Aura tiba-tiba harus menikah dengan laki-laki yang selama ini dia cintai dalam diam. Namun sayangnya pernikahan itu hanya dianggap sebagai ajang pembalasan dendam oleh Arga lelaki yang terpaksa menjadikan Aura sebagai pengantin pengganti, karena kepergian Sheila calon istrinya sekaligus sahabat Aura yang memilih pergi bersama cinta pertamanya dan meninggalkan Arga tepat dihari pernikahannya, sehingga Arga terpaksa memilih Aura untuk menggantikannya.
Penasaran dengan ceritanya langsung aja kita baca ...
Yuk ramaikan....
Update setiap hari...
Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gift ,vote and komen ya...
Buat yang sudah baca , lanjut terus. Jangan nunggu tamat dulu baru lanjut, dan buat yang belum ayo buruan merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....
Selamat membaca ....
Semoga kalian suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Irma pun mengeluarkan handphone nya dan dia membuka galeri dan mencari satu foto terbaru lalu menunjuk kan nya pada Aura.
"Aku pun cepat mengambil foto mereka secara diam-diam . Ini!"
Aura memperhatikan foto yang di tunjuk kan oleh Irma dengan serius. Tangan nya reflek menutup mulut yang sudah tertutup masker dengan pandangan yang membulat sempurna.
Irma tidak berniat bertanya tentang identitas lelaki yang terlihat bersama Sheila karena tujuan nya hanya sekadar untuk memberi kan informasi yang mungkin saja penting dan berharga untuk Aura.
"Aku sengaja tidak mengirim kan foto-foto ini ke HP mu untuk menjaga kenyamanan mu."
"Sekarang aku akan menghapus semua nya karena kamu sudah melihat dan mengetahui nya."
Irma pun merasa tidak punya hak untuk menyimpan nya setelah memperlihatkan nya pada Aura. Dia juga tidak berniat untuk mengulik cerita apa pun dari sahabat nya. Karena semua itu sama sekali tidak berhubungan dengan diri nya.
Justru sebalik nya, dia mencemaskan Aura yang sikap nya tampak berbeda dan menjadi lebih tertutup sejak menjadi isi dari Pak Arga. Dalam hati, dia hanya bisa mendukung dengan do'a agar Aura baik-baik saja dan senantiasa merasa kan kebahagiaan dalam pernikahan nya.
"Terima kasih, Irma."
Hanya itu yang bisa di kata kan oleh Aura.
Setidak nya, sekarang dia sudah meyakini alasan kepergian Sheila di hari pernikahan nya yang membahagiakan itu, karena di nikahi oleh lelaki yang sangat mencintai nya. Tidak seperti diri nya yang hanya di jadi kan pelarian tanpa perasaan, kecuali amarah dan dendam yang terus tersenyam di hati Arga.
Beberapa hari berikut nya, kabar kepindahan Aura dari pekerjaan nya untuk menggantikan tugas sekretaris lama yang mengundurkan diri , menyebar dengan cepat dan sempat menjadi buah bibir di antara rekan kerja nya.
Banyak yang memaklumi nya karena Arga mempunyai wewenang mutlak untuk mengatur karyawan di perusahaan nya, baik di perusahaan utama mau pun seluruh cabang yang lain nya. Namun tidak sedikit pula yang mencibir dan berpikir buruk tentang Aura.
Radit pun dengan sigap langsung membungkam mulut-mulut para pencibir yang merasa iri dengan keberuntungan Aura menjadi istri Arga. Andai mereka tahu ujian apa yang sedang di jalani Aura itu setelah di paksa untuk menikah dengan lelaki yang di kagumi banyak perempuan di luar sana.
Selama beberapa hari ke depan Aura masih melakukan penyesuaian diri dengan tugas baru nya sebagai sekretaris. Intan yang belum merasa kan tanda-tanda persalinan, berinisiatif untuk tetap masuk dan membantu menguasai ranah pekerjaan yang jauh dari bayangan nya.
"Terima kasih banyak, Bu Intan! berkat Anda saya bisa belajar lebih cepat. Semoga saya tidak mengecewakan Pak Arga dan perusahaan ini karena jujur pekerjaan bu Intan selama ini luar biasa berat dan sangat penting."
"Sama-sama, Aura. Sama seperti Pak Arga, saya percaya kamu pasti bisa memegang tanggung jawab ini dan melaksanakan nya dengan baik."
"Sejak dulu saya sering memperhatikan dan menilai pekerjaan mu . Jujur, kamu adalah salah satu karyawan yang saya anggap berprestasi dan memiliki potensi untuk berkembang , kamu layak untuk mendapat kan kesempatan dengan promosi jabatan seperti saat ini."
