NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7.2M
Nilai: 4.5
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAb 9

Pernikahan yang semula direncanakan dan tinggal sebulan lagi, terpaksa harus dipercepat. Karena kakek Rusdi yang tengah kritis.

Beliau adalah satu-satunya keluarga sekaligus wali dari Hasna. Mau tidak mau, pernikahan akan dilangsungkan saat ini juga di rumah sakit tempat kakek Rusdi dirawat.

Pak Andi telah meminta izin dari pihak rumah sakit untuk pelaksanaan akad nikah. Penghulu sudah datang. Hanya menunggu Rama yang masih dalam perjalanan. Dua orang saksi, yaitu dokter yang menangani kakek dan juga seorang dokter jaga pun sudah siap.

Hasna duduk disisi kiri sang kakek. Menggenggam erat tangan keriput yang penuh kasih merawat dirinya sepeninggal kedua orang tuanya. Bu Diana mengusap lembut punggung calon menantunya. Terdengar isakan kecil yang mengiringi lantunan ayat suci ditelinga lelaki tua itu dari bibir Hasna.

Cklek....

Pintu dibuka dari luar. Semua mata tertuju di pintu ruang rawat kakek, kecuali Hasna. Seorang lelaki tampan berperawakan tinggi tegap memasuki ruangan dengan jas yang tersampir di lengan kirinya.

Pak Andi menghampiri lelaki itu, yang tak lain adalah sang putra, Rama. Beliau membisikkan sesuatu ditelinga sang putra. Cukup lama laki-laki itu mengerutkan keningnya tanpa menjawab apa yang dikatakan ayahnya. Namun akhirnya, ia menganggukkan kepalanya.Keduanya melangkah mendekati ranjang kakek Rusdi.

"Pak penghulu, silahkan, acaranya bisa dimulai sekarang." Kata pak Andi.

Penghulu hanya menganggukkan kepalanya, dan proses akad nikah pun dimulai.

Saat terdengar kata SAH dari para saksi, buliran bening menerobos keluar dari mata kakek dan Hasna secara bersamaan.

Beliau menginginkan pernikahan cucu kesayangannya itu akan berkesan seumur hidupnya. Namun kenyataannya, bahkan tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa pernikahan dilaksanakan di ruang rawat. Dengan kondisi beliau yang tengah berjuang untuk tetap bertahan hidup.

Tak ada gaun pengantin, ataupun dekorasi yang indah. Hanya ruangan yang penuh dengan alat medis, serta bau obat yang menyapa indera penciuman.

Setelah doa pernikahan dibacakan, kakek berpesan kepada cucu menantunya.

"Nak Rama, kakek titipkan gadis kecilku padamu. Dia satu-satunya yang kakek punya di dunia ini. Mungkin dia gadis yang terkesan manja. Karena hanya dia satu-satunya tempat kakek mencurahkan kasih sayang dan cinta. Jika ada yang kurang berkenan, kakek mohon tegurlah dia dengan perkataan yang lembut. Perlakukanlah dia dengan penuh kasih sayang. Jagalah selalu hatinya. Kakek yakin, cucu kakek akan mengabdikan seluruh hidupnya kepadamu, suaminya. Dia akan menjaga kehormatan mu juga kehormatan keluargamu, selayaknya ia menjaga kehormatannya. Dia harta berharga yang selama ini kakek jaga. Aku serahkan tanggung jawab ini padamu, Nak. Semoga kalian selalu bahagia." Rama mengangguk kecil seraya menyunggingkan senyum tipis pada kakek.

Semua yang ada di ruangan itu hanya terdiam menyimak perkataan kakek Rusdi. Bahkan, Bu Diana dan Pak Andi tak kuat menahan air mata saat mendengarnya. Terlihat juga para dokter yang menjadi saksi pernikahan mereka mengusap sudut matanya.

Sungguh besar sekali kasih sayang lelaki tua yang tengah berjuang antara hidup dan mati itu.

Hasna masih tetap membisikkan ayat suci di telinga sang kakek sambil mengusap lembut tangan keriput itu. Tangan kakek terulur menyentuh pucuk kepala Hasna, dan diusapnya penuh sayang.

Mata tua itu telah basah oleh air mata. Namun di bibirnya masih tersungging sebuah senyuman untuk sang cucu.

"Hasna, gadis kecil kakek. Berbahagialah nak dengan keluarga barumu. Jadilah istri yang baik, tempatkan dirimu sebagaimana mestinya seorang istri. Turunkan egomu saat dihadapan suamimu. Kakek meridhoi mu, Nak." Ucap beliau dengan lembut.

Air mata semakin deras mengaliri pipi mulus Hasna.

"Pak Andi, Bu Diana, jagakanlah Hasna seperti kalian menjaga putri kalian. Aku titipkan dia pada kalian." Pak Andi dan Bu Diana mengangguk secara bersamaan.

"Kakek meridhoi mu, Nak. Maka ridhoilah kepergian kakek." Hasna menggeleng pelan mendengar perkataan kakek. Ia masih memiliki harapan jika sang kakek akan sembuh.

"Kakek jangan bicara seperti itu, istighfar kek." Ucap Hasna lirih. Terdengar helaan nafas kakek begitu berat. Dokter dengan sigap memeriksa keadaan kakek.

Hasna membisikkan syahadat ditelinga sang kakek, yang kemudian diikuti beliau dengan terbata.

