Vadio dan Luna menikah paksa karena kekhawatiran orang tuanya masing-masing akan masa depan anaknya.
Setelah sah menikah, Luna menerima Dio sebagai suaminya dan melayani semua kebutuhan Dio, walaupun Dio selalu menolak kebaikan yang Luna berikan. Sikap arogan Dio sudah menjadi makanan sehari hari untuk Luna.
Berapa lama Luna bisa bertahan?
Apakah Vadio akan berubah dan mencintai Luna?
*Btw ini novel kedua aku ya guys!
yuk, lebih dekat dengan author, follow :
instagram : fareed_feeza
Tiktok : lilin28
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vitaminku
Dio meraup wajahnya kesal, rencana nya untuk makan bersama dengan Luna gagal total, akibat kekacauan yang di buat oleh Kinan.
*Dio mengetuk pintu kamar Luna.
"Luna, buka pintunya." Ucapnya sambil tangannya terus mengetuk benda kayu itu.
Didalam sana ... Luna pura-pura tidak mendengar, setelah menangis, perasaannya sedikit lega karena emosinya sudah terluapkan.
"Lunaaaa!" Teriak Dio.
"Aku kasih waktu 1 menit, jika pintu ini belum juga terbuka, jangan salahkan jika aku merusaknya." Dio kembali berteriak dengan sedikit ancaman.
Seketika hening,
Dia pergi? Batin Luna.
Padahal Dio sedang memandangi arlojinya, pria itu tidak main-main dengan perkataanya, Dio benar-benar menunggu waktu selama satu menit.
"50,51,52,53,54 ..." Dio terus teriak mendikte waktu yang dia lihat di arlojinya.
Sampai pada akhirnya Luna meruntuhkan pertahanannya, daripada pintu kamarnya rusak, dan dia tidak memiliki privasi lagi, akhirnya wanita itu mengalah, Luna berjalan sambil menghentakkan kakinya dengan wajah kesal.
*Pintu di buka dengan kasar oleh Luna.
"Ada apa?!"
"Kenapa harus ada ancaman dulu sih?" Tanya dia dengan wajah kesalnya.
"Aku tanya, ada apa Dio dareen?!!" Sentak Luna.
Dio menatap Luna tajam, pria itu tidak suka saat Luna menggunakan nada tinggi saat berbicara dengannya.
"Jaga nada bicaramu."
"Mulutku ya terserah diriku." Ucap Luna sambil memalingkan wajahnya dengan dua tangan yang di lipat di atas perutnya.
"Luna, jangan memancing emosiku." Ujar Dio yang sedang mati matikan menahan emosinya.
"keluarkan emosimu, aku sudah terbiasa dengan itu." Sahut Luna santai.
Perlahan Dio menghembuskan nafasnya, "Tadi Kinan—... "
Belum selesai Dio berbicara, dengan cepat Luna menyela pembicaraan itu, "Stop, aku tidak mau membahas wanita itu, dan sungguh aku tidak peduli."
"Kamu harus mendengar penjelasanku."
"Aku tidak mau!" Ucap Luna yang hendak menutup pintu kamarnya, tapi sayang ... Dio sudah bergerak cepat dan mengganjal pintu dengan sebelah kakinya. "DENGAR DULU!" Sentaknya.
"Tadi Kinan jebak aku, aku sama sekali ga ngelakuin seperti apa yang kamu bayangkan lun."
"Lalu?"
"Lalu aku sudah menyeret nya pulang, dengan menghubungi satpam." Jawab Dio.
"Maksudku, lalu siapa yang peduli?"
Dio mengepalkan tangannya kuat, "Terserah mau percaya atau tidak!" Ucap Dio yang berusaha menahan emosinya dan memilih untuk pergi dari hadapan Luna.
*Brukkk
Luna membanting pintu kamarnya.
Apa apaan pria itu, dia yang memulai perkara ... Dia juga yang marah. Batin Luna.
Pagi hari.
Dio sedang sarapan dengan roti lapis yang di siapkan oleh dirinya sendiri, karena sangat tidak mungkin dia mengandalkan Luna pagi ini, Dio merasa kejujuran dan penjelasannya semalam tidak di hargai oleh Luna, pria itu memutuskan untuk diam pada Luna untuk sementara waktu.
Pintu terbuka terdengar dari arah kamar Luna, rupanya Luna hendak berangkat bekerja lebih awal dari pada biasanya, saat Luna berjalan ke arah dapur, dia melihat Dio yang sedang menikmati sarapannya dan pandangan pria itu tepat lurus ke arahnya.
Dengan cepat Luna berbalik arah, niatnya untuk sarapan pagi itu akhirnya di urungkan. Dia bergegas untuk meninggalkan apartemen itu secepatnya, rasanya sebal sekali berada di atas atap yang sama dengan Dio pagi ini.
