Cerita romansa mantan kekasih yang masih terhubung meski hubungan keduanya telah kandas. Akankah kebersamaan mereka sejalan atau hanya kenangan? Akankah berakhir di pernikahan atau datang sebagai tamu undangan?
Inilah cerita tentang kisah klise Regan dan Nahla. Dua manusia yang dipertemukan di bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsmeriseee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarnya Nahla
Terlepas dari hebohnya pertunangan dua manusia menggemparkan satu kampus. Foto keduanya menghiasi semua sosial media dengan ucapan selamat. Nahla menyibukkan diri, ia melupakan semua rasa sakit yang membuatnya berhenti di satu titik.
Kini senyum palsu Nahla perlihatkan. Menjalani rutinitas seperti biasa. Bangun, ke kampus, bertemu Zoya, pergi makan, kemudian tidur lagi. Setidaknya Nahla bisa bernapas setelah memblokir semua media sosial yang berhubungan dengan Regan. Tidak perduli apa yang lelaki itu lakukan sekarang. Semua kembali ke posisi masing-masing sebagaimana mestinya. Begitupun Nahla yang mulai terbiasa dengan rutinitasnya tanpa Regan.
"Hei Kak, maaf tunggu lama." Nahla memberikan senyuman kemudian menutup pintu pagar kosan. Ia menghampiri Askara yang sudah menunggunya.
"Nggak papa, kita berangkat?" tanya Askara di balas Nahla dengan anggukkan.
Keduanya masuk ke mobil meninggalkan tempat menuju salah satu sekolah yang ada di Bandung. Ini kunjungan pertama Nahla, ia sangat exited sampai gugup.
"Lo nggak sendiri di sana, nggak perlu gugup,"
Nahla menghembuskan napas membuat tubuhnya merasa santai. "Emang suka kegiatan sosial ya kak?"
"Siapa? Gue?" Askara menunjuk dirinya sendiri. Nahla mengangguk malu. Ini pertama kalinya ia berpergian bersama Askara, Nahla tidak tahu seperti apa lelaki itu. Menurut informasi dari Ayra yang mengatakan Askara tipe pria yang dingin sepertinya tidak juga. "Gue suka menyuarakan sesuatu aja. Tipe kejahatan yang terjadi di Indonesia harus di tangani mulai dari hal kecil, kalau bukan dari kita siapa lagi."
"Yang bangun komunitas ini siapa kak?"
"Ada, senior di kampus. Tapi dia sudah lulus, terkadang dia juga masih suka gabung."
Nahla mengangguk. Suasana hening, Nahla memilih untuk diam.
"Lo sendiri? Emang suka kegiatan sosial juga?"
Nahla menggeleng, menatap Askara sekilas kemudian menghadap depan. Nahla juga bingung. Biasanya ia bukan tipe yang suka berkumpul ataupun mengikuti komunitas. Ekstrakurikuler saja jika tidak wajib Nahla malas untuk bergabung. Nahla lebih suka berdiam diri di rumah.
"Gue suka mengikuti berita, tapi belum pernah masuk dalam komunitas seperti ini. Lebih suka ngobrol di twitter sebenernya,"
"Kelihatan,"
"Em? Apa?"
"Lo tipe anak rumahan,"
"Nggak juga sih kak, gue masih suka jalan sama teman-teman." Nahla mengulum senyum.
Tiba di salah satu sekolah menengah atas. Personel yang datang lumayan banyak. Ada lima belas orang termasuk Nahla. Mereka di sambut hangat oleh pihak sekolah dan semua murid sudah menunggu di aula, siap mendengarkan apa yang akan disampaikan.
Ternyata Askara begitu terkenal di kalangan remaja. Nahla baru tahu karena mendengar bisikkan para murid yang datang dengan alasan ada Askara. Nahla merasa kagum, melihat Askara yang memberikan sosialisasi yang begitu santai membuat suasana lebih berwarna.
Nahla melihat ada sisi lain dari Askara. Lelaki itu sangat perduli pada lingkungannya. Meski di kenal dingin dan tidak perduli, semua itu di patahkan dengan apa yang Nahla lihat saat ini. Sifat hangat Askara membuat siapa saja nyaman ngobrol banyak hal. Wawasannya juga luas, semua pembahasan sepertinya hal yang menarik jika dibahas bersama Askara.
Setelah sesi pertanyaan berakhir menandakan berakhirnya kunjungan. Pihak sekolah yang menyiapkan santap siang, panitia membagikan ke semua murid. Mereka makan bersama di aula. Duduk di lantai yang di lapisi karpet.
"Seru banget, ya," ujar Nahla tersenyum lebar. Ia duduk di samping Askara membuat semua fans remaja Askara bertanya-tanya. Karena mereka tidak pernah melihat wajah Nahla ada di forum. Semua member ada profil tapi Nahla tidak ada. "Gue nggak tau kalau lo idola anak remaja SMA di Bandung,"
Askara tersenyum kecil. Membukakan nasi kotak milik Nahla. "Gue nggak punya karya sampai bisa lo sebut idola."
