NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Honeymoon

Setelah perjalanan yang melelahkan namun penuh dengan antisipasi, Thomas dan Cecilia tiba di pulau tropis yang telah mereka impikan sebagai surga bulan madu. Namun, kehadiran Fabio dan Helena memberikan sentuhan yang tidak terduga—perjalanan romantis mereka kini berubah menjadi sebuah piknik yang meriah.

Matahari terbenam menyambut mereka dengan langit yang dihiasi warna-warni cerah, dan angin laut yang sejuk mengusap wajah mereka, namun suasana hati mereka campur aduk. Cecilia menoleh ke Thomas dengan ekspresi yang mengatakan, "Ini tidak seperti yang kita rencanakan, tapi mungkin ini akan lebih menyenangkan."

Fabio, dengan topi jerami yang terlalu besar menutupi matanya, membawa keranjang piknik yang tampaknya berisi segala macam keperluan, dari makanan lezat hingga permainan pantai. "Siapa yang siap untuk petualangan bulan madu paling epik?" serunya dengan semangat yang tak terbendung.

Helena, sambil menyeret koper berwarna-warni yang penuh dengan dekorasi dan pernak-pernik, menambahkan, "Kita akan membuat ini menjadi bulan madu yang tidak akan pernah kalian lupakan!"

Thomas hanya bisa menghela napas dan tersenyum. "Baiklah, mari kita buat ini menjadi kisah yang akan kita ceritakan kepada cucu-cucu kita nanti," katanya.

“Selamat datang di Pulau Cinta,” kata sopir dengan senyum lebar. “Tempat di mana mimpi menjadi kenyataan.”

Resor itu terletak di tepi pantai, dengan bungalow-bungalow yang terbuat dari kayu dan atap jerami. Setiap bungalow memiliki teras pribadi yang menghadap ke laut, sempurna untuk menikmati matahari terbit dan terbenam. Mereka berempat berjalan di antara pepohonan tropis. Meskipun ini bukan bulan madu yang tenang dan pribadi seperti yang mereka bayangkan, Thomas dan Cecilia tahu bahwa dengan Fabio dan Helena di sisi mereka akan sangat membantu.

Thomas dan Cecilia memasuki kamar bungalow mereka yang berada di tepi pantai, sebuah ruangan yang menggabungkan keindahan alam dengan kenyamanan modern. Cahaya matahari terakhir menyelinap masuk melalui jendela-jendela besar yang terbuka, memberikan pemandangan langsung ke pantai berpasir putih dan air laut yang biru kehijauan.

Kamar itu dihiasi dengan nuansa netral; dinding-dindingnya dicat dengan warna krem yang lembut, lantai kayunya yang hangat, dan langit-langitnya yang tinggi dengan kipas angin yang berputar perlahan. Tempat tidur king-size terletak di tengah ruangan, dengan kelambu tipis yang tergantung di atasnya, menambahkan sentuhan romantis dan eksotis.

Di satu sudut, ada meja rias kayu dengan cermin besar yang menghadap ke pintu teras, sementara di sudut lain terdapat sebuah sofa empuk dengan bantal-bantal berwarna-warni yang mengundang untuk bersantai. Seni lokal menghiasi dinding, menampilkan pemandangan laut dan kehidupan laut, memberikan sentuhan personal yang menarik.

Saat Thomas dan Cecilia mulai membongkar koper mereka, ada kecanggungan yang terasa di udara. Mereka berdua berdiri di sisi tempat tidur yang besar, menghadap koper masing-masing, dan ada momen hening sebelum mereka mulai.

Cecilia membuka koper dengan hati-hati, menemukan beberapa pakaian yang sudah tidak rapi karena perjalanan. Dia mencoba melipatnya kembali dengan rapi, tapi tangannya sedikit gemetar. “Aku tidak pernah berpikir akan ada yang membantu membongkar kopernya pengantin baru,” katanya dengan canda yang terdengar sedikit dipaksakan.

Thomas tersenyum canggung, menarik keluar beberapa kemeja dan celana. “Ya, ini… ini tidak seperti yang aku bayangkan,” jawabnya, sambil mencoba menemukan tempat untuk menaruh pakaian-pakaiannya. Setiap kali jari mereka hampir bersentuhan saat meletakkan barang-barang, mereka cepat-cepat menarik tangan mereka kembali.

"Aku perlu waktu untuk bersiap dan aku harus ke toilet." ujar Cecilia dengan tergesa-gesa. Cecilia mengunci pintu toilet di belakangnya, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia meraih ponselnya dan segera menekan nomor Helena.

“Hei, Helena, aku… aku sedikit panik di sini,” kata Cecilia dengan suara yang bergetar.

Dari ujung telepon, Helena merespons dengan suara yang menenangkan, “Tenang, Cecilia. Tarik napas, lepaskan. Kamu di surga bulan madu, bukan di ruang rapat. Apa yang terjadi?”

Cecilia menghela napas, “Aku hanya… aku dan Thomas seperti dua orang asing yang mencoba terlalu keras. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”

Helena tertawa ringan, “Oh, Cecilia ku sayang. Tenanglah ini adalah hal normal. Buang nafas dan tenangkan dirimu. Lalu mulailah membersihkan dan merias dirimu. Setelah itu kau hanya perlu keluar dan menggoda Thomas dengan genit.”