"Di luar hubungan pribadi kalian, saya rasa Pak Arga sudah memilih karyawan yang paling tepat untuk menggantikan posisi saya!"
Intan bukan orang baru bagi keluarga Arga. Awal nya Intan itu sudah menjadi karyawan di perusahaan milik ayah nya. Ketika Arga memutuskan untuk merintis usaha nya sendiri, wanita itu di tunjuk langsung oleh Dimas untuk menjadi sekretaris dan di pindah tugas kan di bawah kepemimpinan putra pertama nya tersebut.
"Sekali lagi terima kasih atas kepercayaan Anda bu Intan . Saya menjadi lebih bersemangat dan lebih percaya diri untuk mengemban tanggung jawab baru ini."
Percakapan mereka pun terjeda saat Arga tiba-tiba menghubungi Aura dan meminta nya untuk datang ke ruangan nya. Intan pun mempersilahkan karena waktu istirahat sudah hampir tiba.
Aura pun lekas keluar dari ruang kerja nya yang kini berada satu lantai dengan ruangan suami nya. Dalam beberapa langkah saja, dia sudah sampai di depan pintu dan mengetuk nya sebelum di persilakan masuk.
Yang di lihat pertama kali di ruangan luas itu adalah Arga yang masih fokus dengan pekerjaan nya . Aura pun tidak ingin mengganggu nya dan memilih untuk menyiapkan makanan yang sudah di sedia kan di meja , setelah waktu istirahat tiba dia memberanikan diri untuk mengingat kan suami nya.
"Berhenti dulu Mas , makan siang nya sudah siap."
"Aku tidak lapar." Jawaban itu di lontarkan Arga tanpa mengalihkan pandangan nya dan tetap konsentrasi nya pada pekerjaan yang ada di depan mata.
"Menjaga kesehatan jauh lebih penting dari sekadar mengisi perut, Mas. Makan lah meski sedikit tapi selalu tepat waktu."
Aura pun masih berusaha agar Arga tidak mengabaikan kondisi badan yang butuh untuk di istirahat kan meski pun dia tidak merasa lelah.
"Mau aku suapin?"
Jantung Aura pun berdegup kencang saat mengatakan nya . Apa lagi ketika Arga tiba-tiba menghentikan aktivitas nya lalu menatap nya dengan tajam tanpa mengatakan apa-apa. Dia yang masih duduk akhir nya menunduk karena salah tingkah sendiri.
Karena tidak ada jawaban apa pun yang yang di arti kan sebagai penolakan, akhir nya Aura menutup kembali hidangan yang semula sudah siap di santap . Karena tidak ingin lancang makan sendiri, Aura pun meminta izin untuk menunaikan salat di ruang pribadi Arga .
Beberapa menit kemudian , saat kembali dengan wajah lebih segar dan cerah tanpa menggunakan masker, Aura melegakan tenggorokan nya dengan segelas air putih. Baru saja dia terduduk suara Arga membuat nya terkejut dan terkesiap.
Arga yang masih tampak sibuk itu mengatakan sepatah kata yang menerbitkan senyuman di bibir Aura .
"Suapi aku!"
Suasana pun hening , tidak ada suara dari dua orang yang berasal di dalam ruangan itu. Hanya denting suara peralatan makan yang di pegang Aura beradu dengan bunyi ketikan dari komputer kerja yang menjadi pusat perhatian Arga saat ini.
Diam-diam, Aura pun memperhatikan Arga dengan leluasa , menikmati lebih lama paras rupawan suami nya yang tetap di cintai nya, meski perlakuan nya sehari-hari nya sama saja. Tetap semena-mena dan tidak kenal ampun jika sudah meninggikan ego dan kemauan pribadi nya.
Aua pun menahan senyuman nya saat mengingat momen pertemuan pertama mereka sebagai calon karyawan dan pemilik perusahaan di mana dia mengajukan lamaran pekerjaan.
Sambil terus menyuapi suami nya, Aura pun ikut memperhatikan apa yang sedang di kerja kan Arga. Tampak di layar itu, beberapa dokumen yang sudah di buka dan di periksa satu persatu dengan hati-hati untuk mengetahui kesalahan atau kekurangan yang perlu di perbaiki.
"Sudah!"
Isyarat tangan Arga yang terangkat bersamaan dengan ucapan kata yang mengusik ke indra pendengaran . Aura pun membuyarkan lamunan nya hingga diri nya terkesiap dan mengerjap . Lalu dia mengangguk dan tidak memaksa suami nya, meski makanan nya belum habis.
**************