NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.9k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mau Menghindariku?

💐💐💐

Mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Wanita berparas cantik pemilik mata kecil berkulit putih itu melangkah memasuki toilet yang ada di luar sebuah gedung rumah sakit. Kran di wastafel dinyalakan dan membasahi wajahnya dengan air yang ditampung menggunakan cekungan kedua telapak tangannya. Ekspresinya tergambar seperti baru melihat hantu. Shanum mencuci wajahnya untuk membuatnya sadar kalau apa yang dilihatnya hanya fatamorgana.

"Tidak mungkin dia. Aku salah lihat." Shanum menepis kedua pipinya beberapa kali.

Shanum mengingat wajah Divi yang tadi dilihatnya, lalu ingatannya juga menangkap jelas wajah Marta, pemilik rumah sakit itu, sang mertua yang pernah dijumpainya sebanyak tiga kali ketika menjalin hubungan bersama Divi. Pertama, ketika masa perkenalan, kedua saat pernikahan, dan ketiga saat perpisahan. Dan, itu semua terjadi di Singapura, negara yang menjadi latar kisah cinta Divi dana Shanum bermula sampai mereka menikah.

Pertanyaannya, tidakkah Shanum mengenali Marta?

Sejak satu minggu bekerja di rumah sakit itu, Shanum tidak melihat Marta dan mengira bukan pria itu pemilik rumah sakit tersebut. Hubungannya yang dulu tidak baik dengan keluarga mertuanya membuat Shanum tidak tahu jelas mengenai mereka, salah satunya hanya tahu nama belakang ayah mertuanya itu saja, Taslim.

"Divi pernah mengatakan kalau papanya memiliki rumah sakit di Indonesia. Mungkinkah rumah sakit ini? Indonesia itu luas. Mengapa harus di sini?" Shanum mengacak-acak rambutnya karena kesal pada dirinya sendiri yang tidak mencari tahu banyak hal mengenai rumah sakit tempatnya bekerja itu.

Shanum mencuci kedua tangannya dan mematikan kran. Kemudian, mengambil tisu basah dan mengeringkan tangannya sebelum keluar dari toilet. Tepat setelah keluar dari toilet, Shanum menjumpai Divi berjalan ke arahnya. Gelagat Shanum berbuah cemas, bingung cara menghadapi seorang Divi yang menatapnya dengan wajah angkuh. Oleh sebab itu, Shanum memutuskan kembali memasuki toilet. Dan, Divi sadar Shanum mencoba menghindarinya.

Divi memasuki toilet yang sama, di mana Shanum berada. Toilet itu adalah toilet umum yang ada di luar rumah sakit, bisa dimasuki oleh jenis kelamin apa pun. Divi berdiri di samping Shanum yang tengah berpura-pura mencuci tangan di wastafel.

"Sudah lama tidak bertemu." Divi berbicara tanpa basa-basi sambil mencuci tangannya di kran air yang ada di samping Shanum.

Shanum menoleh ke sisi kanan, menatap Divi dengan ekspresi sedikit kaget, lebih tepatnya berpura-pura kaget.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Shanum, tersenyum paksa.

"Sebelumnya buruk. Tapi, sekarang semuanya sangat baik. Seperti yang kamu lihat." Divi tersenyum dengan sedikit membuka tangannya.

Divi memperjelas garis kehidupannya bahagia lima tahun belakang, setelah mereka berpisah. Pria itu tidak ingin Shanum melihatnya menderita, melihatnya tidak bisa melupakan wanita itu. Padahal, itu benar. Sulit bagi Divi untuk melupakan perawat cantik tersebut.

"Syukurlah.” Shanum mengambil tisu basah dan memberikannya kepada Divi.

Divi menatap tisu di tangan Shanum dengan menaikkan salah satu alis, dan beralih menatap Shanum dengan dingin. Divi mengabaikan bantuan Shanum, tangannya meraih sendiri tisu itu dan melap tangannya sambil menatap dirinya di cermin. Sedangkan Shanum meremas tisu di tangannya sambil tersenyum paksa dengan perasaan kesal.

Shanum berjalan keluar dari toilet meninggalkan Divi di sana. Mulutnya berceloteh kesal melihat tingkah dingin dan angkuh pria itu. Kedua tangan Shanum mengepal erat sambil berjalan dengan hentakan kaki kesal memasuki rumah sakit. Kakinya melambat setelah melihat Marta baru keluar dari lift.

Pertemuan mereka terjadi. Mantan ayah mertuanya itu menatapnya dengan ekspresi kaget, pria itu ikut berhenti berjalan setelah keluar dari lift.

