Anya Bintang Maharani, gadis cantik yang lahir dari rahim seorang istri simpanan.
Masa lalu orang tuanya yang memalukan itu membuatnya selalu menutup diri dari para lelaki yang mendekatinya. Bagi Anya, dia hanya ingin sukses dan membanggakan April, kakak yang sangat disayanginya.
Namun, Rama duda satu anak yang sangat mencintai Anya merusak segalanya. Rama lelaki yang mengaku sangat mencintai Anya tega menghancurkan mimpi gadis itu. Membuat Anya harus meninggalkan keluarga yang sangat dicintainya itu dengan membawa harga diri yang terkoyak.
Ditambah mantan istri Rama yang masih saja membayangi si duda.
Kisah cinta sang duda dengan gadis muda yang dibalut dengan tingkah kocak dua kakak lelaki dan juga keluarga yang selalu melindungi Anya.
***
Sekuel dari Dear, Mantan Gebetan.
Yang belum baca silahkan mampir dulu biar tidak bingung dengan alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
"Huek...Huek...Huek..."
Rama terduduk lemas sambil memuntahkan isi perutnya yang sudah kosong itu ke dalam kantong hitam yang dibawanya.
Setelah merasa tak merasa mual lagi, dia pun kepalanya di jok mobil taksi yang dipesannya.
Sementara Bu Dewi hanya bisa memijit tengkuk Rama dengan minyak kayu putih.
"Aduh, Ram. Kok, makin parah begini sih. Sampai udah gak ada lagi yang dimuntahin masih aja mual begitu." kata Bu Dewi yang khawatir dengan keadaan putra bungsunya.
Rama terlihat sangat kurus, dia bahkan hanya bisa menggunakan celana training saja. Karena celananya kebesaran akibat berat badannya yang menyusut drastis.
Saat ini Rama sedang berada di depan bangunan rumah yang merupakan kos Anya.
"Kamu mau makan dulu, Ram? Perut kamu udah kosong begitu. Isi sedikit dengan roti ini." kata Bu Dewi menyodorkan roti yang sering dimakannya akhir-akhir ini.
Roti dengan isi kacang hijau. Padahal dulu Rama tak begitu menyukai roti tersebut. Namun sekarang hanya roti itu saja yang bisa dimakan olehnya.
Bahkan Bu Dewi sekantong besar roti tersebut untuk berjaga-jaga jika di Jogja tak ada yang menjual roti itu.
"Nanti saja Bu, kepalaku masih pusing." kata Rama sambil memejamkan matanya.
Saat ini mereka berdua masih duduk di dalam mobil menunggu Anya pulang. Tadi Bu Dewi sempat bertanya dengan menanyakan apakah Anya memang tinggal di tempat ini.
Awalnya mereka sempat bingung. Namun setelah Bu Dewi menunjukkan foto Anya, barulah mereka mengatakan jika Anya memang tinggal di sini.
Mereka memang tak begitu mengenali Anya karena dia memang tak pernah bersosialisasi dengan penghuni kos lainnya.
"Makanya makan sedikit dulu, kalau perut kamu kosong malahan bakal semakin pusing." kata Bu Dewi memaksa Rama untuk makan.
Namun, Rama tak bergeming. Dia masih memejamkan matanya menahan rasa pusing dan mualnya.
Padahal dokter sudah memberikan obat untuk mengurangi rasa mual dan pusingnya. Namun, tak berpengaruh apa-apa.
Sepertinya anaknya memang ingin membalas sakit hati ibunya hingga membuat ayahnya lemah tak berdaya seperti ini.
Anaknya.
Rama merasa sedikit senang mendengarnya. Walaupun caranya salah, namun dia senang ketika dokter mengatakan dugaannya terkena sindrom cauvade itu bisa saja benar.
Apalagi tanda-tanda Rama mual dan muntah dan hanya bisa memakan roti kesukaan Anya, roti isi kacang hijau.
Tiba-tiba Bu Dewi menepuk bahu Rama saat terlihat dua orang perempuan yang masuk ke parkiran rumah kos tersebut.
"Ram, itu kayaknya Anya." kata Bu Dewi.
Rama yang mendengar nama Anya pun langsung membuka matanya dan memandang ke arah halaman kos-kosan itu.
Memang benar, itu adalah Anya nya. Anya terlihat lebih berisi dan baru saja turun dari motornya.
"Ayo kita susul Bu." kata Rama dengan penuh semangat.
Energinya seperti kembali penuh saat melihat wanita yang dicintainya itu.
Bu Dewi pun mengangguk, dia pun membantu Rama untuk naik ke atas setelah membayar ongkos taksi.
Rama dan Bu Dewi memang tak membawa banyak barang. Hanya sebuah tas jinjing yang berisi beberapa helai pakaian saja.
Bu Dewi terlalu repot jika harus membawa banyak barang sementara Rama juga harus dibantu untuk berjalan.
Mereka pun berjalan menaiki tangga menuju kamar Anya. Tadi Bu Dewi sudah ditunjukkan yang mana kamar Anya oleh salah satu penghuni kos.
Namun karena Anya sedang tak ada, dia pun turun dan menunggu di taksi bersama Rama.