"Saya mohon semua yang ada di ruangan ini untuk keluar dulu. Kami akan memeriksa kondisi pasien." Ucap dokter.

Semua keluar dan duduk di kursi tunggu didepan ruang rawat. Penghulu pun berpamitan. Menyisakan Pak Andi beserta istri, juga sang putra yang baru saja resmi menikah. Mereka larut dalam pikiran masing-masing.

Beberapa perawat dan dokter terlihat memasuki ruangan. Namun Hasna tak kunjung keluar. Bu Diana terisak di pelukan sang suami. Sedangkan Rama, berdiri tak jauh dari kedua orang tuanya.

Genggaman hangat itu terlepas dari tangan Hasna. Detak jantung Hasna berpacu sangat cepat. Bayangan kehilangan orang terkasihnya kembali memenuhi memori ingatannya.

"Kakek." Lirihnya

"Mbak tenang, kami akan berusaha melakukan yang terbaik untuk pasien." Ucap salah seorang perawat menuntun Hasna sedikit menjauh dari ranjang pasien.

Tim dokter melakukan tugasnya dengan sangat maksimal. Namun sang pemilik kehidupan lebih berhak menentukan.

Kakek Rusdi telah tiada, setelah melepaskan tanggung jawab dipundaknya yang diambil alih oleh Rama. Senyuman dibibir keriputnya, masih terlihat, seolah tengah beristirahat.

"Yang sabar ya Mbak, insyaallah surga tempat kakek Mbak." Ucap dokter.

Seketika tubuh Hasna luruh kelantai. Dunianya seakan menjadi gelap. Pelindungnya telah pergi.

Sesaat ia bertahan di posisinya. Air mata kembali mengaliri kedua pipi. Hasna menghembuskan nafas yang terdengar begitu berat. Seolah dadanya terhimpit batu yang besar.

Gadis itu mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya. Ia segera bangkit menuju ranjang dimana sang kakek telah terbujur tak bernyawa. Dia harus ikhlas, dia harus ridho atas takdir yang telah digariskan oleh Allah.

"Hasna ikhlas kek, Hasna Ridho. Semoga kakek ditempatkan ditempat yang paling indah di sisi-Nya." Ucapnya penuh ketegaran.

Diciumnya tangan sang kakek, kemudian mencium keningnya lama. Tak akan ada lagi tangan yang selalu memeluknya. Tangan yang selalu ia cium untuk meminta ridho di setiap akan memulai harinya.

"Dok, tolong bantu saya mengurus jenazah kakek." Ucapnya pada dokter yang menangani sang kakek. Beliau hanya menganggukkan kepala menyetujui permintaan Hasna.

Tak lama jenazah kakek dipindahkan untuk segera diurus kepulangannya.

Saat brangkar didorong keluar dari ruang rawat, seketika itu juga Pak Andi, Bu Diana, serta Rama menghambur mendekati. Tanpa perlu bertanya, sudah terlihat jelas bahwa kakek telah tiada.

Ketika brangkar mulai menjauh, barulah Hasna terlihat keluar dari ruang rawat kakek. Matanya sembab, pun dengan penampilannya yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Hasna." Panggil Pak Andi.

Hasna pun menoleh dan menghampiri kedua mertuanya. Seulas senyum tersungging seperti sedang dipaksakan. Spontan bu Diana menarik, gadis berjilbab navy itu kedalam pelukannya. Air mata yang sempat tertahan akhirnya luruh juga. Tanpa isakan, Hasna berusaha menguasai emosinya.

"Om, Tante, jika semasa hidup kakek ada salah, tolong maafkan kesalahan kakek Hasna ya." Ucap gadis itu setelah mengurai pelukan. Dari suaranya sudah terdengar dia begitu tenang sekarang.

Rama hanya memperhatikan interaksi diantara mereka, tanpa ada keinginan untuk bergabung.

"Segala kesalahan kakek kamu, sudah kami maafkan, Nak." Kata Pak Andi sambil mengusap lembut pucuk kepala sang menantu.

"Kami akan bantu uruskan jenazah almarhum." Sambungnya. Hasna hanya mengangguk menanggapinya.

***

1
Hoiriyah
Luar biasa
MR
22rd wa 2d32d 55 4B7A2222224w2c
Ida Erwanti
Luar biasa
Amilia Indriyanti
wanita karir punya uang tanpa art. cari masalah. sok kuat
Atma Inatun Nikhma
Luar biasa
Sri Wahyuni
lumayan
Lusi Kurniawati
jijik bingit liat marissa
Lusi Kurniawati
semoga gak berhasil
Tati Suwarsih
intinya harus tabayyun
Tati Suwarsih
itulah akibat dari ketidak terbukaan antara suami istri
Tati Suwarsih
wooow...marisa ngarep
Lusi Kurniawati
banyak yg mengagumi istrimu Rama
babygirl♡
mampir kak..
babygirl♡
punten..
Dewi Dama
baca nya di lengkap2pin...ber tele2 hangat...
Vitriani
Lumayan
Fenny Agustyawaty
😭huuuuhhh...jadi terharu...sedih deehhh...
Asma Rani
Luar biasa
susi setiawati
bagusss
Fenny Agustyawaty
thor...foto visual doonnkk..biar tau nih seganteng apa si rama..kevin dan sang asisten si bos...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!