NovelToon NovelToon
PINK BUBBLES #1

PINK BUBBLES #1

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: LeoRa_

Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA

Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.

[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]

Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.

love u😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

Setelah diobati, dokter mempersilahkan keluarga pasien masuk sambil membicarakan sedikit penjelasan dan hal-hal mengenai kondisi Giass serta cara merawatnya sebelum akhirnya dokter meninggalkan mereka semuanya.

Suasananya sangat canggung dan tidak nyaman. Qiena memang merasa bersalah, tapi ketidaknyamanan dan kegelisahan membuatnya ingin segera pulang. Bahkan Giass yang beberapa kali ingin berbicara dengannya jadi sering terabaikan karena Qiena tidak bisa fokus. Akhirnya, karena kasihan melihat Qiena tampak tertekan meski suasana sebenarnya tidak semenakutkan itu Giass pun membiarkan Qiena pulang dulu. Tapi, tentu saja setelah membersihkan diri.

Bagai seorang musafir yang mendapatkan air, Qiena bergegas melakukan semuanya agar bisa segera pulang.

Sat... Set... Sat... Set...

Dan Qiena pun pamit pulang dibawah tatapan 3 pasang mata yang membuat detak jantungnya melonjak tajam.

Mirip seperti kelinci yang melarikan diri dari tangan pemburu, dalam sekejap mata langsung menghilang dari pandangan ketiganya.

Setelah hanya tinggal keluarga beranggotakan 3 orang itu.

Stevani sebagai ibu rumah tangga langsung angkat bicara.

"Itu tadi apa? Hm..." mata Stevani sudah melebar penuh peringatan yang masih tak mempan untuk menggoyahkan kegigihan Giass.

Yang dimaksud Stevani adalah tentang bagaimana Giass bisa bersama Qiena dan terluka. Dia khawatir akan putranya tapi ulah putranya membuatnya tak lagi fokus pada luka yang diderita sang anak yang membuatnya khawatir.

"Apa lagi... Aku baru saja menjemput calon istri ku dari tempatnya bekerja, lalu saat sedang menunggu di lampu merah kami terjebak macet. Tak lama, insiden itu terjadi. Aku hanya kehilangan motor ku juga ponselku kurasa dan mendapat sedikit luka. Tapi, semuanya baik-baik saja. Calon istri ku juga baik-baik saja." jelas Giass gamblang seperti biasanya dengan wajah tetap datar seolah apa yang dia katakan tidak akan pernah menjadi bom untuk orang tuanya.

Mendengar jawaban itu, Stevani merasa gerah karena ingin marah tapi tahu hal itu tak akan membuat putranya berhenti. Sedang Ginda hanya biasa menghela napas seraya mengusap wajahnya tak berdaya.

Kenapa putranya gini amat...???

"Giass, kau ingat yang pernah kita bicarakan sebelumnya? Kau masih kecil..." Stevani belum selesai, Giass sudah menyela.

"18 tahun sudah usia dewasa, Ma. Bukankah di jaman dulu orang-orang justru menikah diusia yang lebih muda. Apa yang dikhawatirkan?!"

Jantung Stevani rasanya mau bocor. "Itu jelas berbeda!! Dimasa lalu semua anak dididik oleh keadaan dan kondisi lingkungan hidupnya untuk dewasa sejak dini. Jadi, menikah dini di masa itu bukan masalah. Toh, mereka tahu untuk bertanggungjawab atas pernikahan itu terlepas dari berapa muda umur mereka. Tapi, kau jelas berbeda! Kami tidak mendidik mu sekeras orang terdahulu. Karena kami merasa kami masih mampu menafkahi mu hingga dewasa secara fisik dan usia. Kami juga tidak membebani mu dengan pekerjaan sekeras orang terdahulu. Anak jaman sekarang dididik dengan cara yang berbeda sehingga perkembangan kedewasaannya pun akan berbeda. Kau tidak bisa menyamakannya!"

Sayangnya, Giass cukup keras kepala juga.

"Tapi, aku serius ingin menikahinya, Mama..."

Saat Stevani hendak membalas, Ginda sudah lebih dulu berbicara. "Seberapa seriusnya?" ekspresinya pun ikut serius.

Kalau Ginda tak ingin bertele-tele, dia langsung ke intinya saja.

Melihat ini, Stevani merasa punya waktu untuk mengatur emosinya.