“Genit? Tidak aku tidak mau.” Tolak Cecilia sambil bergidik ngeri.

“Hei, kalian adalah suami istri sekarang. Kau harus mempersembahkan dirimu, menghiburnya.”

“Nasehatmu tidak membantu, Helena. Aku malah semakin bingung.” Cecilia menutup telpon.

Cecilia berdiri di depan cermin toilet, cahaya lembut dari lampu membuat kulitnya tampak bercahaya. Rambutnya yang panjang terurai, beberapa helai jatuh lembut di sekitar wajahnya. Dia mengambil sikat dan mulai menyisir rambutnya dengan gerakan yang teratur, membiarkan setiap helai jatuh kembali ke tempatnya dengan sempurna.

Setelah rambutnya rapi, dia membuka tas kosmetiknya dan mengeluarkan berbagai produk kecantikan. Cecilia memulai dengan membersihkan wajahnya, mengaplikasikan pembersih dengan gerakan melingkar yang lembut. Dia kemudian membilasnya dengan air hangat, menepuk-nepuk wajahnya kering dengan handuk bersih.

Dia melanjutkan dengan toner, menepuk-nepuknya ke kulitnya, diikuti dengan serum dan pelembab yang memberikan hidrasi. Setiap produk diaplikasikan dengan perhatian dan perawatan, seolah-olah setiap sentuhan adalah bagian dari ritual yang menenangkan. Alisnya diisi dengan hati-hati, memberikan kerangka untuk wajahnya, terakhir, Cecilia memilih lipstik dalam nuansa merah muda yang lembut, memberikan sentuhan akhir pada penampilannya.

Dia kemudian berniat untuk mengganti pakaiannya dengan salah satu gaun yang dia dapatkan dari koper.

Dia membentangkan gaun tersebut, kainnya meluncur lembut di antara jari-jarinya. Gaun itu berwarna biru langit dengan aksen renda di bagian pinggirnya, dengan kain tipis yang hampir transparan dan desain yang jauh dari gaya pakaian sehari-harinya yang lebih konservatif.

“Apa yang kau lakukan, Helena. Kau memintaku memakai ini? Apa kau tidak peduli jika aku masuk angin?!” Cecilia kembali berdecak kesal melihat hasil Helena yang membantunya mengepak pakaian untuk honeymoon.

Di luar sana Thomas juga merasa gelisah karena privasinya terganggu dengan situasi yang tidak biasa baginya. Dia mengambil ponselnya dan menelpon Fabio, mencari dukungan dari sahabatnya.

“Fabio, aku merasa seperti tidak punya ruang pribadi lagi,” keluh Thomas. “Aku terbiasa sendirian, dan sekarang aku harus berbagi segalanya dengan Cecilia.”

“Kau pasti bisa Tom, jangan lupakan tujuan kenapa kau harus menikah.”

“Tidak bisa! Ini terlalu sulit. Bagaimana aku bisa menyentuhnya sedangkan keberadaan dia mengusik privasiku.” Keluh Thomas dengan suara tertahan takut-takut Cecilia mendengarnya.

"Privasi memang penting, tapi sekarang kalian berdua adalah satu tim. Good luck, Tom." Fabio menutup panggilan itu. Thomas menatap ponselnya yang sudah terdiam, kata-kata terakhir Fabio masih bergema di pikirannya. “Satu tim,” gumamnya.

Cecilia dan Thomas kembali masuk ke dalam kamar secara bersamaan. Mereka sama-sama terlonjak kaget. Bahkan Cecilia hampir terjatuh. Cecilia menstabilkan dirinya dengan cepat, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. Thomas, yang juga tampak terkejut, memandangnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Thomas dengan suara yang lebih lembut dari biasanya.

Cecilia mengangguk, “Ya, aku hanya… tidak menyangka kamu juga akan ada di sini.”

Thomas berdiri di ambang pintu, matanya melebar sejenak saat melihat Cecilia dalam balutan gaun baru yang disiapkan oleh Helena. Ada sesuatu yang berbeda tentangnya—bukan hanya gaunnya yang lebih berani dan terbuka, tapi juga aura yang dia pancarkan. Cecilia, yang biasanya terlihat sederhana dan tidak mencolok, kini tampak seperti bintang yang bersinar.

Dia mencoba menyembunyikan rasa kagetnya, tapi ada kekakuan dalam caranya bergerak, sebuah ketidakpastian dalam suaranya saat dia mencoba memulai percakapan

Sejenak, ruangan itu dipenuhi oleh hening yang canggung. Cecilia dan Thomas saling bertukar pandang, masing-masing mencoba membaca pikiran yang tersembunyi di balik mata satu sama lain. Akhirnya, Thomas mengambil langkah pertama untuk memecah keheningan.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Thomas dengan suara yang lebih lembut dari biasanya.

Cecilia mengangguk, “Ya, aku hanya… sepertinya aku lelah dan sakit kepala. ungkap Cecilia.

"ya, ya, kau lebih baik tidur." kata Thomas sembari mengusap lehernya yang kering dan merasa tercekat. Malam pertama di acara honeymoon mereka berlalu dengan tidur dan tidak terjadi apa-apa.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!