Selena Almaheera, mahasiswi lulusan kedokteran dengan prestasinya yang luar biasa. tak sedikit orang memujanya karena kemampuan yang hebat saat beraksi diruang operasi. namun, pada suatu hari takdir buruk menyeret dirinya ke dalam lubang malapetaka.
Diego Ethan Federico, bajingan kelas kakap yang tampan rupawan dan kaya raya. ia meneruskan dunia hitam sang papa juga pewaris utama dari pasangan Matteo Denaro Federico dan Natalia Avila Beltran.
Pertemuan pertama saat dalam keadaan sekarat menjadikan bos mafia itu terobsesi pada dokter cantik yang menanganinya kala itu, hingga satu tahun sudah berlalu keduanya dipertemukan kembali saat dokter cantik itu menangani Sania Ainsley Beltran, yang tak lain adalah adik kandungnya.
Diego sadar obsesinya pada Selena itu bahaya dan ingin menguasai seluruh hidupnya. akan tetapi, ada sang kakak yang justru ikut terlibat dalam perasaan cinta itu.
Lantas siapa diantara dua mafia kakak beradik itu yang berhasil mendapatkan dan meluluhkan hati Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29 - memperebutkan Selena
Malam berganti pagi, menyambut sinar yang terang benderang menghiasi bumi. waktu berjalan seakan menyakitkan, merubah segalanya dalam sekejap mata. kesialan demi kesialan mendatangi Selena terus menerus hingga membuat hidupnya tawar tanpa rasa. ia berusaha bertahan di tengah kepungan badai, selalu menguatkan dirinya agar lebih kuat menjalani hari-harinya. pikirannya sangat kalut, mimpi yang terukir dalam karang hatinya seolah hanyut di terjang ombak. di tambah, ia harus menanggung dosa besar atas perbuatan keji seorang pria.
Tiap luka ia dapatkan, pahatan pilu, tusukan perih, dan juga hujaman pedih. Selena sedih sekian hari hingga tenggelam ke dalam kehancuran, kepingan kehancuran bercampur ke dalam dendam yang membara.
Pagi ini tidak seperti pagi sebelumnya, mansion sepi tanpa aktivitas para pelayan. Selena bangun dengan keadaan pusing melanda kepala, ia menuruni tangga, menyusuri mansion mencari keberadaan orang-orang. ia tidak menemukan siapa-siapa disana, bahkan kebisingan Darius ketika menyiapkan makanan pun tidak terdengar. ia memutuskan masuk ke ruang tengah, barangkali Gio dan si kembar berkumpul disana, tetapi hasilnya nihil.
Menanyakan kabar tentang Ethan? Selena mencoba tidak mau tahu setelah semalam ia mengacuhkan Selena hingga tak mau bicara dengannya. persyaratan yang ia ajukan di tolak mentah-mentah tanpa jawaban, berdiam diri di kamar justru menambah luka karena Ethan lebih sibuk memainkan ponselnya daripada menyalurkan kerinduan.
Padahal dalam hatinya, Selena sangat ingin berlari dan memeluk tubuh kekar pria itu. tapi, ah sudahlah. ia lebih memilih pergi ke dapur untuk menyegarkan pikiran.
"Miss, hari ini Darius tidak menyiapkan makanan. tuan melarang semua pekerja melakukan pekerjaan, bahkan semua petani di kebun di hentikan tanpa sebab" ujar Martha berdiri di dekat top table.
"Apa kau tahu dimana tuan Ethan sekarang?"
"Ada di ruang kerja sedang melakukan rapat bersama Gio" jawab Martha sembari membantu menyiapkan gelas dan susu.
"Kamu melihat dia turun ke bawah setelah terjadi keributan?"
"Tidak, tuan sama sekali tidak keluar kamar setelah kembali ke mansion. apa kamu tidak tidur seranjang dengannya, miss?"
