"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
****
Bia gadis yatim piatu yang haus akan cinta. Dia menyerahkan segalanya untuk Dira, pria yang dia cintai sepenuh hati. Dari mulai cintanya sampai kehormatannya. Tapi Dira yang merupakan calon artis meminta putus demi karir, meninggalkannya sendirian dalam keadaan mengandung.
Demi si kecil yang ada di perutnya Bia bertahan. Memulai hidup baru dan berjuang sendirian. Semua membaik berjalannya waktu. Ia dan si kecil Divan menjalani hari demi hari dengan ceria. Bia tak peduli lagi dengan Dira yang wara wiri di televisi dengan pacar barunya.
Tapi rupanya takdir tak tinggal diam dan mempertemukan mereka kembali dalam kerumitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elara-murako, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kadang Kita Tak Tahu Apa Yang Tuhan Sembunyikan
"Nenek!" tunjuk Divan pada seorang wanita tua yang terlihat kebingungan. Mrs. Carol baru menyadari kehilangan Divan setelah anak itu tidak terlihat dari sejauh ia memandang.
Dira menurunkan Divan dari pangkuannya. "Ini marshmallownya, ini pokoyonya." Dira memberikan apa yang ia belikan untuk Divan.
"Pololo!" protes Divan lagi.
Dira tertawa. "Iya, pololo. Sekarang aku mau pulang dulu. Kamu pergi ke nenek," ucap Dira.
Wajah Divan merengut. Bukan itu yang dia maksud tadi. Akhirnya anggukan terlihat dari wajah Divan, ia pasrah karena ia sadar lidahnya tak mampu menyebutkan apa yang di maksud.
Dira mengusap rambut anak itu. Senyumnya terkembang. Begitu ringannya ia memeluk Divan dengan erat. Meski hanya beberapa menit, tapi rasanya seperti merasuk dalam ingatan.
Dira melapas pelukan dan menatap Divan lekat-lekat dengan tatapan yang hangat. Divan tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipi di wajahnya. Ia begitu kecil dan menggemaskan.
"Kamu yang sehat ya. Harus jadi anak yang baik dan juga bahagia. Tidur tepat waktu dan mimpi indah," pesan dan doa Dira. Divan mengangguk.
Kembali Dira memeluk dan melepasnya. "Sekarang kamu pergi ke Nenek. Dia pasti khawatir." Mendengar nasehat itu, Divan mengangguk saja. "Dadah, anak manis yang tampan dan lucu," pamit Dira.
Divan mendekatinya lalu mengecuk pipi Dira. "Makatih Oom. Pololo, pemen kasih Divan smua!" Divan melirik pororo dan marshmallow di tangannya. Dira mengangguk. "Sama-sama," jawab Dira.
Divan melambaikan tangan tanda perpisahan. Ia berbalik dan mulai melangkah pergi. Sesekali Divan berbalik dan masih melihat Dira memperhatikannya dari sana. Divan tersenyum. Ia kembali melihat ke arah Mrs. Carol.
Kaki Divan berlari menuju Mrs. Carol. Dira langsung berbalik. Bukannya tidak sopan, keberadaannya di sini akan membuat ribut seisi mall. Lebih baik ia lekas pulang.
"Nek!" panggil Divan sambil kewalahan membawa kantong kertas dan action figure yang cukup besar. Melihat Divan, Mrs. Carol terlihat lega. Ia peluk anak itu sambil mengeluarkan air mata.
"Kamu kemana saja?" tanya Mrs. Carol khawatir. Divan tersenyum hingga bibirnya melengkung. Matanya juga turut membentuk bulan sabit. "Main cama Oom," jawab Divan.
Mrs. Carol merasa janggal dengan barang yang Divan bawa. "Ini dari mana?" tanya Mrs. Carol. Divan menunjuk arah di mana ia meninggalkan Dira. Namun pria itu tidak ada di sana.
"Oomnya pegi," ucap Divan sambil mengangkat kedua bahunya heran. Mrs. Carol bingung. Siapa pula pria yang memberikan hal semahal ini pada Divan? Ia takut pria itu bermaksud jahat.
Sedari tadi ia mencari, ia tak menemukan Divan. Tadinya ia berencana melaporkan pada pihak keamanan mall ini. Syukur Divan sudah kembali.
"Van, Oomnya gak apa-apain kamu? Jahat gak?"
Divan menggeleng. "Beli ini, ini cama poto," jawab Divan polos seperti bubur tanpa toping.
"Foto?" tanya Mrs. Carol meyakinkan. Divan mengangguk. "Foto gimana?"
Lekas Divan memperagakan cara dia difoto oleh Dira. "Hanya begini?" tanya Mrs. Carol meyakinkan. Divan mengangguk. Ia berikan kantong belanjaan gratisnya.
"Nek, pegang. Divan capekna," keluhnya. Ia terduduk di lantai mall sambil memukul kakinya. Mrs. Carol terkekeh.
"Makanya kamu main kenapa jauh-jauh?" tegur Mrs. Carol.
Divan kembali melihat ke arah Dira tadi hilang. Ia mengedipkan mata. "Ndak jauh-jauh. Sini ja. Sana ... sana ... gini," jawabnya sambil memperagakan jalan yang tadi ia lalui. Mrs. Carol tertawa.
🌿🌿🌿
Yang Ingin Tahu Berita update bisa gabung grup. Jangan Lupa Follow author ya.