NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gugup

Mata Ayu berbinar-binar saat melihat deretan kue yang dipajang di etalase. Rasanya ia ingin membeli semua jenis kue itu, tapi Ayu masih ragu. Ia pun merasa malu bila ia mengambil semua jenis kue itu. Jadi Ayu hanya memilih kue dengan varian cream cheese.

"Cuma itu?" tanya Madava yang diiyakan Ayu.

Dengan kedua tangan terselip di saku celana, ia menghampiri etalase yang diperhatikan Ayu tadi. Lalu ia meminta karyawan toko mengambil masing-masing satu varian dan mengemasnya. Jelas saja Ayu terkejut bukan main. Itu terlalu banyak pikirnya. Meskipun awalnya ia memang menginginkan semuanya, tapi saat benar-benar dapat beli, ia justru kebingungan bagaimana cara menghabiskannya. Atau semua kue itu dibeli Madava untuk seseorang? Batinnya bertanya-tanya.

"Mas, seriusan kamu beli semua itu? Untuk siapa?"

"Untuk kita lah. Untuk stok. Memangnya untuk siapa lagi."

"Tapi apa nggak kebanyakan?"

"Banyak sih, tapi 'kan bisa simpan di kulkas."

"Iya sih." Ayu pasrah. Setelahnya, mereka pun segera pulang pulang ke rumah.

Tiba di depan rumah, wajah Madava seketika masam. Itu dikarenakan ia melihat sosok Asrul yang sedang duduk di teras rumahnya. Pagar rumah memang lupa ia kunci karena terlalu terburu-buru. Jadi Asrul bisa membawa masuk mobilnya dengan leluasa.

Brakkk ...

Madava turun lebih dulu dengan gerakan cepat. Ia membanting pintu kasar membuat Ayu terkejut bukan main.

"Apa?" Tanya Madava polos saat melihat wajah masam sang istri ketika ia membukakan pintu mobil.

"Jantungku nyaris copot tau nggak sih. Nggak bisa apa nutup pintu pelan-pelan aja."

"Nggak bisa. Aku cuma bisa pelan-pelan saat memasuki kamu aja." Madava berkata sambil tersenyum jahil membuat Ayu mendelik tajam.

"Dasar mesum!"

"Sama istri sendiri juga toh nggak masalah."

"Cie, istri. Jadi Ayu udah jadi istri beneran nih?" ucap Ayu dengan gerakan bibir mengejek.

"Memang udah 'kan? Oh, iya 'kan baru satu kali jadi belum benar-benar bisa menikmati."

"Is, apaan sih?"

"Bilang aja kalau pingin lagi."

"Siapa? Mana ada. Udah ah, minggir. Aku mau turun nih. Nggak enak diliatin Mas Asrul tuh."

"Ngapain nggak enak. Kita suami istri, di rumah sendiri pula. Mau ngapain bebas. Seharusnya dia yang nggak enak. Bukan kita. Ya udah, sini turun. Aku bantu."

"Aku bisa sendiri."

"Sama suami harus nurut."

"Iya, iya." Ayu pun menurut saat Madava mengulurkan tangannya untuk membantunya turun. Saat Ayu sudah akan benar-benar turun, Madava dengan cepat menarik tangan Ayu sehingga tubuhnya menubruk ke dada Madava. Namun lebih dari itu, bibir mereka pun saling bertemu membuat Ayu membulatkan matanya.

"Nggak sabaran banget. Nunggu di dalam kenapa," goda Madava.

Ayu menepuk dada Madava. Dengan wajah merah padam, ia pun segera mengambil kantong-kantong berisi kue dan berlari menuju pintu rumah mengabaikan Asrul yang sedari tadi berdiri memperhatikannya. Ia mendengkus saat ingat kalau ia tidak membawa kunci cadangan. Belum lagi, kedua tangannya sedang memegang kantong-kantong berisi kue.

"Mas, buka pintunya!" pekik Ayu.

"Baik, Sayang." Jawab Madava sambil tersenyum penuh arti melewati Asrul yang wajahnya sudah begitu masam.

Setelah pintu terbuka, Ayu pun segera masuk ke dalam.

"Ngapain kamu di sini?"

"Yaelah, Dav, sama temen sendiri kok ketus amat. Aku tuh khawatir tau. Tumben soalnya kamu nggak kerja. Kamu 'kan workaholic banget. Menjelang pesta pernikahan loe aja, loe masih sibuk kerja. Waktunya bulan madu pun kamu masih kerja. Makanya aku tuh khawatir," ucap Asrul cengengesan yang dibalas senyum mengejek dari Madava.

"Udah deh, nggak usah ngeles. Kamu tuh pasti modus, iya 'kan. Lebih baik berhenti deh, Rul. Ingat, Ayu itu udah jadi istri gue. Apa loe mau jadi pebinor?"