Pertanyaan Martha mampu membuatnya bungkam. ia mengambil alih gelas dan menuangkannya air hangat.
"Maaf, maksudku bukan seperti itu"
"Tidak masalah" kata Selena sambil mengaduk susu buatannya. dia sama sekali tidak menghakimi janin dalam kandungannya, semalaman penuh memikirkan dan percaya dengan garis takdir yang tuhan berikan ke setiap manusia.
Martha bergerak pelan, membuka laci lalu mengeluarkan sesuatu di dalamnya. pelayan itu menyiapkan sarapan tanpa sepengetahuan Ethan. Martha menatap sekeliling memastikan tidak ada orang yang tahu, meskipun sebenarnya kamera cctv terpasang di setiap sudut mansion.
"Cepat makan sebelum tuan tahu dan memarahiku" ujar Martha menyerahkan semangkuk bubur ayam.
"Dia ingin membuatku mati kelaparan? ah, tidak..... pria itu berniat membunuh darah dagingnya" Selena tersenyum kecut.
"Miss, sebaiknya jangan berpikir yang tidak-tidak. tuan Ethan tidak pernah memberi keputusan tanpa adanya alasan yang pasti"
"Memintaku menggugurkan darah dagingnya sendiri itu tidak perlu alasan, Martha. dia memang iblis, tak punya hati, bahkan tak punya akal sehat. diagnosa ku selalu benar, pria itu memiliki gangguan jiwa yang parah!"
"Pria lain akan selalu senang jika ada kehidupan lain tumbuh dari rahim wanitanya, tapi tidak bagi mafia itu. hidupnya yang gelap gulita tanpa warna menginginkannya menjadi hal yang serupa!" meradang kesal, Selena nyaris hilang kendali karena suasana hatinya yang mudah berubah-ubah, kemarahan lebih sering muncul daripada kesenangan.
"Pergilah berisitirahat, aku tidak mau jika pria itu memarahimu karena melanggar peraturan" putusnya sepihak.
"Tapi, miss-"
"Tidak apa-apa, Martha. aku seorang dokter, bisa menjaga diri dan tahu apa saja yang boleh ataupun tidak boleh aku lakukan. kamu tenang saja" sambung Selena. ia tak kunjung meminum susu buatannya, hanya di aduk-aduk saja berulang kali.
"Baiklah, miss. kalau butuh sesuatu, aku ada di belakang" pamit Martha. ia bisa merasakan tusukan perih yang Selena rasakan, hamil namun tak di inginkan.
Suara ketukan pantofel mengubah atensi Selena yang sedang duduk di ruang makan menjadi ke arah tangga. Ethan turun dari atas bersama Gio dengan aura menyeramkan menguar dalam dirinya. mereka seolah menjadi dua orang asing yang tak saling menyapa, Selena tersenyum miris karena keberadaannya di mansion itu hanya dianggap pajangan rumah.
Sampai dimana, pria itu mendengar suara dentingan sendok dan gelas. Ethan menghentikan langkah menatap dingin ke arah Selena. tanpa kata, ia berjalan mendekat, mengambil alih gelas susu itu lalu membantingnya ke lantai.
Selena terlonjak kaget melihat pecahan gelas dan susu berceceran yang mengenai kakinya. "Apa yang salah denganmu, hah? aku diam saja tidak menggangu waktumu, tapi kenapa kau justru malah menggangguku dan membanting minumanku?" bentaknya berdiri berhadapan dengan bos mafia.
"Jangan pernah menunjukkan kehamilan mu di hadapanku. aku sama sekali tidak memberimu izin untuk merawat janin itu sampai besar!"
"Ini anakmu, darah dagingmu, apa perlu aku memperjelas semuanya di depan telingamu, hah?" teriaknya keras, membalas tatapan tajam pria itu.
"Aku tidak mau ada darahku mengalir di dalam rahimmu, gugurkan anak itu selama ku minta baik-baik!"