"Kau bahkan belum bekerja. Kau tidak berpikir untuk menafkahi istri mu dengan uang jajan yang ku berikan, 'kan? Atau kau tidak mungkin ingin dinafkahi oleh istrimu 'kan? ... Giass, kami begini karena kami peduli padamu dan dia. Apalagi dia, kehilangan sosok berharga dalam hidupnya sudah cukup untuk membuatnya pasti merasa kehilangan arah. Tapi, karena dia tahu seberapa besar usaha orang tuanya dalam membuatnya menjadi seperti sekarang lah yang membuatnya bertahan. Kau tidak bisa masuk begitu saja ditengah-tengah perasaan sepinya yang membuatnya tanpa sadar berpikir kau bisa menggantikan sosok itu dalam hidupnya. Lalu, kemudian saat kau merasa menyesal telah bertindak terlalu terburu-buru, siapa yang paling tersakiti? Itu adalah dia. Dia yang paling tersakiti pada akhirnya... Dan aku tidak bisa menerima itu. Asal kau tahu, aku mungkin terlihat baik-baik saja seperti semula sekarang. Tapi, apakah kau tahu kalau rasa bersalah itu sudah bersarang kuat di hatiku?! Sampai rasanya aku baru bisa tenang bila dia benar-benar bisa hidup bahagia hingga akhir hidupnya!"

Panjang lebar Ginda berbicara hanya untuk membuat Giass sadar. Tapi, sepertinya tidak berhasil atau lebih tepatnya, karena Giass memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk tidak mengecewakan siapapun baik Qiena maupun orangtuanya.

Aura Giass pun menjadi lebih serius dan pantang menyerah. "Aku memikirkan semua itu, Papa. Bukan tidak memikirkannya."

Hening sejenak.

"Ini juga bukan tentang cinta pada pandangan pertama. Aku tidak melakukannya. Hatiku hanya bergerak untuk merasakan perasaan ingin menjadikannya pendamping hidup ku. Aku hanya ingin mulai hidup dengan menikmati dan melewati segalanya bersamanya. Aku bukannya tidak belajar tentang apa itu pernikahan dan apa tujuan pernikahan itu dilakukan... Aku serius tentang itu..." Giass menjeda dan orang tuanya terdiam menyimak.

"Lagipula, keinginan untuk menikah dini pada dasarnya bukan pemikiran baru-baru ini. Aku sudah memikirkannya sejak awal SMP..." mata kedua paruh baya itu rasanya mau keluar karena terkejut.

Mereka tidak menyangka ada cerita seperti itu dibaliknya.

"Tapi, baru serius ingin ku raih. Ya, belakangan ini."

Giass terlalu asik menjelaskan hanya demi sepotong restu dan melewatkan keterkejutan orang tuanya.

"Kalian selalu bersikap mesra dan romantis dimana pun kalian berada. Terlebih, Papa selalu cemburu bila aku ingin bermanja dengan Mama dan Mama yang selalu memprioritaskan Papa. Mama mungkin tidak menyadarinya. Tapi, aku selalu ditinggalkan dalam perasaan iri pada akhirnya. Dari sana aku pikir, dengan aku menikah aku akan memiliki tempat untuk bermanja dan aku jadi tidak perlu berebutan dengan Papa lagi."

Masih berlanjut. "Tapi, aku tahu aku tidak bisa sembrono dalam memilih pasangan hidup. Karena kalian aku belajar untuk serius dalam melakukan sesuatu, apapun itu dan bertanggungjawab atasnya. Meskipun aku nakal... Jadi, aku berjanji pada diriku sendiri, bila aku menemukan sosok wanita yang bisa membuat ku ingin menikahinya. Maka, aku akan serius berusaha untuk mendapatkannya. Dan itu yang kulakukan beberapa bulan ini."

Giass tahu pidatonya sangat panjang, tapi demi restu orang tua dia tidak patah semangat.

Qiena, bersabarlah...

Qiena yang berada dirumahnya merasa menggigil tiba-tiba.

