Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Ibu tadi malam sudah pulang-- tapi dia pulang hanya untuk meminta izin kepadaku. Ibu berkata dia akan menjaga saudaranya selama 3 hari. jadi setelah dua jam dia kembali pergi.
Dan untuk rien-- dia langsung bergegas izin pulang ketika ibu pulang. dan dia juga mengabari ku bahwa mama dan papanya tidak menjenguk ku tadi makan-- karena ada urusan mendadak.
Dan juga tadi malam aku bermimpi bertemu dengan kalila-- dan sekarang aku bingung harus apa.
Flashback
Aku membuka mataku-- begitu mata ku terbuka, hal pertama yang ku lihat adalah sebuah taman yang indah. aku mengedarkan pandangan ku ke seluruh taman ini.
Ini dimana? aku rasa tadi aku sedang tertidur di kamar ku. mengapa tiba-tiba aku bisa ada di sini?
Pandang ku terhenti pada seorang gadis yang tengah berdiri menatap kearahku-- jarak dia dan aku lumayan jauh.
Gadis itu melangkah mendekat kearahku, saat dia hampir sampai di depan ku. aku membulatkan mata karena terkejut. gadis itu memiliki wajah yang sama dengan raga yang ku tempati sekarang.
Apa dia kalila? apakah dia akan mengambil alih tubuh ini? dan apakah jika dia mengambil alih tubuh ini aku akan kembali ke dunia asliku? aku harap iya.
"Hai lia" suaranya pun sama dengan raga ini.
"Kamu pasti terkejut ya ngeliat wajah aku? aku kalila, pemilik raga yang kamu tempati sekarang" Kalila tersenyum lembut kearahku. dia sangat cantik-- walaupun lebih cantik wajahku di dunia asli ku, hehe.
"Kalila? boleh aku bertanya?" aku dengan ragu berjalan lebih dekat kearahnya.
"Pasti kamu mau menanyakan, kenapa kamu bisa terjebak di sini ya?" aku menganggukkan kepala ku sebagai jawaban.
"Sebelumnya aku minta maaf sama kamu, aku yang memilih kamu untuk menggantikan peranku di dunia novel itu" Kalila memandang aku dengan raut wajah penuh penyesalan.
"Kenapa? kenapa harus aku? aku bahkan nggak tau alur novel ini sebelumnya-- kenapa kamu harus narik aku kedalam dunia novel ini" aku mencoba untuk menekan amarahku yang naik karena ucapan kalila.
"Aku sudah memperhatikan kamu dari lama lia-- bahkan sebelum kamu masuk kedalam kamar nenek dan kakekmu. aku menunggu waktu sampai rasa penasaran kamu membesar akan kejadian di kamar nenek dan kakek kamu. aku yang setiap jam enam menciptakan cahaya untuk menarik rasa penasaran para pelayan di mansion keluarga mu" kalila sekarang memasang wajar datar-- raut wajah penuh penyesalan sekarang tak ada.
"Aku menarik kamu kedalam dunia ini, karena iri dengan hidup kamu yang sempurna-- aku ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan dan ini juga bukan sepenuhnya salahku. kakek dan nenek mu juga berperan besar karena telah menciptakan portal untuk masuk kedalam dunia novel-- dan juga ini termasuk kesalahan kamu. kamu yang secara suka rela masuk kedalam kamar kakek dan nenek kamu. dan kamu juga yang membuka halaman novel" kalila tersenyum sinis.
Benar ini salahku-- dan aku pun menyadari itu. tapi semisalnya dia tak pernah menciptakan cahaya di kamar kakek dan nenek ku. aku tak akan merasa penasaran dan aku juga tak akan mendengar cerita tentang ini dari kaka ku dan abang sepupuku. karena rasa penasaran ku semakin muncul karena mendengar obralan Kaka dan abang ku.
Kalila yang memancing ku dan aku yang terjebak oleh pancingannya.
Kalila tertawa saat melihat aku termenung.