Tawa sumbang terdengar menusuk, Selena melangkah maju menarik kerah baju Ethan yang membuat Gio waspada siaga satu.
"Tidak masalah kalau kau tidak mengakui janin ini, aku bisa pergi tanpa tanggung jawab darimu. semua itu tidak berarti lagi bagiku, orang sepertimu hanya butuh budak sex untuk melepas nafsu dan membuangnya setelah selesai!"
Ethan menyentak kasar, beralih mencengkram erat wajah Selena. "Ini semua salahmu, kau hamil dan mengandung anakku!" tekannya dingin.
Air mata Selena luruh membasahi pipinya, netranya menyorot lemah dengan senyum tipis menahan kecewa. "Jadi, kamu menyalahkanku?"
"Atas dasar apa kamu menyalahkanku, Ethan? kamu yang sudah membuatku kehilangan semuanya, segala kehancuran aku dapatkan dengan mudah seolah membalikkan telapak tangan, kamu menghancurkan, merenggut, dan mengotori tubuhku tanpa kira-kira" lirihnya memukul pelan dada bidang Ethan.
Pernyataan itu sungguh mencabik-cabik hati Selena, menambah luka di jiwa dan menambah perih di dada. dia menunduk dengan tangan meremas kerah baju Ethan, tangisannya pecah karena dirinya rusak. di hamili, kemudian di salahkan.
"Aku beri satu kali kesempatan untukmu berpikir lagi. toleransiku sudah habis karena menghargaimu sebagai perempuan!" ujar Ethan tanpa menenangkan Selena.
"Dimana letak kamu menghargai perasaanku? tidak menerima kehadiran anak ini, sama saja dengan kau tidak menginginkanku berada disini"
"Pikirkan baik-baik, dosa mu membunuh nyawa orang dan menggugurkan darah daging sendiri, manakah yang paling membakar rasa bersalahmu?"
"Ethan, i'm pregnant because of you, tidakkah hatimu ada rasa bersalah sedikit saja? anak ini ingin kehidupan bukan kematian"
Ethan diam tidak bereaksi, berdiri tenang dengan ekspresi sulit di tebak. setelah Selena mengeluarkan banyak keluh kesahnya, ia mendorongnya kasar hingga nyaris membuat Selena terjerembab, untung saja Gio menolong tepat waktu hingga bisa membantu Selena agar tidak terjatuh.
Pria itu melenggang pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan Selena. jelas ini tidak benar, semua kesalahan di limpahkan padanya tanpa pria itu bertanggung jawab. api kemarahan menyala dalam diri Selena, ai mendorong tubuh Gio agar tidak menghalanginya. ia berlari menyusul Ethan yang sedang menuju mobil di halaman depan. pergerakan dari pria itu kalah cepat, saat ingin membuka pintu dan mengenyakkan diri, Selena berhasil menahan dan menutup pintu mobil secara kasar.
"GIO!" teriak pria itu. "SEGERA BAWA WANITA INI MENJAUH DARIKU!"
Selena menolak, menggelengkan kepalanya. "Tidak, kamu tidak bisa menghilang, muncul, dan pergi lagi. kenapa sikapmu berubah-ubah Ethan? aku butuh penjelasan"
"Jangan membuatku hilang kendali, Selena. ada urusan penting yang harus aku selesaikan segera!"
"Bisa bicara baik-baik, tidak perlu bersikap kasar"
"Aku tidak akan marah asal kau menggugurkan janin itu!" tegas Ethan tidak merubah keputusan.
"Kalau begitu, kamu menyetujui persyaratan yang aku ajukan?"
"Tidak, aku tidak akan pernah mengizinkanmu pergi dari sini, kau milikku!"
"Kenapa egois sekali? tidak ingin aku pergi tapi tega ingin meregangkan nyawa darah daging sendiri. kamu perlu memeriksakan kondisi kejiwaanmu, tuan mafia!"