*Di butik
Aldo,Karin, dan juga Vian sudah berada di butik untuk persiapan fashion show nanti, Karin sebenarnya tidak masuk pada team sukses Luna, dia hanya menyemangati saja ... Sahabat Luna itu juga belum memastikan akan ikut atau tidak, jika waktunya luang, Karin pasti akan hadir.
"Aku berharap banget ada kamu disana Rin." Ucap Luna dengan sendu.
"Iya nih Karin, so sibuk banget." Sahut Aldo.
"Ya maaf, tau sendiri papaku overprotektif banget. Maklum aja aku kan si anak bungsu." Jawab Karin sambil terkekeh.
"Bagus dong, itu artinya Karin adalah wanita baik-baik." Ucap Vian yang masuk ke dalam obrolan ketiganya.
Karin tersipu malu mendengar sedikit pujian dari Vian, "Kak Vian bisa aja, Karin malu nih."
"Emang bener Rin, jaman sekarang tuh cewe pada seenaknya keluar malem, clubbing minum-minuman."
"Ekhem ... Bapak Vian yang terhormat, diriku pun wanita loh." Ucap Luna dengan mata yang melirik tajam pada iparnya itu.
"Luna kan sudah menikah." Vian mencari alasan agar Luna tidak tersinggung, padahal tujuannya hanya untuk membuat Karina senang.
Aldo sudah mencoba beberapa model baju yang akan di gunakan di catwalk nanti, tentunya dengan bantuan Luna, mereka berdua sudah seperti pasangan yang sebenarnya, apalagi ketika Luna memasangkan beberapa lilitan kain di blazer yang di gunakan Aldo, tanpa Luna sadari pandangan mata Aldo sama sekali tidak pernah lepas dari wajahnya.
Bisa gak sih lun, aku miliki kamu seutuhnya? Batin Aldo.
"Do, kok bengong sih. kamu ada masalah?" Ucap Luna saat pandangannya menangkap wajah Aldo, terlihat sahabatnya itu melamun seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Sso-sory Lun, ucap Aldo sedikit panik... " Khawatir Luna memergoki saat dia memandangi wajah dirinya.
"Aldo, kalau gak enak badan sebaiknya istirahat dulu aja, biar nanti pas hari H kamu fit." Ujar Luna.
"Tenang aja, aku cuma butuh vitamin."
"Vitamin apa, apa kamu membawanya kesini?"
Kamu vitaminku. Batin Aldo.
"Lupakan, itu bisa di minum nanti Lun." Jawab Aldo.
***
Sore hari.
Dio pulang bersama Ervina, wanita itu sangat memaksa ingin berbicara hal penting dengannya, Dio menolak untuk bertemu di cafe atau d kantor, alhasil Ervina memilih apartemen dan Dio menyetujui itu.
"Dio, apa benar kemarin kamu mengusir Kinan dari sini? Dimana sopan santun kamu? Kasian Kinan ... Sudah menunggu kamu sedari lama, bahkan saat kamu masih bersama Mauryn, dia sudah menyukai kamu! Dan lihat sekarang ... Saat Mauryn tidak ada, dan posisi kamu tidak menerima pernikahan dengan Luna, kamu tetap tidak menganggap cintanya. Kamu maunya seperti apa Dio ?! Kinan sudah lebih dari kata sempurna untuk kamu dan keluarga kita." Bentak Ervina.
"Kenapa mama gak jodohin papa aja sama Kinan?" Ucap Dio santai sambil melonggarkan dasinya.
"Jaga mulut kamu ya Dio!"
"Loh kok? Kan kata mama dia lebih dari Kata sempurna untuk keluarga kita, jadi setidaknya aku punya mama tiri sempurna, yang tidak mengatur kehidupan pribadiku, dan papa jug pasti senang jika di perbolehkan menikah dengan wanita semuda Kinan."
*Plakkk
Ervin sangat kesal dengan apa yang sudah di ucapkan oleh Dio, sehingga dia menampar sebelah pipi anaknya sampai warna kulitnya sedikit memerah.
"Ck, nampar anak cuman karena orang lain?" Ucap Dio sambil mengusap pelan pipinya yang terasa hangat.
Tanpa mereka sadari Luna sudah berada di balik pintu, wanita itu tidak bisa melanjutkan masuk ke dalam ruang utama, karena mendengar Dio dan mama nya sedang bertengkar, Luna memilih sampai keadaan mendingin, baru lah dia akan lewat secara perlahan untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Iya, lalu kenapa? Masalah buat kamu? Gara-gara menikah dengan tukang jahit itu kamu jadi bicara seenaknya seperti tadi!" Ervina kembali berbicara setengah berteriak.
lanjutttttt 😂😂💪💪💪