"Kenapa kamu harus melakukan sampai sejauh ini? dan kenapa kamu harus iri sama hidup aku? kamu hanya perlu menjalani hidup kamu dan menjauhi apa yang membuat kamu merasakan rasa sakit" aku menatap mata kalila-- wajah dia memerah.
"Kamu pikir semudah itu, kamu bisa berbicara seperti itu karena kamu tak pernah merasakan jadi aku, aku selalu mengharapkan kasih sayang dari keluarga ku-- tapi mereka bahkan mengabaikan keberadaan ku. mereka mengucilkan aku, apa salah ku? aku bahkan tak pernah meminta untuk di lahirkan di keluarga itu! dan ya, ketika aku melihat hidup kamu yang di penuhi oleh kasih sayang keluargamu tentu aku merasa iri-- aku ingin kamu merasakan bagaimana rasanya jadi aku" dia berucap marah, nada suaranya meninggi dan ketika dia mengucapkan kalimat terakhir dia tersenyum sinis kearahku.
"Dan asal kamu tahu, aku tahu semua ini, karena aku tak sengaja menemukan sebuah novel. dan kamu tahu? novel itu adalah novel tentang dunia ini. ya novel itu sama dengan novel yang kamu temukan di kamar kakek dan nenek kamu. aku menemukan novel itu di kursi taman. begitu aku sampai di rumah aku langsung menuju kamar untuk membaca novel itu, dan ketika halaman pertama kubuka-- bukan tulisan yang ku lihat melainkan sebuah video, video yang memperlihatkan keadaan keluarga kamu-- kalian sedang tertawa bahagia dan aku juga melihat bagaimana cara kelurgamu memperlakukan kamu" dia menatap aku marah, apa salahku? kenapa dia marah padaku? apa karena dia melihat aku dan keluargaku yang sedang tertawa? lalu kenapa kalau kami tertawa itu hak kami, kenapa dia merasa marah melihatnya? kalila sangat tak jelas.
"Aku merasa marah dan merasa iri secara bersamaan karena melihat cara mereka memperlakukan kamu. kenapa kamu bisa mendapatkan perlakuan seperti itu? padahal kamu tidak melakukan apa-apa? dan kenapa aku harus di abaikan oleh keluargaku? ketika aku sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan perhatian mereka?-- dan kamu tahu, kenapa aku bisa melihat keadaan keluarga kamu-- itu karena nenek dan kakek kamu yang menciptakan portal itu. mereka berdua sangat bodoh, sama seperti kamu" kalila tertawa seraya menatap aku remeh.
Aku menatap marah kepadanya, berani sekali dia menghina kakek dan nenek ku. dia mengatakan kakek dan nenek ku bodoh, lalu bagaimana dengan dia? dia juga bodoh karena telah merasa iri terhadap hidup ku-- dia bahkan melakukan hal gila ini.
"Kenapa kamu marah?" dia meraih rambutku lalu dengan pandangan remehnya dia memilin rambutku.
Aku menepis tangannya yang sedang memilin rambutku "kamu boleh ngatain aku bodoh, dan aku memang mengakui kalo aku bodoh karena masuk kedalam jebakan kamu. tapi kakek dan nenek ku, kamu tidak berhak mengatakan mereka bodoh-- karena menurutku kamu yang bodoh. kamu sampai melakukan semua ini. setelah kamu berhasil membuatku aku masuk kesini. apa yang kamu dapatkan? kebahagiaan atau kepuasan? sepertinya kamu tidak mendapatkan keduanya. bukankah selama kamu disini kamu hanya sendirian-- dan bukan kah kamu sekarang merasakan rasa kesepian yang berkali-kali lipat?" aku mendorong dada kalila pelan.
"Kamu dulu tak pernah merasakan seperti ini kan? kamu dulu masih punya ibu-- ibu selalu ada untuk menemani kamu kapanpun kamu butuh. tapi sekarang kamu sendirian disini" aku tersenyum miris menatap kalila.
Kalila terdiam dengan raut rumitnya "sekarang kalau kamu merasa menyesal-- kembalilah kedalam raga kamu dan juga tolong kembalikan aku ke dunia asli ku" aku menatap serius kearahnya.