Terus berlanjut. "Kemunculan Qiena dalam hidup ku membangkitkan keinginan itu ketingkat ekstrim. Ketingkat dimana aku benar-benar menginginkannya hingga tidak ada ruang untuk menyerah. Akan tetapi, karena aku tahu pernikahan tidak sesederhana itu, jadi aku giat mempelajarinya. Mulai dari konsultasi langsung ke pakarnya, ahlinya, bahkan para lansia yang sudah menua bersama tapi tetap romantis dan langgeng. Aku datangi semuanya. Terlebih setelah aku tahu, kalau Qiena memiliki harapan besar terhadap yang namanya pernikahan itu sendiri. Dia juga tidak menganggap remeh pernikahan. Bahkan untuk bisa membuatnya mau melakukan pendekatan denganku saja aku butuh waktu lama dan harus mengerahkan semua kemampuan ku dalam mencari celah untuk membuat dia mau sedikit menerima ku..."

"Dan hari itu tiba... Aku tidak bisa mengukur seberapa bahagianya aku. perasaan itu membuatku ingin segera meresmikan hubungan kami. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Karena Qiena tidak ingin sampai salah dalam mengambil langkah. Jika itu wanita lain, pasti kami sudah menikah sekarang sekalipun tanpa sepengetahuan kalian."

Giass mengakhiri pidatonya dengan baik dan baru saja melihat kondisi orang tuanya yang sudah saling berpelukan. Bahu Stevani tampak bergetar dan Ginda mengelusnya seperti sedang menenangkannya.

Giass hanya mulai merasa cemburu lagi dan segera merindukan Qiena yang sudah istirahat dirumahnya.

Kemudian dia mendengar ibunya berkata dalam tangisnya.

"Suamiku... Ini salah kita... Huhuhu... Kita yang membuatnya memikirkan pernikahan... Kita terlalu mengabaikannya selama ini sampai dia ingin mencari kebahagiaan sendiri dengan menikah. Bagaimana ini... Huhuhu... Putraku yang menyedihkan. Dia sampai iri dengan kemesraan yang kita secara sadar atau tidak memamerkannya didepannya. Ini salah kita... Huhuhu..."

Ginda juga merasa tertekan dan bersalah pada putranya. Tapi, perasaan itu tidak bisa diubah. Dia benar-benar tidak bisa melihat bahkan membayangkan putranya bermanja dengan istrinya. Sudah dia katakan istrinya adalah miliknya. Kalau putranya mau bermanja dia harus menemukan seorang istri. Tampaknya, sang anak benar-benar ingin mewujudkannya.

"Iya, jadi kau mau bagaimana? Giass tidak akan mau berhenti sekalipun kita yang memintanya." dalam hati Ginda berharap istrinya sepemikiran dengannya.

Tapi, Stevani masih menangis sampai sesenggukan membuat Ginda tertekan.

Pemandangan mesra itu kian merusak suasana hati Giass.

Lalu dengan ketegasan yang mengandung makna menolak di bantah, Giass berseru.

"Aku akan menikah dengan Qiena! Papa dan Mama harus bisa mewujudkan itu! Titik!!!"

.

.

.

.

.

1
@train
tetap semangat ya thor
@train
siap thor
Fauziah Tallya
mudah2an qiena nya gpp sama semua bayi nya
@train
ya oke thor maklum aku karena semua pekerjaan itu tidak bisa dikerjakan sekalian
@train
wow,selamat untuk pasangan muda kita
@train
apa mungkin oiena alumni sekolah tersebut
@train
semangat thor
@train
belum banyak yang join ya
@train
wow,semakin seru saja
@train
karya yang bagus
Fauziah Tallya
selamat, sudah sah aja nanti h
@train
wow,bunga cinta bertebaran
Fauziah Tallya
mama stevani ngelamar nya sweet bangett, pengen nabung bab tapi tiap ada notif gak kuat pengen langsung baca...
ditunggu up lagi yah thor
Fauziah Tallya
bagus banget ceritanya, semangat up thor
Fauziah Tallya
ditunggu up lagi ka 😊
anggita
like👍+☝iklan moga novelnya lancar sukses.
anggita
disemua novel tiap pintu dibuka bunyinya.... ceklek🤭
Dewi
Kangen 3Ry (Ryura,Reychu sma Rayan)
Dewi: Slalu di tunggu thor krya krya nya semngat trus ☺️
LeoRa_: makasih dh rindu anak2ku. tapi ada kepikiran bikin keturunan mereka, cuma belum Nemu ide yang pas. semoga aja bisa ketemu segera, biar bisa di proses. thor jg kangen bikin mereka bertiga lagi🥲😌
total 2 replies
Dewi
Di tunggu kak..☺️Semngat trus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!