan Aruna yang culun dan begitu polos yang memang seperti itu dia sejak dulu.

"Ternyata seseorang bisa berubah drastis. Saat pertama kali saya bertemu dengan kamu, saya sudah merasa jika kamu wanita yang tidak asing dan apalagi saat melihat kamu bersama Melvin," ucap Karina. Aruna hanya diam dengan kesulitan menelan ludah.

"Jadi benar kamu Aruna Citra Levina?" tanya Karina memastikan sekali lagi.

Kepala Aruna terangkat dengan saling melihat dan menatap dengan Karina. Karina tersenyum penuh maksud dengan Aruna.

"Kamu gadis 8 tahun lalu dan sekarang kembali duduk di hadapan saya dalam wajah yang sudah sangat berbeda. Kamu tidak culun dan cupu seperti dulu, sekarang Kamu terlihat elegan, anggun dan modis. Tetapi pandangan saya terhadap kamu tidak pernah berubah," ucap Karina.

Aruna hanya diam saja. Namun terlihat dari pembawaan dirinya yang tidak tenang, jari-jarinya saling memencet yang sepertinya sangat gugup dan ada rasa cemas. Mungkin dia tidak percaya jika akhirnya Monica tahu bahwa dia adalah Aruna yang dulu.

"Apa Melvin tahu kamu?" tanya Karina memastikan.

Aruna belum menjawab dan tenggorokannya terlihat sulit sekali menelan ludah. Tatapan mata Karina begitu tajam yang seolah ingin mengorek sesuatu dari diri dia.

Bersambung