Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
...~Happy Reading~...
Setelah mendapatkan penanganan dari dokter, kini keadaan Aca pun sudah terlihat membaik. Kondisi nya yang sudah stabil, membuat para keluarga bisa bernafas lega. Setelah mendapatkan kamar perawatan, kini semua orang berkumpul untuk menunggu hingga Aca sadarkan diri.
Sebenarnya, beberapa saat yang lalu Aca sudah sempat sadarkan diri. Hanya saja, dokter sengaja memberikan obat tidur agar gadis kecil itu bisa istirahat. Baru Hilal tahu, bahwa ternyata akhir akhir ini putri nya jarang tidur, hingga membuat nya sensitif dan tantrum. Selain itu, karena demam, membuat Aca juga kekurangan cairan, hingga membuatnya terpaksa harus mendapatkan infus.
“Khalifa mana Mas?” tanya Hilal saat baru menyadari bahwa istrinya tidak ada di sana bersama nya.
“Tadi kita Cuma berdua Hilal.” Jawab Arman selaku kakak pertama Hilal.
“Gak ikut sama Abah dan Umi?” kini laki laki itu menatap kedua orang tua nya.
“Umi kira, kalian pergi bersama.” Jawab ummi Nila yang juga terlihat bingung, “Seharian Umi belum melihat istri kamu. Apakah kalian bertengkar?” ummi Nila bangkit dari tempat duduk nya dan menghampiri putra nya.
“Kenapa Khalifa tidak ikut kemari Umi? Apakah dia tidak khawatir dengan Nasha?” bukan menjawab pertanyaan umi nya, Hilal justru mengalihkan pembicaraan sambil menggenggam jemari tangan Aca yang kini mendapatkan infusan.
“Kenapa kamu tadi tidak mengajak nya?” kata umi Nilla balik bertanya.
“Hilal panik Umi. Hilal pikir, dia akan segera menyusul!” jawab nya lirih, “Dan bukankah seharusnya dia segera menyusul kemari?”
Sementara itu, di tempat yang berbeda. Kini Khalifa tengah duduk berdua dengan kakak ipar nya di meja makan. Setelah beberapa saat lalu Mila pamit untuk memberikan susu kepada anak anak nya, kini keduanya duduk berhadapan.
“Apa yang mba bicarakan pada Aca?” tanya Khalifa to the point.
“Maksud kamu apa Fa? Mba gak ngerti,” Mila menggelengkan kepala nya, “Kamu mau ngajak mba bicara, Cuma kaya gini? Gak penting Fa!”
“Penting buat aku mba!” tekan Khalifa dengan wajah serius nya, “Kenapa mba?”
“Kenapa apanya? Aku gak ada bicara apapun dengan Aca!”
“Bohong!” Khalifa semakin menatap lekat wajah Mila yang terlihat sedikit gugup, “Katakan, jika memang mba tidak menyukai Khalifa. Bukan seperti ini caranya mba, kenapa mba harus memakai Aca? Dia masih terlalu kecil untuk mendapatkan hasutan dari mba Mila.”
Brakkk!
“Jaga bicara kamu Fa!” sentak Mila tiba tiba bangkit dari tempat duduk nya dan menunjuk wajah Khalifa. Tatapan mata yang begitu tajam, kini akhirnya keluar ketika mendengar tuduhan yang Khalifa berikan.
Dan memang inilah sifat asli sesungguhnya dari Mila. Khalifa sudah tahu cukup lama, bahkan ia sempat mendapatkan teguran dari Hasna agar tidak terlalu dekat dengan Mila. Akan tetapi, Khalifa menyangkal dan masih berusaha untuk berfikir positif.
Khalifa hanya ingin akur dengan semuanya, karena memang sejak kecil kehidupan nya sellau di kelilingi orang orang baik yang ia sayang. Dan setelah ia menikah dengan Hilal kini, ia tahu bagaimana sifat asli dari kakak ipar pertama nya.
“Bukankah seharusnya yang harus jaga bicara itu mba Mila? Kenapa harus Khalifa? Kenapa mba harus meracuni pikiran Aca? Dia masih begitu kecil mba!” Khalifa menarik napas nya begitu panjang.
“Aku tidak pernah meracuni pikiran siapapun, aku hanya bicara fakta! Dan memang pada kenyataan nya, apa yang dia katakan benar bukan?”
“Apa maksud mba?”
“Khalifa Khalifa, kamu tidak perlu bersikap sok lugu dan polos begitu. Aku tahu, isi pikiran dan hati kamu. Kamu tdiak sebaik dan sesempurna yang kami pikir.”
Seketika itu, Khalifa terkekeh pelan, “Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku sempurna. Aku hanya manusia, yang memiliki kekurangan, jangankan sempurna, bahkan baik saja aku tidak berani mengklaim nya. Tapi, setidaknya aku tahu bagaimana cara menghargai dan menghormati privasi masing masing. Aku tidak pernah mau ikut campur dalam masalah orang, termasuk ipar ku sendiri.” Ucap Khalifa panjang lebar namun penuh dengan penekanan.
...~To be continue ......