Selena berdiri di depan pintu mobil tak memberi izin untuk Ethan pergi lagi setelah menghilang selama satu minggu. saat ini, yang di butuhkan bukanlah ego, tapi ketenangan hati dan membicarakan semuanya dengan kepala dingin.
Melihat sikap pria itu yang tetap teguh dengan pendiriannya, perlahan membuat Selena menyingkir dan memberinya jalan. tanpa berkata apapun, pria itu masuk ke dalam mobil hendak meninggalkan kawasan mansion. namun, beberapa detik setelahnya, sebuah ide gila muncul di kepala Selena. wanita itu langsung berlari ke pintu samping, membuka pintu lalu mengenyakkan diri. hal itu membuat Ethan sangatlah marah.
"Cepat keluar, Selena!"
"Tidak, aku akan ikut kemanapun kamu pergi!"
"Jangan mencoba menguji kesabaranku!" erang pria itu mencengkram stir.
"Bisa tidak jangan marah-marah? aku jadi mual melihatmu semena-mena seperti ini, apa tidak puas juga setelah memberiku dua pil berbahaya waktu itu, hah?"
"Cinta macam apa yang ada di hatimu itu? kamu mencintaiku tapi seperti ingin melenyapkanku" decak Selena tak habis pikir.
Hembusan nafas terdengar keras di dalam mobil, Ethan menghadap ke arah Selena hendak melepaskan sabuk pengaman dari tubuh Selena, tapi saat jemarinya hendak melepas sabuk pengamannya, tiba-tiba Selena menahan tangannya dan membawanya ke atas perut.
Selena meletakkan tangan Ethan tepat di atas perutnya yang masih rata. pria itu diam, memang tidak terasa apa-apa tapi menimbulkan sensasi luar biasa. mereka berpandangan, menyalurkan kerinduannya lewat tatapan.
"Ada kehidupan baru di dalam sini, apa kamu bisa merasakannya?"
"Usianya masih dua minggu, belum tumbuh apapun. meski begitu, aku ingin sekali melihat perkembangan janin ini sampai melahirkan nanti. bisakah kamu menemaniku?" tanyanya sembari menggerakkan tangan Ethan mengusap lembut perutnya.
"Keputusanku mutlak, gugurkan anak ini!" tekan pria itu melepaskan tangan.
Selena terhenyak kaget saat pria itu melepaskan sabuk pengaman dirinya dan mendorongnya keluar. dia tetap bertahan dengan mencengkram kursi, kekuatan pria itu mengalahkan tubuh mungilnya. mengumpulkan segala tenaga dalam tubuh, Selena berganti mendorong pria itu agar duduk di tempatnya semula. usaha Selena tidak sia-sia, akhirnya Ethan membiarkannya duduk di samping kursi kemudi.
Mereka keluar dari kawasan mansion, Gio langsung menghampiri si kembar yang tengah bermain kartu domino, memberi tahukan bahwa sang bos dan calon nyonya mereka pergi berdua dengan api kemarahan yang belum padam. buru-buru mereka menyiapkan mobil dan mengikuti Ethan yang masih di sekitar sana.
Ethan fokus ke jalanan, sedangkan Selena mulai duduk tenang memandang fokus ke depan. lama sekali tidak berkendara berdua saja, momen-momen menyesakkan hati kala itu ternyata menciptakan ruang kerinduan tersendiri dalam hati Selena.
Sampai pada akhirnya, sebuah mobil berlawanan arah menghadang jalan Ethan. seseorang keluar dari dalam mobil dan berjalan penuh perhitungan menghampiri mereka.
"Tuan Darren?" Selena tersentak saat pintu mobilnya dibuka tiba-tiba dan pria itu menariknya keluar.
"Kalau dia tidak mau bertanggung jawab, aku yang akan menggantikannya. ayo masuk mobil, kita pergi dari sini" ujar Darren membuat Selena membelalakkan mata.
