Permata Hatiku

Elang pun pulang ke rumahnya dalam kondisi basah kuyup. Beruntung sebelum keluar dari sekolah, ada seorang guru di SLB Pelita Hebat bernama Bu Mila yang menolongnya.

"Kamu Elang kan, murid baru yang tadi diantar daftar sekolah sama ibumu yang pakai seragam kerja?" tanya Bu Mila saat ia hendak pulang dan melihat Elang berjalan perlahan hendak keluar dari gerbang sekolah.

"Iya, Bu. Betul nama saya Elang. Bundaku yang cantik namanya Nanda Maheswari yang tadi ke sini pakai seragam kerja. Soalnya Bunda habis daftarin aku, terus berangkat kerja."

"Loh, kamu jadi ditinggalin Bundamu di sini? Enggak diantarkan pulang ke rumah?"

"Bukan, Bu. Saya yang masih pengin di sini. Mau keliling sekolah biar hafal tata letak dan ruangannya. Jadinya Bunda aku suruh segera berangkat kerja saja. Saya bisa pulang sendiri. Rumah kami di kampung yang ada di belakang komplek sini kok, Bu. Jadi dekat dari sekolah," jawab Elang.

"Oh begitu. Ya sudah, Ibu antar kamu pulang ke rumah. Kebetulan Ibu juga enggak tergesa-gesa pulang kok," ajak Bu Mila.

"Enggak perlu repot-repot, Bu. Saya bisa pulang sendiri," ucap Elang yang menolak ajakan Bu Mila secara halus.

"Ayo, Nak. Enggak apa-apa. Bu Mila enggak repot kok. Ibu takut kamu pulang sendirian. Sebentar lagi gerbang sekolah juga ditutup. Lagi pula Ibu khawatir nanti di jalan ada yang jahat sama kamu. Biar kamu cepat pulang. Nanti di rumah segera ganti baju ya. Sebentar lagi masuk sekolah jangan sampai kamu sakit. Ayo..." seru Bu Mila sedikit memaksa. Ia tak tega melihat Elang yang memiliki keterbatasan fisik harus pulang dalam kondisi basah kuyup.

Akhirnya Elang bersedia pulang diantar Bu Mila naik motor. Sesampainya di rumah kontrakannya, tak lupa Elang mengucapkan terima kasih banyak pada gurunya tersebut.

☘️☘️

Ayu pun pamit pulang ke Malang pada sore hari. Langit kebetulan tiba di rumahnya lebih awal sepulang bekerja di salah satu rumah sakit usai mengautopsi mayat. Ia mengantar ibunya ke stasiun Bandung untuk naik kereta sore jurusan ke Malang.

Setelah mengantar sang ibu, Langit segera kembali ke rumah. Usai makan malam, Langit pun ke kamar putrinya sejenak untuk membacakan dongeng sebelum tidur. Ia selalu berusaha menyempatkan diri menemani putrinya itu.

Ia merasa banyak bersalah pada Ara. Karena sewaktu Ara masih kecil, dirinya terlalu sibuk hingga sering melupakan keberadaan putrinya. Dan ia mulai lebih perhatian pada Ara setelah mengetahui bahwa putrinya tersebut divonis autisme. Walaupun kategori autisme yang diidap Ara masih tergolong ringan.

Para ahli yang sudah ia dan Kayla datangi menyarankan agar selaku orang tua, lebih memperhatikan kebutuhan dan kasih sayang pada Ara. Supaya anak merasa bahwa diri mereka dibutuhkan kehadirannya dalam keluarga. Jika kehadiran seorang anak tak dianggap ada dalam suatu keluarga maka yang menjadi korban adalah anak itu sendiri. Anak cenderung akan menciptakan dunianya sendiri serta melampiaskan pada hal-hal lain yang bersifat kurang baik.

Faktanya memang benar, ia mengakui jika dirinya dan Kayla terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga melupakan keberadaan Ara di tengah-tengah mereka. Untuk menebus rasa bersalahnya terdahulu, Langit saat ini berusaha mengurangi kesibukannya.

☘️☘️

Setelah dibacakan dongeng, biasanya Ara langsung tertidur pulas. Namun malam ini tumben putrinya belum juga memejamkan matanya.

"Ara kok tumben belum tidur. Ada apa sayang?"

Hening tercipta antara ayah dan anak tersebut yang berada di atas ranjang. Tiba-tiba Ara bersuara.

"Pa,"

"Ya, sayang. Ada apa hem?"

"Ala menyucahkan Papa cama Mama ya?"

"Enggak sayang. Siapa yang bilang begitu, hem?"

"Napa Mama endak pelnah bacakan dongeng sepelti Papa buat Ala?"

"Mama mungkin lagi capek hari ini jadi ngantuk. Makanya Papa yang bacakan dongeng buat Ara. Enggak apa-apa ya sayang," jawab Langit berusaha menenangkan kegelisahan putrinya tersebut tentang ibu kandungnya yakni Kayla yang kurang perhatian layaknya ibu-ibu yang lain di luar sana pada anaknya.

"Apa gala-gala Ala tadi di cekolah nakal?"

"Ara di sekolah tadi memangnya kenapa Nak?" tanya Langit dengan penuh kelembutan.

"Tadi Ala ketemu teman cowok. Lucu deh Pa. Hehe..." ucap Ara mendadak ceria.

"Lucu kenapa?" tanya Langit penasaran sambil ikut tersenyum.

"Aku cebulin dia ke kolam ikan. Eh dia enggak malah tapi na cuma diem kayak patung. Haha..." Ara tiba-tiba tertawa riang menceritakan tentang kejadian Elang di sekolah tadi bersamanya. Padahal sebelumnya Ara tengah sendu jika membahas tentang ibunya, Kayla, bersama ayahnya.

Obrolan ayah dan anak tersebut akhirnya berakhir indah. Ara tertidur pulas. Bocah cantik itu menerima nasehat dari sang ayah agar tidak boleh jahil pada teman di sekolahnya. Langit juga memberi bentuk wejangan pada Ara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh putrinya yang spesial itu.

Setelah Ara tertidur, Langit pun kembali ke dalam kamarnya.

Ceklek...

Derit pintu kamarnya dibuka perlahan. Lampu utama sudah padam. Hanya tinggal redup temaram dari lampu tidur. Tiba-tiba...

Grepp...

Sebuah lengan ramping mendekap secara mendadak pada tubuh Langit dari arah belakang.

"Kay,"

"Mas, aku pengin..." bisik Kayla mesra dan setengah mende*sah. Hidung mancungnya sudah mengendus-endus pada punggung Langit yang masih mengenakan kaos tipis. Tangan Kayla sudah merajalela hendak membuka celana pendek yang dikenakan oleh suaminya. Seketika...

Bersambung...

🍁🍁🍁