Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Raka mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, namun jalanan yang macet tetap tidak dapat ia hindari. Satu jam kemudian Raka baru sampai di rumahnya. Ia memarkirkan mobilnya dan melihat ke arah jam tangannya. Raka berfikir jika ia masih bisa mengobrol dengan Mita karena di jam tersebut biasanya Mita belum pergi ke alam mimpi. Raka membuka pintu rumah dan melihat sekeliling rumahnya yang begitu sepi, kemudian ia melihat bi Sumi yang hendak membereskan makanan yang masih di hidangkan di meja makan.
" Bi, Mita udah pulang? ".
" Den Raka? Baru saja bibi mau bereskan makanannya. Bibi kira den Raka tidak akan pulang. Oh iya neng Mita sudah pulang den tapi sepertinya neng Mita sudah tidur".
" Ya udah bi aku ke atas dulu ya".
" Anu den, mm neng Mita ada di kamar tamu".
" Kamar tamu? ". Raka menatap bi Sumi dengan penuh keheranan.
" Iya den katanya neng Mita mau tidur di kamar tamu".
"Ya udah aku mau menemui Mita dulu ya bi".
" Den maaf, den Raka apa tidak mau makan dulu?".
" Ngga bi, bibi beresin aja makanannya".
" Sayang sekali den Raka, padahal tadi neng Mita sudah bantuin bibi masak loh".
" Mita masak bi? ".
" Iya den, neng Mita ikut bantuin bibi masak. Kalau den Raka mau makan nanti bibi panaskan lagi".
" Ya udah tolong panaskan ya bi. Nanti aku makan".
" Nah gitu atuh den, ya sudah bibi panaskan dulu". Bibi Sumi mengambil beberapa makanan untuk kembali di panaskan. Bi Sumi berani berbicara seperti itu kepada Raka karena ia merasa kasihan kepada Mita yang sudah susah payah membantu bi Sumi memasak.
Raka meninggalkan bi Sumi, kemudian ia pergi ke kamar tamu dimana Mita berada. Ia membuka pintu kamar, kemudian melihat Mita yang sudah tertidur lelap di kasur dengan buku yang masih terbuka. Raka membereskan buku-buku yang masih berserakan, kemudian ia menyelimuti Mita dengan penuh kehangatan. Raka duduk di samping ranjang sambil mengelus pipi Mita dengan lembut dan ia mengecup dahi Mita dengan penuh kasih sayang. Kemudian Raka pergi meninggalkan Mita yang sudah pergi ke alam mimpi.
" Maaf sayang". Gumam Raka pelan.
Raka menutup pintu dengan pelan agar tidak meninggalkan suara yang akan membangunkan Mita. Kemudian ia pergi ke kamar untuk mandi dan makan masakan Mita. Sebelum ke kamar mandi, Raka terlebih dahulu mengirim nomor telepon Haura pada Eko. Ia meminta Eko untuk menghubungi Haura jika apartemennya sudah bisa di huni. Raka merasa jika seharusnya ia menjaga jarak dengan Haura karena ia tidak ingin kembali membuat Mita kecewa. Jadi ia lebih memilih meminta bantuan Eko sebagai sahabatnya yang paling Raka percaya.
...******...
Di rumah Haura, ia sedang mengajak Alula bermain. Tiba-tiba dering telponnya berbunyi, namun nomor yang menghubunginya bukan lah nomor yang ia tunggu-tunggu. Melainkan nomor asing yang tidak di kenal, namun ia tetap mengangkat telpon itu.
" Halo dengan siapa? ".
" Halo mba, maaf saya Eko temannya Raka, saya di minta tolong untuk menghubungi mba Haura terkait apartemen yang akan di huni mba Haura. Besok apartemennya sudah bisa di huni, nanti saya kirim alamatnya ya mba dan untuk baby sitter juga sudah siap mba nanti saya kirim biodatanya biar mba bisa lihat dulu".
" Mm iya makasih mas, tapi kenapa Raka ga langsung telpon saya aja ya? ".
" Kalau itu saya kurang tahu mba, nanti mba Haura bisa tanyakan sendiri saja".
" Oh iya maaf mas, ya sudah terimakasih ya mas".