Wajah sumringah Asrul seketika berubah kecut.

"Nggak percaya banget sama temen."

"Emang nggak percaya."

"Yaelah, cuma gara-gara perempuan kamu jadi nggak percaya sama teman kamu lagi, Dav?"

"Temen ya temen, istri ya istri. Beda. Setelah menikah, istri itu prioritas. Berteman sewajarnya. Tapi istri tetap nomor satu."

"Tapi 'kan loe terpaksa nikah sama dia. Apa kata orang-orang kalau mereka tau loe nikahin pembantu." Mata Madava seketika memicing tajam. Asrul terdiam saat keceplosan bicara. Madava pun merasa heran bagaimana Asrul bisa tahu kalau Ayu dulu seorang pembantu. Padahal ia belum pernah bercerita. Namun Madava tidak begitu memikirkannya. Ia pikir, mungkin Ayu yang sudah bercerita padanya.

"Memangnya siapa yang bilang Ayu pembantu? Dia istri gue. Ingat itu. Mau statusnya di masa lalu apa, dia tetap istri gue. Ingat itu! Dahlah, mending loe balik ke kantor. Sebentar lagi jam istirahat habis. Gue mau bercocok tanam dulu. Bye."

Usai mengatakan itu, Madava pun segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu meninggalkan Asrul yang wajahnya sudah ditekuk.

Sementara Madava memilih langsung masuk ke kamarnya. Ia pun bergegas mandi karena sudah merasa begitu gerah. Bukan gerah di badan saja, tapi di hati. Hatinya gerah saat melihat ketertarikan Asrul pada Ayu. Tak dapat Madava pungkiri, Ayu memang cantik.

Mungkin pada awalnya ia tidak tertarik sama sekali dengan Ayu. Mungkin karena ia pun masih kesal dengan kenyataan kalau wanita yang dinikahkan dengannya seorang janda beranak satu. Seorang pembantu pula. Tapi setelah mereka tinggal satu atap, entah mengapa rasa ketertarikan itu tumbuh begitu saja. Apalagi saat Ayu bersikap kadang ketus kadang sangat lembut.

Di bawah guyuran shower, Madava tersenyum sendiri. Padahal baru beberapa hari yang lalu ia kesal setengah mati dengan Ayu karena sudah membohonginya, tapi kenapa sekarang ia justru tersenyum sendiri saat mengingat wajah ketus Ayu. Rasa kesal, marah, dan kecewa itu tiba-tiba menguap entah kemana.

Aneh!

Namun Madava belum menyimpulkan ini cinta. Ia tidak percaya kalau rasa cinta bisa secepat itu tumbuh. Sedangkan sebelum ini, ia butuh waktu cukup lama untuk meredam rasanya pada seseorang di masa lalunya yang pergi entah kemana. Bahkan saat bersama Via pun, ia masih sering terbayang sosok itu.

Madava menghela nafas kasar. Ia segera menyudahi kegiatan mandinya dan melingkarkan handuk ke sekeliling pinggangnya tanpa mengusap tubuh basahnya lagi. Setelahnya, ia segera mengenakan celana dan keluar dari kamar untuk menemui Ayu.

Tok tok tok ...

Madava mengetuk pintu kamar Ayu. Pintu pun dibuka, dari baliknya muncul kepala Ayu yang ternyata juga baru selesai mandi. Ia masih mengenakan kimono mandinya. Tadi Ayu terlebih dulu menyimpan kue-kue ke dalam kulkas.

"Apa?" tanya Ayu bingung.

Bukannya menjawab, Madava justru menerobos pintu dan masuk begitu saja ke dalam kamar Ayu.

"Dava, keluar ih! Aku mau pake baju dulu," seru Ayu. Madava tak menggubris. Ia justru duduk di tepi ranjang yang tidak begitu besar itu. Tapi cukup untuk dua orang.

"Sebentar Mas sebentar Dava. Kamu lupa apa yang aku katakan tadi sebelum beli kue?"

Ayu mencoba mengingatnya. Seketika Ayu menjadi gugup. Syarat? Apa syarat yang Madava maksud pikirnya? Namun, sesuatu tiba-tiba saja melintas di otaknya.

'Jangan-jangan dia mau minta itu ya? Duh, yang tempo hari aja sakit banget! Gimana kalau bener dia mau itu lagi? Sebenarnya wajar sih, kami sudah menikah. Tapi ... '

"Kenapa malah bengong di situ? Cepat sini! Duduk di sini!"

Madava menepuk sisi kanannya. Meminta Ayu agar duduk di sampingnya. Ayu menelan ludah. Ia gugup setengah mati.

'Aduh, bagaimana ini?'

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰 ...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!