Duda Ganteng Ku

Lilis berjalan menuju dapur, tidak ada para ART di sana, keadaan dapur sudah sepi karena saat ini adalah jam mereka untuk beristirahat, tetapi hidangan sudah tersaji di rak dapur dengan beberapa aneka ragam masakan tersaji rapih.

Ia mulai menyendokkan nasi beserta lauk pauk ke dalam piring, Lilis membawa makanan itu ke meja makan, dan memberikan nya kepada Sanjaya yang sudah duduk manis di sana.

"Terimakasih Ma." ujar Sanjaya, Lilis mengangguk.

"Ini kue buatan siapa ya?" ujar Lilis sembari menenteng toples berisi kue ke depan Sanjaya.

Tepat sekali di saat seperti ini, datang lah bi Asih keluar dari kamar nya, ingin menuju taman belakang untuk membersihkan kolam renang bersama mang Tejo.

"Maaf Nyonya, kue itu milik Aurel ... Tadi saya dan Aurel yang membuat nya." jelas bi Asih sambil tertunduk.

"Waw ... taruh di rak saja bi Asih ... Jangan disini, takut Opa nya minta nanti yang ada ngamuk si kecil itu hehehe ..." canda Lilis sambil memberikan toples itu, bi Asih hanya menerima nya lalu melenggang pergi dari kedua majikan nya.

Sanjaya tidak mengubris omongan Lilis, ia hanya fokus menyantap makanan nya saja sampai tandas tak tersisa.

Sedangkan Lilis sudah dulu pergi ke kamar nya untuk mandi dan beristirahat.

***

Saat ini Delisa sedang berkemas memasukkan barang-barang nya ke dalam tas besar milik nya, tadi juga ia sudah mengabari mang Endang agar menjemput nya di stasiun karena besok akan pergi menggunakan kereta api.

Tadi Delisa sudah sempat di berikan uang pesangon oleh perusahaan MS group melalui transfer bank oleh bendahara perusahaan dan juga di beri beberapa lembar uang merah oleh Roy untuk bekal Delisa pulang besok. Delisa bersyukur sekali karena uang nya ia gunakan juga untuk membayar kontrakan nya, padahal belum 1 bulan lamanya tinggal di sana tetapi Delisa tetap membayar nya senilai 30% dari pembayaran asli nya.

"Nanti Aurel bagaimana?" gumam Delisa serasa merasakan sakit kembali di bagian rahang nya.

"Ah sudahlah dia bukan siapa-siapa, tapi kok aku sayang banget ya sama bocah itu, ngegemesin." Delisa mulai mengambil obat cream pereda bengkak lalu ia mengoleskan nya di bagian yang nyeri.

"Dulu di kasarin sama anak nya sekarang ibu nya." ujar Delisa sendiri yang masih fokus dalam kegiatan nya.

"Oma Lilis kenapa ya? Ko jadi ngereog gitu sih." sambung Delisa menggeruru.

***

Bi Romlah mendengar berita itu dari suami nya membuat hati nya bergetar hebat, diri nya tidak sabar untuk menunggu Delisa pulang.

Sedih, kecewa, marah, senang serta bahagia di dalam rumah mewah itu sudah mereka rasakan, mereka sudah tahu bahwa berita majikan nya masuk ke dalam penjara. Rasa sedih itu ada karena Rosa juga sangat detail dalam menggaji para ART pas di tanggal nya, tidak mengurang-ngurangi gaji para ART nya, walaupun demikian bahagia juga tengah mereka rasakan karena majikan mereka sudah sangat keterlaluan dalam memperlakukan para ART disana.

"Pak, ibu sudah ngga sabar menunggu nona Delisa pulang dan kumpul bersama kita lagi, tapi sayang nya nyonya dan tuan sudah tidak ada lagi disini." ucap bu Romlah seraya menangis.

"Iya bu, bapak juga sudah menanti ini dari dulu." ujar mang Endang yang ikut terisak. Delisa sudah meninggalkan mereka selama satu bulan, dan akan kembali pulang walaupun mereka hanya sebagai pembantu dan satpam tetapi sudah menganggap Delisa sebagai anak nya sendiri karena sejak kecil Delisa sudah di asuh oleh bi Romlah, begitu pun dengan Delisa yang sudah menganggap bu Romlah dan mang Endang sebagai orang tua kedua nya.

Mang Endang dan bi Romlah sudah lama menikah, tetapi mereka tidak di karuniai anak karena karena kecelakaan yang menimpa bi Romlah membuat dirinya kehilangan rahim nya, tetapi mang Endang tetap menerima semua kekurangan bi Romlah karena bi Romlah sudah menemani diri nya sejak masih bekerja sebagai serabutan hingga sekarang.

"Ibu mau masak banyak buat besok pak, mau ngabarin berita ini sama bi Aam juga ... "

"Hati-hati bu ..." teriak mang Endang karena melihat istri nya berlari kencang masuk ke dalam rumah nya.