Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perbincangan Satu Sama Lain
"Kau... Pelayan baru itu kan?"
Chloe Ranaya.
Pelayan setia yang telah mengabdi selama beberapa tahun lamanya, tumbuh bersama Naninna dan selalu mengikuti sang Nona kemanapun dia pergi. Yumiella yang hendak pergi untuk menemui sang Nona, pantas langkahnya terhentikan oleh suara bariton yang begitu datar namun begitu tegas.
"Iya. Aku pelayan baru di rumah ini." Yumiella tidak tahu harus menjawab apalagi. Namun hatinya tidak berhenti bertanya alasan kenapa Chloe mengajak dirinya berbicara. "Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku?"
Chloe diam sejenak.
Ia masih menyesap air putih yang begitu jernih di dalam gelas itu. Mata sayunya tidak teralihkan dari Yumiella sedikit pun.
Yumiella merasa terintimidasi.
Namun ia di buai dengan retina hitam yang begitu pekat nyaris tidak ada cahaya di dalam matanya. Rambutnya di cepol rapi menggunakan tusuk khusus rambut berwarna merah dengan beberapa ukiran bunga. Wanita itu sudah seperti bidadari tanpa senyuman dan keceriaan di wajah dan hidupnya.
"Hm." Chloe meletakkan gelas kosong itu. Tanpa sepengetahuan siapapun, dia duduk disisi meja pantry, memainkan kedua kaki berbalut celana hitam senada dengan setelan jasnya. "Sudah berapa lama kau menjadi trainee di Perusahaan milik Tuan Raken?"
Dia tahu darimana??
Yumiella sedikit takut. Jika sang Nona mengetahuinya, di takutkan wanita itu akan memarahinya karena begitu ceroboh dan tidak pandai menjaga privasi. Karena sang Nona tidak memberitahu siapapun dirinya berada, jelas dirinya di buat terkejut karena wanita di depannya ini sudah mengetahui semuanya.
"Kau tidak perlu takut, ku pastikan hal ini tidak akan bocor ke telinga siapapun. kecuali jika Nona Naninna mengizinkan."
"Bagaimana diriku bisa percaya dengan perkataanmu jika aku saja tidak tahu siapa dirimu? Kita baru kenal beberapa detik yang lalu, dan kau bertanya darimana diriku berasal? Nona memberitahuku untuk tidak berbicara dengan siapapun tanpa seizin dia."
Chloe tersenyum, lebih tepatnya menyeringai.
Jadi... Nona kecilnya itu telah menemukan seseorang yang sangat dia percayakan? Jika sudah seperti itu... dirinya tidak akan merasa khawatir lagi. Mengingat di rumah ini tidak ada satu pelayan pun yang rela bersedia menjadi pelayan Naninna, Chloe khawatir jika mereka selalu membuat Nona kecilnya tersakiti terus-menerus.
"Ah... kau masih belum tahu siapa diriku? Kau bisa bertanya pada Nonamu, dia yang paling tahu siapa diriku, dan hanya aku yang paling tahu siapa dirinya. Mungkin setelah itu kau akan mendapatkan jawabannya."
"Bukankah lebih bagus mengetahuinya langsung dari bibirmu? Lagipula kau tepat berada di depanku, untuk apa aku susah-susah untuk bertanya pada Nona Naninna?"
Wanita ini...
Lagi-lagi Chloe di buat takjub.
Baru kali ini ada pelayan yang begitu berani berbicara secara santai dengan dirinya. selama ini tidak ada satupun pelayan yang berani berbicara ataupun menatap wajahnya. Melihat dirinya lewat di depan mata saja, mereka sudah lari hingga tidak terlihat batang hidungnya. Tapi disini dirinya juga salah. Karena dirinya duluan lah yang memulai pembicaraan pada Yumiella.
"Chloe. Namaku Chloe Ranaya, pelayan utama di keluarga Giovanno." Chloe mengulurkan tangannya berharap Yumiella merespon salam perkenalan darinya.
Chloe masih enggan menurunkan tangannya, Yumiella masih menimang-nimang.
"Yumiella. Aku... Yumiella Jersey's."
Mereka berdua menurunkan kedua tangannya masing-masing.
"Yumiella..."
Mengulang nama itu dengan tatapan nyaris memaku tubuh Yumiella. Namun dirinya segera sadar dan hendak pergi untuk menemui sang Nona. Hanya saja suara bariton dari Chloe kembali membuat Yumiella berhenti tanpa menoleh sedikit pun.
"Untuk apa air hangat itu?"
"ini?" Ulang Yumiella sedikit gugup. Chloe mengangguk pelan. "Untuk Nona Naninna. Kakinya sedikit membengkak akibat jatuh dari tangga. Sepertinya... lumayan parah?" Ujar Yumiella dengan sedikit memberi kesan pertanyaan. Air wajah yang awalnya datar berubah rial dan sedikit buruk saat mendengar perkataan terakhir dari dirinya. Yumiella heran, merasa ada yang salah dengan wanita di depannya ini. Chloe hendak bertanya, namun sebelum itu, hubungannya dengan Nona kecilnya sedikit merenggang akibat permasalahan beberapa bulan yang lalu.
Dan selama 2 bulan sampai sekarang ini, Naninna bahkan enggan bertemu dengan dirinya.
Chloe mendadak galau. Tidak apa-apa jika dirinya tidak di hiraukan oleh keluarganya, tapi kalau yang melakukannya adalah Naninna yang notabene seseorang yang sangat berarti bagi hidupnya, Chloe merasa hilang sebagian hidupnya.
