NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:682
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Hidupku Seperti Dongeng

Kejadian kemarin, terasa begitu aneh...

Nuha tidak berangkat ke sekolah hari ini, karena kejadian di kolam renang kemarin. Hal itu tidak menyurutkan semangat Sifa untuk tetap mengikuti kompetisi Beauty for The Beast.

Lagi pula, kedua sahabatnya, Asa dan Fani, juga tidak tertarik dengan kompetisi tersebut. Sifa akan melakukannya sendiri.

Di jam istirahat, Sifa dengan percaya diri menuju ke ruangan tempat The Beast berada. Di sana, sudah banyak gadis mengantri panjang. Dia memperhatikan sebuah kotak surat di dekat pintu masuk ruangan.

"Apa maksud kotak surat itu?" pikir Sifa. "Apa pemilihan kandidat hanya dengan mengirim surat cinta? Sia-sia aja donk gue berdandan secantik ini."

Sifa mencoba mencari tahu apa yang harus dilakukan. Ternyata, pemilihan kandidat dilakukan dengan mengirim surat cinta yang dimasukkan ke dalam kotak surat yang disediakan. Kompetisi ini hanya diberi waktu 10 menit saja.

"Gila! Gue harus gimana ini?! Gue gak tahu kalo persiapannya harus begini. Antriannya sudah panjang, dan waktunya tinggal sedikit lagi! Oh My Gosh!! Tolong saya, Tuhan!" teriaknya dalam hati.

Sifa segera berlari kembali ke kelas untuk mempersiapkan surat cinta. Tanpa persiapan yang memadai, dia hanya bisa menggunakan kertas sobekan dari buku tulisnya.

Tidak akan cukup waktu untuk menulis surat cinta yang indah. Dia menulis cepat, "I love you The Beast. Pangeran pujaanku. By Sifa Zifara 10F Multimedia."

Asa dan Fani hanya bisa memandang heran dengan kepribadian Sifa. Sifa melirik mereka, "Sekalian aja gue buatin untuk kalian bertiga," ucapnya dalam hati, sambil tersenyum licik.

Dengan hanya 2 menit tersisa, dia berlari sekuat tenaga untuk memasukkan keempat surat cinta tersebut. Akhirnya, dia bisa menghela nafas di 10 detik terakhir.

"Fiuh.."

Pengiriman surat cinta akhirnya selesai. Ruangan The Beast langsung ditutup rapat oleh keempat sahabat The Beast. Sedangkan pelajar yang dijuluki sebagai The Beast itu sedang duduk santai di singgasananya.

-DILAN DIANTORO-

Siswa kelas 12D MIPA, putra tunggal pemilik yayasan SMA Samudra Pelita. Sangat kaya dan terpandang. Kulit putih, rambut blonde dan wangi. Tinggi badan 170cm. Seorang Playboy yang dermawan.

Keempat sahabatnya mulai membuka isi kotak surat tersebut, hingga surat-surat itu meluap dan jatuh berserakan di atas meja.

Dilan menyombongkan diri sejenak, "Kepopuleran gue emang tidak pernah lekang oleh waktu."

Dia memerintahkan kepada keempat sahabatnya untuk memilihkan 10 kandidat. Sementara, Dilan sendiri tidak mau ambil pusing dengan semua rencananya.

"Bos, gimana kita milihnya? Semua surat cinta ini malah menyentuh hati kami, Bos. Kami bingung mana yang cocok dengan diri Bos."

Dilan menjawab, "Tinggal pilih 10, gampang kan? Gue mau pergi. Gue sedang repot."

"Eh, tunggu bos!" Sela salah satu sahabatnya. Salah satu sahabatnya menemukan empat surat yang ditulis di kertas yang sama.

Hal itu sangat mencolok dan terasa seperti meremehkan pesona Dilan. Padahal, semua surat cinta lainnya ditulis dengan sangat indah di kertas yang  berwarna-warni.

"Berikan pada gue!" perintah Dilan segera.

Dia menerima empat surat itu dan kembali duduk di singgasananya. Kakinya segera menyilang dan bahunya bersandar ke kanan.

"Ada juga cewek yang berani meremehkan gue. Gimana bisa surat cinta ditulis hanya dengan kertas buku tulis? Apa dia orang miskin?"

Dilan membaca isi surat itu dan ternyata isinya sama namun namanya berbeda pada keempat surat tersebut. "Ini menarik sekali," sahutnya dengan senyum licik.

Dia berdiri dan langsung memerintahkan keempat sahabatnya untuk menyelidiki keempat gadis tersebut.

Dua sahabat Dilan mulai menyusun rencana untuk menyelidiki keempat gadis yang dimaksud. Namun, pelajaran sedang berlangsung di kelas 10F Multimedia, dengan seorang guru yang sedang menerangkan materi.

