Kisah cinta si kembar Winda dan Windi. Mereka sempat mengidamkan pria yang sama. Namun ternyata orang yang mereka idamkan lebih memilih Windi.
Mengetahui Kakanya juga menyukai orang yang sama dengannya, Windi pun mengalah. Ia tidak mau menerima lelaki tersebut karena tidak ingin menyakiti hati kakaknya. Pada akhirnya Winda dan Windi pun tidak berjodoh dengan pria tersebut.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing. Windi menemukan jodohnya terlebih dahulu dibandingkan Kakaknya. Kemudian Winda berjodoh dengan seorang duda yang sempat ia tolak lamarannya.
Pada akhirnya keduanya menjalani kehidupan yang bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikan cupang
Sungguh malam yang panjang bagi pasangan pengantin baru. Mereka mengulanginya sampai tak bertenaga.Malam pertama yang takkan bisa dilupakan seumur hidup. Surga dunia yang mereka arungi terlalu sayang jika dipersingkat. Kini keduanya sudah saling memiliki satu sama lain. Menjelang Shubuh pun, mereka belum bisa menekankan mata. Mereka meluapkan isi hati dan saling bercerita. Hingga akhirnya tiba waktu Shubuh.
"Sayang, sudah adzan. Kamu mandi dulu."
"Kamu saja dulu, Mas."
"Bareng saja gimana?"
"Eh, nggak deh. Ya sudah aku duluan."
Windi segera bangun dari tempat tidur. Perlahan ia melangkah ke dalam kamar mandi.
"Sayang, kok jalannya gitu?"
"Ya ampun, masih nanya lagi." Batin Windi.
Windi mempercepat jalannya. Javier tersenyum melihat tingkah istrinya.
Setelah selesai mandi, keduanya shalat Shubuh berjama'ah. Setelah selesai shalat, mereka tidur karena sangat mengantuk. Entah mimpi apa mereka berdua sampai-sampai tidak terasa jika saat ini sedang tidur berpelukan.
Beberapa jam berlalu. Windi terusik karena sentuhan suaminya. Saat ia membuka mata, ternyata suaminya sedang mengecup tengkuknya.
"Astagfirullah... " Sontak Windi menjauhkan diri dari Javier.
"Sayang, kenapa?"
"Ya Allah, aku lupa."
"Lupa apa?"
"Lupa kalau sudah punya suami, hehe... jam berapa ini Mas?"
Windi menggapai handphone yang berada di laci samping tempat tidur.
"Hah.. hampir jam 9!"
Windi tersentak, ia hendak bangun. Namun suaminya malah memeluk tubuhnya.
"Mas... sudah siang. Ayo bangun!"
"Sudah bangun, sayang."
"Maksudku ayo mandi, terus sarapan."
"Yang lain bangun, sayang."
Windi menutup mulutnya saat mengetahui junior sedang mood on. Tanpa aba-aba, Javier langsung mencumbu istrinya kembali. Windi tak dapat menolaknya. Ia hanyut dalam suasana nan syahdu. Dan terjadilah apa yang harus terjadi.
Setelah usai memadu kasih, Javier mengangkat tubuh istrinya ke kamar mandi.
"Turunkan, Mas! Kakimu... "
"Kakiku sudah sembuh total. Kalau hanya mengangkatmu. Aku sangat mampu."
Saat ini mereka berada di dalam kamar mandi. Javier menurunkan Windi di bathup. Keduanya mandi bersama.
Setelah selesai bersuci, Javier menelpon resepsionis untuk mengirim sarapan ke kamarnya.
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan mengantar makanan ke kamar mereka. Mereka sarapan dengan menu sop iga bakar.Mereka berdua pun sarapan bersama di meja makan yang berada si kamar.
Saat makan, Javier selalu memperhatikan istrinya. Windi jadi salah tingkah karena ulah suaminya. Javier tersenyum kalau melihat leher istrinya yang penuh dengan ikan cupang.
"Mas, kamu kenapa sih? Dari tadi lihatin mulu."
"Kamu cantik."
"Ya Allah, waktunya makan masih juga gombal. "
"Aku nggak pernah gombal. Baru kali ini aku memuji seorang wanita. Dan itu istriku sendiri."
Windi tersenyum menanggapinya. Kali ini ia tidak protes lagi.
"Apa lagi kalau tersenyum. MasyaAllah..."
Tiba-tiba handphone Javier berdering. Ternyata Kanzha menelponnya. Javier sengaja tidak mengangkatnya karena ia tahu bahwa Kakaknya itu pasti hanya akan menggodanya dan bertanya yang aneh-aneh.
"Kok nggak diangkat, Mas?Siapa? "
"Kak Kanzha."
"Iya, siapa tahu penting. "
"Kalau penting pasti chat juga kok. Ayo lanjut lagi makannya.
Selesai makan, keduanya nonton TV. Mereka duduk di sofa dengan posisi Javier merangkul istrinya. Mereka nonton film horor.