"Ada apa Chloe?"
Yumiella bertanya hati-hati. Merasa jika wanita di depannya hendak mengucapkan sesuatu tapi sepertinya dia tidak mampu mengatakannya, Yumiella berharap Chloe mau berkata jujur. Tapi sepertinya hal itu tidak akan berhasil. Melihat Chloe turun dari atas meja seperti hendak pergi.
"Jika kau ingin mengompres kaki Nonamu... lakukan dengan hati-hati. Dia akan berteriak marah jika kau salah sedikit. Aku mengatakannya karena kufikir kau masih baru dan tidak tahu watak Nona, namun seperti yang ku lihat, Nona mungkin sangat menyukaimu."
"Kenapa tidak kau saja yang mengompresnya?"
Pertanyaan itu spontan keluar dari bibirnya.
Yumiella menutup mulutnya. Menyadari perkataannya baru saja. Yumiella fikir Chloe akan marah, tapi yang ia lihat sekali lagi adalah wajah sedih yang membuatnya hatinya ikut merasakan sakit.
Chloe menggeleng lemah, "Kau saja yang melakukannya. Jika aku yang kesana malam ini, takutnya Nona semakin membenciku."
Yumiella semakin penasaran. Memangnya hal apa yang membuat sang Nona marah dengan dia? Apa permasalahannya? Apalagi melihat wajah sendu itu kian sakit berharap dia bisa menggantikan dirinya, namun tidak bisa.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Nona telah menungguku terlalu lama." Yumiella berfikir sebentar. "Aku akan mencoba berbicara dengannya, agar kau bisa berbicara secara santai dan baik dengan Nona."
Yumiella melenggang pergi.
Chloe menatap sosok dengan punggung kecil itu. Menyadari kesalahannya hingga membuat sang Nona memilih menghindarinya. Kedua kakinya mendadak lemas. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat Nona kecilnya tersenyum tulus pada Yumiella.
Cemburu? Benar. Chloe di buat cemburu melihat interaksi mereka berdua. Apalagi saat melihat sang Nona menyentuh lembut telapak halus nan lembut itu. Dimana ketika masih kecil hanya dirinyalah yang selalu melakukannya.
Sekarang, semua ini akibat ke'egoisannya. Tidak ada yang bisa dirinya lakukan lagi. Tapi ia berharap, sang Nona mau menatap dirinya meskipun tidak ingin berbicara dengannya.
#####
Yumiella mulai mengompresnya hati-hati.
Takut jika sentuhannya sedikit membuat lebam di kaki sang Nona tersakiti akibat kecerobohannya. Dalam diam, Yumiella memikirkan percakapannya dengan Chloe beberapa menit yang lalu. Ia hendak berbicara namun bingung harus mulai darimana. Karena dirinya tidak pandai untuk memulai pembicaraan seperti orang-orang.
Namun ekspresi itu disadari oleh Naninna.
Karena menyadari jika Yumiella melakukan kesalahan saat mengompres lukanya, Naninna menyentuh lembut pundak pelayan barunya. Yumiella terperanjat kaget.
Melihat wajah sang Nona di penuhi pertanyaan, namun dirinya justru membuat ekspresi seolah berkata ada apa Nona? Kau membutuhkan sesuatu? Seperti itulah tanggapan Naninna. Takut jika Nonanya marah, yang ada justru tawa renyah yang sangat enak di dengar.
"Hei... Kau kenapa, Miella? Ada apa? Apa yang sedang kau fikirkan?" Naninna sedikit tertawa di sela pertanyaannya. "Kau bahkan mengompres di tempat yang salah. Yang sakit kakiku, bukan tanganku, Miella..."
Yumiella lantas menarik tangannya. Ia mengambil tisu beberapa lalu mengelapnya pada tangan sang Nona. Kedua tangannya bergetar. Seolah telah melakukan kesalahan besar.
"Tenanglah, Miella, tenanglah. Buat dirimu santai, oke? Kau tidak perlu setakut itu padaku. Kau tidak melakukan kesalahan."
"M-maaf Nona! Maafkan saya!"
Yumiella membungkuk penuh, dia bersalah. Berdo'a agar tindakkannya baru saja di maafkan meskipun dirinya menyadari ke'egoisannya.Naninna tersenyum maklum.
"Berhentilah meminta maaf." Meraih lengannya menyuruh Yumiella duduk di sebelahnya. "Katakanlah. Apa yang sedang kau fikirkan? Apa kau... telah bertemu dengan salah satu pelayan disini?"
Yumiella masih diam. Hingga ia mengangguk pelan dengan ekspresi takut.
Naninna bertanya-tanya. Memangnya pelayan mana yang sanggup membuat Yumiella takut hingga gugup seperti ini? Mengingat jika wanita ini menguasai jurus bela diri dan berfikir tidak ada satu pelayan pun disini yang bisa menggertaknya.
Kecuali.... Chloe Ranaya.
Bahkan Naninna baru mengingat nama itu setelah sehari sadar dari koma. Jika memang benar, lalu apa yang harus ia lakukan? Apalagi Chloe adalah pelayan utama di keluarga Giovanno sekaligus pelayan pribadinya dahulu.
Namun tanpa sepengetahuan Yumiella, Naninna di selimuti oleh rasa sakit dan bersalah jika kembali mengingat tentang seseorang terdekatnya yang mati satu persatu secara tragis.