"DARREN HARVEY!" teriak Ethan menghentikan aksi sang kakak. dia juga keluar dari mobil dan menarik tubuh Selena agar tidak ikut bersama Darren.
Darren menyentak kasar. "Sekarang dia jadi urusanku, kau sungguh tidak becus menjaganya"
"Jangan harap, lebih baik buang mimpi-mimpi mu itu!"
"Selena, kembali masuk ke dalam mobilku!" titah pria itu.
"Tuan Darren, aku tidak bis-"
Darren dengan cepat memotong ucapan Selena.
"Aku tidak meminta persetujuanmu, pikirkan kandunganmu yang sama sekali tidak di inginkan oleh adikku. aku bisa menghidupimu secara layak, dan tentunya dengan ketulusan cinta yang sungguh-sungguh"
"Tuan, apa maksudmu?" tanya Selena mengernyitkan dahi, bingung dengan ungkap cinta yang tiba-tiba dari pria itu.
Belum sempat mendengar jawaban, Darren menarik Selena menjauh dari Ethan. buru-buru membuka pintu mobil, mendorong kecil tubuh Selena agar masuk ke dalam. Darren yang hendak masuk ke dalam di hentikan oleh Ethan dan mereka sempat beradu jotos.
Akibat fisiknya yang masih lemah, bos mafia itu tidak bisa mengalahkan fisik sang kakak. Darren lebih unggul karena api kemarahan meluap dalam dirinya, mungkin sudah hilang kesabaran atas sikap adiknya yang selalu semena-mena terhadap Selena.
"Selama ini aku selalu memperingatimu untuk tidak mendekati wanitaku-"
"Ya, dan sekarang aku tidak akan tinggal diam!" sahut Darren mencekik leher Ethan.
"Berusaha sebisa mungkin dan taklukkan hati wanita itu, karena dia tidak akan berpaling dariku. you are below me" ejeknya tersenyum angkuh.
"Sekalipun kau adikku, aku tidak akan mengalah soal wanita. nikmatmu bersamanya hanya sementara, aku merebutnya darimu demi kebaikan janin dan juga kehidupannya!"
"Buang alasan trauma bodohmu itu, kalau tidak mau punya anak jangan pernah bermain dengan nafsu! kau bajingan sekali menjadi mafia" melepaskan secara kasar, Ethan ambruk di atas aspal, sudut bibirnya robek akibat pukulan. di dalam mobil, Selena terperanjat menekan tombol enter tetapi tetap tak bisa terbuka mendadak Darren mengunci pintu mobil secara otomatis.
"Tunggu saja peresmian pernikahanku dengan Selena, sampai kau menangis darah di hadapan katedral pun, aku tidak akan melepaskan wanita yang sudah menjadi milikku!"
Mendengar kata "pernikahan" membuat Ethan murka. pria itu meludah lalu bangkit, tatapan tajam penuh kemarahan menguasai dirinya. mobil Darren berputar 180 derajat di tengah jalan mengambil arah jalan kembali ke kota. lecutan peluru yang Ethan tembakkan gagal mengenai ban mobil, secepat kilat pria itu berlari masuk ke dalam mobilnya dan mengejar sang kakak.
Aksi pengejaran terlihat dari kaca dashboard, Selena carut marut sembari menjernihkan pikiran. dia melirik ke samping, dan terlihat luka memar di rahang Darren, lalu beralih menatap tangan pria itu yang lihai memutar-mutar stir kemudi.
"Tuan Darren, kita mau kemana?" tanya Selena hati-hati. "Tolong tepikan mobilnya, aku tidak bisa ikut bersamamu. urusanku bersama tuan Ethan masih belum selesai"
"Diam di tempatmu, Selena" balas Darren dengan suara yang dingin, tatapannya lurus ke depan jalanan yang berliku.
ternyata mereka punya masa lalu gelap 😨
lebih Rumit berurusan dg Mafia Selene ...bisa merasakan skenario Mafia seperti itu😤😔😑