"Tapi lo menginspirasi mereka."
"Itu tujuannya." kata Askara tersenyum. Keduanya melempar pandangan. Senyuman Askara membuat Nahla mendengus pelan. "Makan dulu."
Kesederhanaan yang Nahla terima seolah menemukan dunianya. Nahla makan sambil terus mengobrol bersama Askara. Tidak sadar potret kamera mengabadikan semua moment kebersamaan keduanya dan menjadi heboh.
Askara orang yang asik di ajak tukar pikiran, memberi saran, diminta pendapat. Nahla menjadi aktif sekali bertanya karena penasaran.
Obrolan keduanya terjeda karena ponsel Nahla bergetar. Ada nomor yang tidak dikenal menelponnya. Nahla pamit permisi pada Askara. Karena di dalam aula terlalu berisik.
"Hallo?"
"Ternyata benar. Lo blokir nomor gue?"
Nahla memejamkan mata. Dari suaranya Nahla sudah bisa menebak siapa yang menelpon.
"Ada apa?"
"Lo dimana?"
Nahla mengedarkan pandangannya. "Kenapa?"
"Sejak kapan lo ikut komunitas?" tanya Regan. Nahla terteguh, dari mana Regan tahu. "Lo sudah berani pergi jauh sendiri?"
"Emang masalah ya sama lo?" kali ini Nahla merasa risih dengan cecaran pertanyaan Regan. Kenapa Regan ikut campur dengan urusan pribadi dirinya.
"Kalau lo kenapa-kenapa gimana?"
Nahla menarik napas geram. "Gue bukan anak kecil." kata Nahla menghembuskannya penuh dengan penekanan. "Jangan perlakukan gue sebagai adik, keluarga ataupun orang yang harus lo perdulikan."
"Lo kenapa, sih?"
Demi Tuhan rasanya Nahla ingin berteriak.
"Lo yang kenapa? Bisa nggak kita tidak ikut campur urusan masing-masing. Gue sudah hidup dengan baik. Jadi lo nggak perlu datang lagi."
Regan terdiam sebentar kemudian bertanya. "Kenapa? Pacar lo yang nggak ngebolehin lo berhubungan sama gue? Apa perlu gue bilangin ke dia kalau lo itu keluarga gue?"
Nahla lemas mendengarnya. Harus berapa kali Nahla katakan. "Gue masih ada urusan."
"Sejak kapan lo kenal Askara?"
Telpon genggam yang menjauh kembali Nahla dekatkan begitu nama Askara disebutkan. Benar. Regan pasti mengenal Askara. Tapi dari mana Regan tahu jika Nahla lagi bersama Askara. Apa hanya tebakan saja?
"Harus banget gue laporan ke lo setiap gue kenalan sama orang?"
"Kenapa Askara?"
"Apa sih lo?! Nggak jelas banget. Oh iya gue lupa. Selamat atas pertunangan lo. Bilangin Mama lo maaf gue nggak bisa hadir."
Nahla memutuskan sambungan telpon sepihak. Hari-hari yang ia bangun dari kemarin hancur karena Regan menghubunginya. Nahla menggeleng pelan, melupakan kekesalan lalu kembali bergabung.
"Siapa? Pacar lo?" tanya Askara begitu Nahla kembali duduk di sampingnya.
"Hah? Bukan, gue nggak punya pacar."
"Oh," Askara mengangguk.
Nahla memberikan senyuman kecil lalu memikirkan bagaimana Regan tahu tentang dirinya dan Askara. Nomor itu kembali menelpon, Nahla menggigit bibir bawahnya dengan mata terpejam menggenggam ponsel. Kemudian ia membuka mata menoleh pada Askara yang ikut menatapnya bingung.
"Kak, bisa tolongin gue nggak?"
Askara mengerutkan kening. Kemudian ia mengangguk.
"Angkat telpon ini—" Nahla memberikan ponselnya dengan dua tangan. "Bisa nggak lo pura-pura jadi cowok gue?"
Askara menatap ponsel lama tanpa ekspresi membuat Nahla menelan kekecewaan. Namun saat Nahla ingin menarik ponselnya kembali. Askara merebutnya.
"Nahla—"
"Ada urusan apa telponin pacar gue?" tanya Askara menjawab telpon tanpa menatap Nahla.
Tidak ada suara. Askara menoleh menatap Nahla.
"Bukankah harusnya gue yang bertanya? Sejak kapan dia jadi pacar lo?"
Askara terdiam menatap Nahla yang tidak mendengar percakapan di dalam telpon. Nahla menatap cemas dengan Askara yang bingung namun dengan wajah yang biasa. Askara tidak ingin percaya namun apa ia salah dengar.
"Regan." panggil Askara membuat mata Nahla terbuka lebar. "Ada urusan apa lo?"
"Gue mau bicara sama Nahla."
"Lo bisa bicara sama gue. Pacarnya Nahla."
ceritain aja ttg persiapan pernikahan mereka serta ujian² nya/Good/
Bikin penasaran aja
Giliran up paling cuma 2 bab doang, eehh vakum lagi 2 bulan 🤭🤭