Dialah Azzura. Wanita yang gagal dalam pernikahannya. Dia ditalak setelah kata sah yang diucapkan oleh para saksi. Wanita yang menyandang status istri belum genap satu menit saja. Bahkan, harus kehilangan nyawa sang ayah karena tuduhan kejam yang suaminya lontarkan.
Namun, dia tidak pernah bersedia untuk menyerah. Kegagalan itu ia jadikan sebagai senjata terbesar untuk bangkit agar bisa membalaskan rasa sakit hatinya pada orang-orang yang sudah menyakiti dia.
Bagaimana kisah Azzura selanjutnya? Akankah mantan suami akan menyesali kata talak yang telah ia ucap? Mungkinkah Azzura mampu membalas rasa sakitnya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Bab 27
"Kak Angga." Tania dengan bahagianya menyapa Angga di ruang tamu.
Wanita itu tersenyum manis. Mendekat, lalu bergelayutan manja di leher Angga. Dia bahagia, sangat bahagia karena Angga yang meminta ia datang ke rumah kediaman Hardian. Dia sudah pun lama tidak diizinkan bertemu. Tepatnya, setelah kegagalan saat ia menggoda Angga malam itu.
"Kak Angga. Aku kangen banget lho sama kamu. Aku yakin, kamu juga pasti kangen aku 'kan?"
Angga tidak menjawab. Sebaliknya, tangan Angga lah yang malah bergerak melonggarkan pegangan tangan Tania yang sedang bergelayutan manja di lehernya. Hal tersebut tentu saja membuat Tania jadi kebingungan.
Bagaimana tidak? Dia sudah sangat bahagia karena Angga yang memintanya datang setelah sekian purnama menjauh. Eh ... setelah datang malah begini sikapnya Angga pada dirinya. Bukannya bermesraan, dia malah di minta menjauh.
"Kak Angga. Kenapa sih?"
Bukannya menjawab apa yang Tania tanyakan. Angga malah meminta Adya datang mendekati mereka. Si asisten satu yang sangat setia langsung menghampiri tuan mudanya.
"Ya, tuan muda."
"Berikan pada wanita ini hadiah terbesar yang sangat ia inginkan selama ini."
"Baik, tuan muda."
"Tunggu! Hadian? Kak Angga ngasi aku hadiah? Hadiah apa, kak?"
"Hadiah dari kebohongan yang selama ini kamu tutupi."
"Adya."
"Tuan muda."
Adya datang dengan beberapa berkas di tangan. Tentu saja Tania merasa kebingungan dengan apa yang saat ini ada di depan matanya.
"Adya. Apa ini?"
"Nona Tania akan tahu setelah melihatnya."
Adya menyerahkan berkas-berkas tersebut ke tangan Tania. Perempuan itu langsung menerima meski dengan tangan yang sangat berat. Namun, belum sempat Tania melihat isi dari berkas-berkas tersebut, suara Adya memecahkan perhatian Tania kembali.
"Masuk!"
Seketika, dua pria datang dengan menyeret seorang pria. Mata Tania langsung membulat sempurna. Bagaimana tidak? Pria yang dua pria itu seret adalah orang yang waktu itu telah ia bayar. Orang itu sebelumnya telah ia perintahkan untuk pergi jauh meninggalkan kota ini agar Angga tidak pernah bertemu dengan pria tersebut lagi di kemudian hari. Namun sayangnya, kenyataan malah sangat jauh berbeda dari apa yang ia harapkan.
"Ap-- apa ini, Adya? Kamu!"
Tania bangun dari duduknya. Wajah panik tentu saja tergambar dengan sangat jelas. Meskipun sebenarnya, Tania sudah berusaha sekuat tenaga melawan perasaan panik yang muncul akibat ulah Adya barusan.
"Adya! Apa .... "
"Kak Angga. Apa semua ini, kak? Kenapa Adya malah mempermainkan aku? Aku-- "
"Cukup, Tania!" Menggelegar suara Angga memecah keheningan ruangan tamu kediaman Hardian. Tak hanya suara dengan nada tinggi saja, Angga juga menepis tangan Tania yang sebelumnya menyentuh pundaknya dengan manja.
Sontak saja, ucapan Angga langsung membuat Tania terpaku karena terkejut. Untuk yang pertama kalinya, Angga mengeluarkan suara yang mengerikan seperti itu padanya. Sungguh hal yang sangat mengejutkan bagi Tania.
"Aku sudah sangat lelah dengan sandiwara yang telah kamu ciptakan, Tania. Sangat-sangat lelah."
