Dijodohkan sejak bayi, Zean Andreatama terpaksa menjalani pernikahan bersama aktris seni peran yang kini masih di puncak karirnya, Nathalia Velova. Memiliki istri yang terlalu sibuk dengan dunianya, Zean lama-lama merasa jengah.
Hingga, semua berubah usai pertemuan Zean bersama sekretaris pribadinya di sebuah club malam yang kala itu terjebak keadaan, Ayyana Nasyila. Dia yang biasanya tidak suka ikut campur urusan orang lain, mendadak murka kala wanita itu hendak menjadi pelampiasan hasrat teman dekatnya
--------- ** ---------
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
-------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 - Kumat
"Syila .. kamu telat lagi, apa belum jera?"
Yudha menggeleng pelan seraya menatap Syila yang kini menggigit bibirnya. Dia terdiam dan tidak mampu menjelaskan alasan paling masuk akal selain memberikan alasan yang sama seperti Zean. Bukan tanpa alasan Yudha menyayangkan sikap Syila yang lagi-lagi ceroboh kali ini, dia adalah orang yang membukakan jalan untuk Syila hingga menjadi sekretaris Zean.
"Sudah tahu sifatnya seperti apa, kamu tidak ingin kehilangan gajimu untuk kesekian kali, 'kan? Kemarin 30 persen, kamu ulangi bisa jadi 75 persen, Syila. Bos kita itu otaknya setengah waras, jangan lupa itu."
Di mata Yudha, wanita ini adalah kandidat paling sempurna. Mereka dipertemukan kala Syila mencari pekerjaan, kebetulan saat itu Yudha tengah kesulitan mencari sekretaris baru untuk Zean dalam waktu cepat.
Akan tetapi, jika terus melakukan kesalahan Yudha khawatir Zean akan melakukan hal yang sama dan dia yang akan kesulitan mencari kandidat sekretaris baru. Jika Zean tidak pemilih, Yudha santai saja. Pasalnya, seorang Zean banyak sekali maunya, bahkan alis calon sekretarisnya saja dia perhatikan.
"Kali ini semoga tidak, pak Zean juga telat ... malu dong kalau sampai potong gajiku," jawab Syila terlihat santai karena mana mungkin Zean memotong gajinya.
Yudha hanya bisa menghela napas perlahan. Setelah beberapa saat lalu dibuat sakit kepala karena permintaan Zean, kini wanita ini juga sama. Tapi terserah, selagi Syila tidak dipecat dan gajinya aman, Yudha baik-baik saja.
"Ya sudah, good luck, Syila ... hati-hati, wajahnya masam pagi ini." Yudha mulai mengungkapkan hal yang membuat Syila hampir terbahak, sungguh ini terlalu lucu di telinganya.
"Kira-kira kenapa, Pak?"
"Huft, entahlah ... mungkin karena Nona Nathalia terlalu sibuk."
Yudha keceplosan, memang buruknya pernikahan Zean dapat Yudha lihat karena hampir setiap saat dia bersama Zean. Akan tetapi, pria itu tidak dapat berbuat banyak dan memilih untuk diam tanpa berniat ikut campur urusan rumah tangga Zean.
"Huft, kasihan."
"Sepertinya dia kurang belaian. Makanya suka potong gaji," bisik Yudha kemudian terkekeh dan hal itu jelas membuat perut Syila tergelitik.
"Masa begitu?"
"Kamu tidak percaya? Siapapun kalau jadi pak Zean pasti tertekan, istri cantik, seksi, lawan mainnya tampan semua ... hadeuh salut pak Zean masih setia pada Nona Nathalia."
Yudha terlena, selama ini dia tutup mulut dan memendam semua yang dia pikirkan tentang rumah tangga Zean. Akan tetapi, pada Syila dia justru lupa diri. Mungkin karena Syila adalah sekretaris Zean yang paling lama, dan juga sedari awal memang dia sudah mengenal Syila.
"Dan kamu tahu, barusan aku lihat postingan Nicholas ... Oh my god!! Foto berdua sama Nona Nathalia, bayangkan perasaan pak Zean."
Dia semangat sekali, tapi lawan bicaranya sudah pucat pasi. Syila mendelik ke arah Yudha sebagai isyarat agar pria itu berhenti bicara, akan tetapi bukannya segera paham Yudha merogoh ponselnya dan mempelihatkan unggahan aktor favorit kaum hawa sejak lama.
"Biasa saja matanya, sampai melotot begitu ... sudah lihat, 'kan? Tapi ini rahasia kita ya."
Belum sempat Yudha memasukkan ponsel kembali ke sakunya, tangan Zean secepat kilat merampas benda pipih asisten pribadinya. Sontak Yudha menoleh dan kini matanya membeliak seraya mundur beberapa langkah. Gawat, ini benar-benar bencana dan ketakutannya tentang Syila barusan tidak berlaku lagi. Karena detik ini, dia lah yang terancam tidak Zean izinkan menginjakkan kaki lingkungan perusahaan.
"Kalian tidak punya pekerjaan lain sampai menggunjingkanku?" tanya Zean dengan mata tajam dan tidak hanya tertuju pada Yudha, melainkan Syila juga.
"Ma-maaf, Pak."
"Tadi aku memintamu apa? Lakukan tugasmu dengan benar sebelum menasehatinya," ucap Zean jelas membuat Yudha semakin ketar-ketir.
Tunggu dulu, kenapa Zean tahu jika dia menasehati Syila. Otak Yudha berputar-putar, dia berpikir keras dan menyadari kemungkinan Zean mendengar semua ucapannya besar sekali. Apa mungkin sebenarnya sejak tadi sudah berdiri di belakang mereka? Andai saja benar, sungguh Yudha ingin marah pada Syila yang memilih diam.
"Pergilah."
Sebuah keajaiban, Zean tidak marah dan mengembalikan ponsel Yudha walau memang sedikit kasar. Tanpa pikir panjang, Yudha berlari dan sama sekali tidak berniat untuk kembali lagi. Kali terakhir dia menggungjingkan Zean, hingga kiamat dia tidak akan pernah membicarakan Zean pada siapapun.
Sementara kini, setelah Yudha berlalu dua insan yang sejak tadi saling diam masih terpaku dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Syila masih sama seperti dulu, dia menunduk dan tidak memiliki keberanian untuk menatap Zean jika di kantor.
Zean memastikan di tempat ini hanya ada dia dan Syila saja. Sebelum menikahinya, Zean sama sekali tidak masalah sekalipun ketahuan hanya berdua bersama sekretarisnya, akan tetapi saat ini semua sudah berbeda.
"Kamu tahu apa yang paling aku benci dalam hidupku, Syila?" tanya Zean dari jarak cukup dekat dan Syila mendongak ke arahnya, sudah terduga tatapan mereka akan bertemu.
"Ketika seseorang bersalah, tapi tidak ada inisiatif minta maaf," sarkas Zean dan hal itu jelas menyinggungnya, mendadak Syila bingung sendiri dan ketakuan dalam dirinya membuat Syila menundukkan kepala seraya mengucapkan permintaan maaf secara formal pada bosnya.
"Maafkan saya, Pak ... demi apapun saya tidak memiliki niat membahas masalah pribadi Anda, sekali lagi maafkan saya."
"Cih, dia pikir cukup dengan begitu?"
"Masuk ke ruanganku, laporan kamu kemarin berantakan." Zean berlalu ke ruangannya dan membuat Syila memejamkan mata, tampaknya di kantor Zean tidak akan berubah dan dia tetap kumat seperti biasa.
.
.
- To Be Continue -