Tok tok tok
"Mas, ada orang."
"Biar aku yang buka."
Javier pun membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Tomi. Tomi tercengang melihat satu ikan cupang yang bertengger di leher bosnya. Pikirannya jadi traveling.
"Tomi! Malah bengong."
"Eh, iya Bos. Maaf! Ini saya mengantarkan ini."
"Dari siapa?"
"Ini dari Ummah untuk istri Bos."
"Oh, ya sudah. Terima kasih. "
"Nggak ditawari masuk atau minum dulu gitu, Bos?"
"Tomi, kamu mau aku deportasi ke Antartika?"
"Eh, tidak Bos. Saya bercanda, hehe.. "
"Ternyata Bos perempuan ganas juga." Batin Tomi.
Tomi pun pamit undur diri. Ia tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Javier kembali masuk ke dalam kamar
"Siapa, Mas?"
"Tomi."
"Apa itu? "
"Nggak tahu juga. Ini katanya hadiah untuk istriku, dari Ummah."
Javier memberikan paperbag tersebut kepada istrinya. Namun Windi tidak langsung membukanya. Mereka berdua lanjut nonton TV.
Malam harinya, Javier mengajak Windi untuk makan malam di restoran hotel. Windi memakai gaun simple warna maroon dan pashmina hitam hadiah dari Ummah. Saat akan memasang resleting belakang gaun, tangannya tidak sampai.
"Mas, boleh minta tolong?"
"Apa sayang?"
Windi langsung menunjuk punggungnya.
"Dengan senang hati."
Namun Javier bukan malah menariknya ke atas, tapi ke bawah. Ia mengecup punggung istrinya.
Windi tersentak. Sentuhan kulit bibir suaminya membuatnya tak karuan.
"Mas, katanya mau makan malam. "
Sontak Javier memeluk istrinya dari belakang.
"Iya sayang, kita akan makan malam."
Setelah memeluk istrinya, ia pun memasangkan resleting gaun Windi. Windi segera memakai pashmina nya. Setelah siap, mereka keluar dari kamar menuju restoran.
Tiba di restoran, mereka mencari tempat duduk yang berada di balkon. Sehingga mereka dapat melihat pemandangan yang ada. Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka makan malam dengan suasana romantis ditemani taburan bintang di langit. Dua makhluk Tuhan yang saling mengagumi dengan ikatan halal. Baik Windi maupun Javier saat ini baru merasakan indahnya pacaran.
Usai makan malam, mereka kembali ke kamar. Dengan susah payah Windi membuka resleting bajunya, namun tidak bisa. Terpaksa ia meminta tolong suaminya lagi.
"Mas, tolong."
Javier langsung mengerti. Ia menarik resleting itu ke bawah. Tidak itu saja. Bahkan ia membantu membuka gaun tersebut hingga terbuka sebahu. Windi menahannya dan hendak menjauhkan tubuhnya dari suaminya. Namun Javier menahannya dengan kedua tangannya.
"Mau kemana, hem?"
"E.. itu ke kamar mandi."
Javier membalik tubuh Windi agar berhadapan dengannya.
Ia menghempaskan tangan Windi dengan lembut, sehingga gaunnya turun sampai setengah badan. Javier dapat melihat dengan jelas tubuh istrinya yang hanya dibalut kacamata pengaman. Ia menelan salivanya sendiri. Windi pun menundukkan kepala karena malu. Javier tidak tinggal diam, ia menurunkan lagi gaun tersebut sampai lepas dari tubuh istrinya. Ia melemparnya ke sofa yang berada di di ujung ruangan. Javier pun memeluk istrinya. Namun tangannya meraba pengait kacamata di punggung istrinya. Ia pun berhasil membuka pengait tersebut. Kacamata pun terbuka. Javier membaca do'a dan mulai mencumbu istrinya sampai Windi mundur dan terjatuh di tempat tidur. ia kembali memberi stempel ikan cupang di dada istrinya. Suasana semakin panas. Keduanya sudah tak dapat menahan lagi. Dan terjadi lah pertempuran di atas ranjang. Tidak lupa Javier membaca do'a setelah hajatnya usai. Sungguh nikmat yang tiada tara.
Setelah dari kamar mandi, Windi nampak kelelahan. Ia langsung memejamkan mata. Javier membenarkan selimut istrinya, lalu mengecup keningnya. Ia pun pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan berwudhu'.
Keesokan harinya.
Mereka siap-siap untuk keluar dari hotel. Mereka cek out dan langsung pulang ke rumah Abi Tristan. Tomi yang menjemput dan mengantarkan mereka.
Bersambung....
...****************...
Maaf segitu dulu kak, lanjut besok lagi.
Badan author remuk rasanya. Ini aja nulis dipaksain kak. Antara otak dan tangan gak sinkron 🤣.Makasih selalu setia dengan karya author 😘
semangat menulis dan sukses selalu dengan novel terbaru nya.
apa lagi ini yang udah 4tahun menduda. 😉😉😉😉😉😉