Rama melihat ke arah pintu kamar kos yang terbuka itu. Terdengar suara tawa perempuan dari kamar paling pojok di lantai dua itu.
"Ck, kau ini ya. Kenapa tak bilang dari tadi, sih. Kau kira enak cari makanan itu. Bisa tidak sih request makan gudeg saja." kata seorang gadis yang bertubuh tambun yang sedang duduk di sebuah kursi menghadap Anya yang terlihat sedang jongkok di depan lemari kecil di pojok ruangan kamar itu.
"Assalamualaikum." Bu Dewi mengucapkan salam saat mereka sudah berdiri di depan pintu kamar Anya.
Tangan Anya yang sedang mencari pakaian ganti pun seketika berhenti. Tubuhnya mendadak kaku dan wajahnya berubah tegang.
Anya mengenali suara serak-serak basah yang khas milik mertuanya mbak Iin.
Dengan perlahan Anya pun bangun dan berbalik.
Matanya seketika memanas saat menatap dua orang yang dihindarinya itu sedang berdiri di depan pintu kamar kos nya.
Bu Dewi terlihat kuyu, tak seperti biasanya. Begitu juga dengan lelaki di sebelahnya. Lelaki yang dibenci Anya itu terlihat begitu menyedihkan.
Rama terlihat sangat kurus dan rambutnya yang terlihat lebih panjang dan acak-acakan. Rambut yang tumbuh disekitar rahang dan dagunya serta lingkaran hitam di bagian mata cekungannya membuat lelaki itu mirip gelandangan.
"Waalaikumsalam." jawab Tiur dengan santainya. Dia mengira wanita tua dan lelaki jelek yang datang itu adalah keluarga Anya.
"Anya, boleh kami masuk?" tanya Bu Dewi pada wanita yang dicintai oleh putra bungsunya itu.
Namun tak ada reaksi apapun dari Anya. Dia masih berdiri sambil meremas bajunya.
Berbeda dengan Tiur yang langsung merespon dengan memberikan kursi tempat duduknya tadi kepada tamu Anya dan mempersilahkannya masuk.
"Silahkan duduk, Bu." kata Tiur yang berperan sebagai tuan rumah yang baik menggantikan temannya yang masih syok itu.
Bu Dewi pun meletakkan barang bawaannya di dekat pintu masuk dan membantu Rama berjalan.
Setelah itu, Bu Dewi menuntun Rama untuk duduk di kursi yang diberikan oleh Tiur tadi.
Tiur pun membantu membawakan tas jinjing juga kantong kresek berisi roti yang cukup banyak milik Bu Dewi dan meletakkan di sebelah wanita itu.
Sementara Anya masih belum beranjak dari tempatnya berdiri tadi. Anya hanya menunduk dan menghindari tatapan lelaki yang sudah menodainya itu.
"Nya, apak kabarmu, Nak?" tanya Bu Dewi dengan lirih.
Namun, Anya tak menjawabnya. Dia malah menatap ke arah temannya yang masih terlihat bingung dengan reaksi Anya yang terlihat mengabaikan tamunya itu.
"Yur, belikan aku gudeg Mbah Sur ya. Jangan lupa aku juga mau bacem tempe dan telurnya." kata Anya pada sahabat barunya itu.
Tiur pun mengangguk, dia paham jika Anya sepertinya ingin membicarakan sesuatu yang bersifat privasi dengan dua orang tamunya itu.
Tiur pun segera meninggalkan kamar Anya dan menutup pintu kamar kos temannya agar apa yang mereka bicarakan tak terdengar keluar.
Saat berjalan ke parkiran, Tiur menggaruk kepalanya bukan karena gatal tetapi merasa bingung dan tak percaya.
"Masak sih bapaknya si baby jelek seperti itu. Hii... Kasian sekali Anya, pantas saja dia tak rela dan kabur kesini. Mukanya saja mirip si Baron." kata Tiur bergidik geli sambil menyalakan motornya dan segera pergi membeli pesanan temannya yang letaknya cukup jauh dari kos-kosannya itu.
"Ck, kurang jauh kau suruh aku pergi beli makan ini, Nya. Kenapa tak kau suruh aku pulang ke Medan saja sekalian." gerutu Tiur karena permintaan aneh temannya yang membuatnya harus melintas jalan yang cukup ramai siang itu.
❤️❤️❤️
Akhirnya Rama ketemu sama Anya. Jangan lupa dukungan buat author, kasih likenya buat author ya 🤗
Ooh Rama makin pusingkan hadapi bumil , menghadapi ngidamnya dan keinginannya yg absurd??
selama kamu belum menyelesaikan urusanmu sama zena dan zeline ,jangan marah kalau itu akan terus diungkit??
Emang enak dicuekin sama bumil, pasti gak enak doonggg /Grin//Grin//Grin/
semoga rumah tangga anya rama kembali baik2 saja.. n c uget2 zena.. minggat gaaattt
Berusaha nenerimamu karena ada baby triplet?? tapi masih ada teror dari mantanmu ?? jangan egois deh Rama?? , apalagi kamu gak bisa bersikap tegas pada zena selama ini.dan kenapa kamu justru yg marah ?? /Panic//Drowsy//Drowsy/
Semoga saja Anya dan baby nya baik2 saja, /Pray/