"Ternyata kamu bekerja di sini," kata Marta sambil menghampiri Shanum dengan ekspresi datar.

"Iya, Pa." Shanum tersenyum.

Marta beralih menatap Divi yang berhenti berjalan di pintu rumah sakit setelah melihat pertemuan mereka. Shanum menoleh ke belakang, melihat Divi melakukan koneksi mata bersama Marta.

Shanum menundukkan pandangan dan berjalan melewati Marta, memasuki lift, meninggalkan keberadaan mereka yang masih diam membisu.

Divi berjalan mendekati Marta, berdiri di hadapan pria paruh baya yang berada dalam setelan jas hitam itu.

"Ingat, kamu sudah punya calon istri," kata Marta, mengingatkan.

"Iya. Aku tidak punya hubungan apa pun dengannya. Papa tenang saja," balas Divi dengan wajah meyakinkan.

***

Divi dan Talita sedang berada di salah satu kamar pasien laki-laki yang akan diangkut ke meja operasi dalam dua jam ke depan. Sebelum itu, mereka memeriksa kondisi pria itu terlebih dahulu.

"Suster Talita. Suruh Suster Shanum ke ruangan saya," ucap Divi kepada Talita yang sedang membetulkan infus pasien.

"Baik, Dok." Raut wajah Talita berubah bingung mendengar perintah Divi, tapi kakinya tetap berjalan keluar dari kamar itu.

Talita menghampiri Shanum di ruangan istirahat para perawat. Wanita itu sedang duduk sambil menikmati makan siang yang dibelikan Wawan.

"Enak kalau cantik ya . Dokter Divi memanggilmu ke ruangannya," ucap Talita sambil mencomot makanan di kotak yang dimakan Shanum.

Seketika mulut Shanum berhenti mengunyah makanan yang masih memenuhi mulutnya. Otaknya berpikir, penasaran dengan alasan Divi menyuruhnya datang menemui pria itu. Shanum menaruh sendok dalam genggamannya dan lanjut mengunyah, juga meminum air untuk mengakhiri makan siangnya.

Kemudian, Shanum berdiri dari posisinya sambil meraih selembar tisu di atas meja dan melap tangannya sambil berjalan keluar dari ruangan itu. Lanjut, tisu kotor itu dilempar ke tong sampah yang ada di samping pintu ruangan bagian depan.

Shanum menenangkan perasaannya dan berjalan menuju lift. Tombol lift di pencet untuk masuk dan kembali di pencet untuk menutupnya. Jari telunjuknya menekan angka sepuluh, di mana ruangan Divi berada.

Semakin dekat berjalan menuju ruangan Divi, Shanum semakin gugup. Selain itu, wanita itu juga takut tidak bisa menghadapi Divi saat pria itu mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalu mereka.

Punggung tangan Shanum yang mengepal mengetuk pintu ruangan Divi. Pria yang tengah duduk memainkan ponsel di ruangan itu menatap pintu tersebut dengan hati berkata kalau orang yang mengetuknya adalah Shanum.

"Masuk!" seru Divi.

Shanum menghela napas cukup dalam untuk menegangkan perasaannya. Bibirnya tersenyum ringan, menunjukkan sifat profesional dalam bekerja, dan tangannya menggenggam daun pintu. Shanum memutar daun pintu itu dan mendorongnya sambil melangkah masuk.

Dahi Shanum mengerut bingung ketika matanya tidak melihat siapapun di ruangan itu.

"Aku tidak salah dengar. Jelas dia menyuruhku masuk," kata Shanum.

Tubuh Shanum memutar ke belakang. Divi memutarnya secara paksa dan menempelkan tubuh Shanum ke pintu yang tidak disadari sudah ditutup. Sejenak mata Shanum menatap mata pria yang ada di hadapannya itu, pria yang pernah menjadi surganya. Beberapa detik kemudian, Shanum menurunkan pandangannya.

"Mau menghindariku? Lima tahun menghindar dariku masih tidak cukup?" tanya Divi dengan wajah mereka berada diposisi yang begitu dekat.

"Aku tidak menghindar," balas Shanum, kesal.

"Benarkah?" tanya Divi, meyakinkan.

Shanum menganggukkan kepala dan tersenyum palsu.

Divi mengangkat dagu Shanum. Kemudian, kedua tangannya merangkul pinggang wanita itu dan menodongkan tubuh Shanum ke tubuh bagian depannya. Divi tersenyum menggoda, kedua matanya menatap Shanum tanpa mengedipkan mata meski hanya sebentar. Pria itu memperhatikan setiap bagian anggota tubuh di wajah Shanum.

1
Ani Basiati
lanjut jgn lama2 thor
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!