Mau tidak mau, salah satu sahabat Dilan harus masuk dan meminta izin untuk memanggil keempat gadis tersebut. Namun, dia tidak bisa mengetahui identitas Nuha karena gadis itu tidak masuk sekolah.

Di luar kelas, Asa langsung melayangkan lengannya dan mendorong sahabat Dilan itu terpojok di dinding. Dia berkata dengan lantang, "Apa maksud elo memanggil nama gue?!"

Lalu Asa melotot ke arah Sifa, "Apa ini ulah elo, Sifa?! Hah?!"

"Hehe, tenang Asa, tenang.." pinta Sifa dengan kepala dingin. Dia kemudian mengajak bicara sahabat Dilan itu.

Sifa sangat pandai bicara dan menarik perhatian. Dengan tekniknya itu, dia bisa menghadapi maksud kedua sahabat Dilan yang diperintah untuk menyelidiki dirinya dan ketiga sahabatnya.

Sifa sendirilah yang memperkenalkan dirinya dan ketiga sahabatnya. Semua berjalan lancar jika Sifa yang bertindak. Dia berharap bisa lolos menjadi kandidat si Beauty.

Akhirnya, kedua sahabat Dilan kembali ke markas mereka, sebuah ruangan khusus tempat Dilan singgah dan menjadi tempat pribadinya.

Kedua sahabat Dilan mengutarakan hasil penyelidikan mereka. Bahwa gadis yang paling cantik di antara ketiga gadis itu memang Sifa Zifara. Asa terlihat terlalu tomboy dan galak, sedangkan Fani terlihat seperti gadis yang tidak bisa apa-apa. Sangat pendiam dan tidak menarik.

"Lalu gimana dengan gadis yang satunya?" tanya Dilan penasaran.

"Oh, dia tidak masuk, Bos," jawab salah satu sahabatnya dengan jujur.

"Hmm.. Begitu ya.." Dilan mengelus dagunya. Lalu memerintahkan keempat sahabatnya untuk kembali ke kelas supaya tidak ketinggalan pelajaran.

Dilan adalah siswa yang cerdas. Dengan menggunakan nama besarnya, dia bisa bebas masuk kelas dan melakukan apapun sesuka hatinya. Dalam hal akademik, dia hanya perlu belajar sendiri sudah bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan para guru kepadanya.

Dilan keluar ruangan dan berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah. Saat melewati perpustakaan, dia melihat seorang siswa sendirian di dalam perpustakaan. The Beast itu pun menghampirinya.

Dilan berjalan memutari siswa itu, menyelidiki penampilannya sejenak. Melihat di lengan kiri siswa itu ada tulisan "MIPA", dia mengajukan pertanyaan, "Elo dari kelas MIPA apa? Kenapa kelas Lo tidak ditempel di situ?"

Siswa itu hanya menatapnya dengan diam. Dilan melanjutkan, "Gue merasa pernah melihatmu. Tapi yang pasti bukan dari kelas gue atau adik kelas gue, karena gue sendiri sudah kelas 12. Tidak ada yang bisa melebihi tingkatan gue. Siapa Lo?"

"Elo bisa membacanya sendiri, kan?" balas siswa itu sambil menunjukkan nametagnya yang berada di atas saku bajunya.

"Songong banget sih Lu?!" Dilan langsung geram dan menarik kerah baju siswa itu, yang bertuliskan nama "Rui Naru".

"Apa elo yang dijuluki The Beast itu?" tanya Rui Naru dengan santainya.

Mendengar itu, Dilan langsung melepaskan tarikannya dan sejenak merapikan diri. Dia menjawab dengan bangga, "Iya, itu gue. Kenapa?"

"Yaa, cuma tanya aja." Lalu Rui Naru berlalu, seolah merasa tidak penting berbicara dengan The Beast itu.

Dilan menyeringai, "Ternyata gue menemukan lawan yang sepadan. Jarang-jarang ada yang berani mengabaikan gue." ucapnya.

Ketika melihat Rui Naru meninggalkannya, Dilan dengan sengaja menjegal kaki Rui Naru hingga terjatuh. Sebuah benda dari saku bajunya pun terjatuh. Dilan dengan sigap langsung mengambilnya.

Mata Rui menajam dan tatapannya menjadi gelap, "Kembalikan," ucapnya penuh penekanan.

"Ohh..." Melihat respon itu, Dilan merasa menang. Dia mengambil benda itu dan tidak berniat mengembalikannya kepada pemiliknya.

"Gak usah elo rebut. Gue cuma mau pinjem bentar. Besok akan gue kembalikan," Dilan tersenyum licik.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!