" Sama-sama mba".
Haura menutup telpon dengan wajah yang penuh tanda tanya. Namun ia tidak punya banyak waktu untuk terus menerka-nerka. Jadi ia bergegas membereskan barang-barang yang akan ia bawa ke apartemen.
" Lula yang tenang ya, ibu mau beres-beres dulu besok kita pindah sayang". Haura mengelus kepala putri semata wayangnya dengan rasa haru dan pilu. Saat ini ia hanya bisa mencoba melakukan yang terbaik untuk Alula.
" Rumah ini sebentar lagi akan di huni orang lain, dan pada akhirnya aku harus memulai hidup baru hanya dengan Lula. Entah apa jadinya aku jika tidak bertemu Raka saat itu. Hmm dia sedang apa ya? Kenapa yang menghubungi aku bukan dia tapi malah temennya. Ya sudahlah kenapa jadi mikirin Raka sih". Haura bergumam sendiri sambil menatap sekeliling rumahnya yang sudah tak terisi dengan perabotan apa pun. Ia hanya menyisakan kasur yang masih di pakai olehnya dan Lula, sisanya sudah ia jual.
...*******...
Tok.. Tok.. Tok
" Mita, bangun yu kita shalat subuh bareng". Raka mengetuk pintu kamar namun tidak ada jawaban dari Mita.
Tok.. Tok..
"Mita?".
Raka masih berdiri di depan pintu namun masih tidak ada jawaban dari Mita. Raka tahu jika kamar Mita tidak di kunci namun ia sengaja untuk tidak langsung masuk karena ia takut Mita kaget dengan kehadirannya. Selain itu Raka juga memaklumi keputusan Mita yang masih belum bisa memaafkannya. Raka terus mencoba membangunkan Mita namun tetap tidak ada jawaban. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke kamar, namun Raka tidak menemukan Mita di ranjangnya. Detik berikutnya Mita baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang dililit oleh handuk.
" Mita, kamu pagi-pagi keramas?".
" Iya, kepala aku pusing kali aja abis keramas jadi enak".
" Kamu sakit? ".
" Ngga, cuma pusing aja dikit".
" Ya udah sini mas keringkan rambutnya, sebelum ke kampus nanti kamu minum obat dulu ya".
" Ga usah, aku bisa sendiri".
" Gapapa, mas bantu keringkan ya biar cepet takut kesiangan shalat subuhnya".
" Hmm ya udah deh".
Mita menuruti perkataan Raka, kemudian ia duduk di depan meja rias dan Raka mulai mengeringkan rambut Mita dengan hair dryer.
Raka hanya bisa curi-curi pandang lewat kaca yang ada di depannya. Ia tak berani menatap Mita secara langsung karena ia masih di selimuti rasa bersalah kepada Mita. Mita juga mengetahui jika Raka mencuri-curi pandang lewat kaca, ia merasa tidak nyaman di buatnya namun ia pun tidak berani menegur Raka seperti biasanya.
" Kenapa jadi canggung gini sih". Batin Mita dalam hati.
" Ta, nanti ke kampusnya mas antar ya".
" Mm ga usah mas, aku naik ojek aja".
" kalau gitu, pulangnya mas jemput ya".
" Mas Raka kan sibuk jadi mending mas Raka fokus aja sama kerjaannya. Aku bisa berangkat dan pulang sendiri ko".
" Maaf Ta, kemarin mas ga jemput kamu. Mas ga tahu kalau kamu mau pulang ke rumah".
" Terus kalau akau ga pulang ke rumah mas ga jadi jemput gitu?".
" Bukan gitu maksudnya Ta".
" Mangkanya kalau mas sibuk ga usah janji mau jemput. Udah deh sini biar aku aja, mas tunggu di luar aja nanti aku nyusul". Mita memanyunkan bibirnya dan ia kembali di buat kesal oleh alasan Raka.
" Hmm ya sudah".
Raka hanya bisa membuang nafas panjang lalu memberikan hair dryer yang dipegangnya kepada Mita. Kemudian ia melangkah ke luar kamar meninggalkan Mita.
" Salah lagi salah lagi". Gumam Raka pelan.