"Kak Angga. Aku ... aku tidak bersandiwara, kak. Kamu harus percaya aku. Selama ini-- "
"Tania! Mau berbohong seperti apa lagi kamu sekarang, hah! Sudah cukup kebohongan yang telah kamu ciptakan selama tiga setengah tahun itu. Tolong, jangan tambah lagi."
"Aku tidak bohong, kak Angga. Aku ... aku di ... di .... " Tania berusaha keras untuk menyangkal dan membela diri. Sayangnya, ide malah tidak sedikitpun muncul dalam benak Tania sekarang. Singkatnya, pikirannya malah tidak sedang berpihak pada dirinya sekarang.
Angga yang sedang kesal, menatap tajam ke arah Tania. "Kau tidak tahu apa yang harus kamu katakan, bukan?"
"Tania. Aku sudah tahu semuanya. Kamu tidak perlu berbohong dan mencari alasan untuk membela diri lagi. Belang mu sudah kelihatan. Jadi, terima saja."
Tania paham sekarang kalau dirinya memang benar sudah tidak punya kesempatan untuk berkilah. Dia pun harus menggunakan cara lain. Yaitu, dengan cara memasang wajah sedih, sesedih mungkin.
Tania langsung meraih tangan Angga dengan cepat. Air mata jatuh berderai di pipi perempuan itu. Akting baru kini Tania perlihatkan.
"Kak Angga. Maafkan aku. Aku mengakui kesalahan yang telah aku perbuat. Aku berbohong padamu tentang aku yang menyelamat kakek mu."
Tania yang menunduk, langsung mengangkat wajah wajahnya. Dengan cepat pula ia berucap sebelum Angga menjawab. "Tapi aku melakukan semua itu karena kamu, kak. Aku mencintai dirimu. Tidak ingin kamu menikah dengan wanita lain. Karena hanya kamu yang aku punya di dunia ini, kak Angga."
Angga langsung menarik paksa tangannya dari genggaman tangan Tania. "Kamu tahu apa yang paling tidak aku sukai Tania. Harusnya, kamu tidak melakukan hal itu demi alasan apapun. Karena kamu, aku telah bersalah pada penyelamat kakek, Tania! Karena kamu, aku berbuat kejam pada wanita yang seharusnya aku berikan kebaikan. Kamu benar-benar ... aku kecewa padamu."
"Tania. Sekarang, kamu tidak lagi punya tempat di keluarga Hadian. Bahkan, kamu tidak punya tempat dalam hatiku. Ulah kejam mu itu membuat aku sangat jahat. Aku sungguh menyesali pertemuan kita sebelumnya. Jika aku tahu kamu selicik ini, aku tidak akan pernah ingin bertemu dengan kamu."
"Adya. Urus dia sekarang. Jangan buat aku melihat wajahnya lagi. Kalau bisa, jebloskan dia ke dalam penjara dengan kurungan yang sangat lama. Aku tidak ingin melihat wanita yang berhati kejam berkeliaran bebas di luar."
Belum sempat Adya menjawab, Tania malah duluan yang menjawab perkataan Angga. Bahkan, kali ini perempuan itu tidak lagi memberikan tatapan sendu. Melainkan, tatapan tajam sambil menggenggam erat tangannya.
"Yang jahat itu kamu, kak Angga. Bukan aku. Kesalahan kamu sendiri yang tidak teliti dan malah bersedia mendengarkan apa yang aku katakan dari pada yang kakek mu katakan. Kamu yang tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kenapa sekarang malah ingin membuat aku menderita?"
"Tunggu! Apa karena sekarang kamu sudah bertemu kembali dengan Zura? Wanita itu sudah cantik sekarang, bukan? Kamu ingin mengejarnya lagi, kak Angga?"
"Bo* doh! Dia tidak akan pernah menerima kamu lagi, Anggara Hardian. Karena kamu sudah menjatuhkan harga dirinya hanya demi sebuah kebohongan. Ha ha ha."
"Tania!"
"Tuan muda, tenang. Jangan terpancing emosi hanya karena perkataan wanita ini. Jangan melukai dia. Karena itu akan membuatnya dirinya beruntung di depan hukum."
"Adya! Cepat singkirkan wanita ini dari pandangan mataku! Aku tidak ingin melihatnya lagi, Adya!"
"Baik, tuan muda. Akan saya lakukan sekarang juga."
"Kalian berdua. Bawa wanita ini ke dalam mobil sekarang juga."
"Baik." Dua pengawal yang lainnya langsung menjawab serentak.
Tania memberontak dan ingin melarikan diri. Mana mungkin bisa. Karena usahanya gagal, Tania malah melepaskan kekesalannya dengan berteriak mengatakan apa saja yang hatinya ingin katakan pada Angga.
tp bila baca kisah angga kesian juga dye...