Mutia Arini seorang ibu dengan satu putra tampan dan juga pengusaha bakery wanita tersukses. Kue premium buatannya telah membuat dirinya menjadi seorang pebisnis handal. Banyak cabang telah dibukanya di berbagai kota besar. Pelanggannya adalah golongan menengah ke atas. Di balik kesuksesannya ternyata ada sebuah rahasia besar yang disimpannya. Karena kejadian satu malam yang pernah dilaluinya, mengubah semua arah kehidupan yang dicitakan oleh seorang Mutia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Sebastian kembali teringat kejadian beberapa tahun lalu. Teringat waktu SMA, Sebastian mulai kenal dengan seorang Janetra, bahkan saat itu dia tak mengetahui kalau Janetra adalah putri tunggal dari keluarga konglomerat. Perusahaan Blue Sky yang didirikan papa nya sudah berada di puncak, makanya Sebastian selalu hati-hati terhadap orang yang berusaha mendekati.
Waktu istirahat kelas, Sebastian duduk di sebuah bangku kosong di kantin sekolah bersama Dewa sahabatnya. "Wa, tolong pesenin es jeruk ma bakso super dong!!!" perintah Sebastian. "Baik tuanku, ada lagi?" ujar Dewa menimpali. "Kamu juga sekalian" lanjut Sebastian. "Siap lapan enam" Dewa beranjak menuju ibu kantin untuk memesan. Karena sudah kelas tiga tidak ada yang berani mendekatinya.
Datanglah sosok cewek idola di sekolah itu. Dia duduk tepat di hadapan Sebastian, "Hai Tian" sapanya. "Hmmm" Sebastian hanya berdehem menanggapi. "Aku gabung ya, sendirikan?" pintanya. "Minggir...minggir....enak aja. Tempat dudukku nih" balas Dewa dari belakang cewek itu.
Begitu melihat siapa sosok yang membelakanginya, "Wow, ada angin apa yang membawa seorang bidadari di sekolah ini menghampiri bangku kita" Dewa merasa bangga. Sementara cewek itu tertawa mendengar penuturan Dewa. "Kenalin, namaku Dewa Anggara" Dewa menyodorkan tangan kanannya. Gayung bersambut, cewek itu menerima uluran tangan Dewa. "Janetra" cewek itu menyebut namanya dengan manja. Sebastian belum bereaksi melihat tingkah Dewa dan Sebastian.
Janetra pun menyapa Sebastian kembali, "Tian, akhir pekan datang ya ke acaraku???" ucapnya. Sebastian menatap datar wajah Janetra. "Bisa ya?" ulang Janetra. "Bisa...bisa....pokoknya akan kurayu dia buat datang ke acaramu" sahut Dewa. Janetra pun tertawa renyah. Sebastian mendiamkan ucapan Dewa. "Kau diam, berarti kau setuju" ulas Janetra. Seperti diketahui semua warga sekolah, kalau Janetra memang secara menggebu mengejar cinta Sebastian.
Sebastian juga salah satu cowok terpopuler di SMA. Wajah tampan, alis tebal, hidung mancung, dan rambut sedikit pirang membuat sosok Sebastian menjadi sosok dengan wajah nyaris sempurna. Kalau dinilai dengan angka rentang satu sampai sepuluh, maka nilai Sebastian adalah sembilan...he...he.... Maka banyak juga cewek yang mengejar cinta Sebastian, salah satunya Janetra sang idola cewek. "Heh, kalian sama-sama banyak fans nya, kenapa nggak jadian aja sih? Biar para pengagum rahasia kalian pada patah hati..ha....ha..." celetuk Dewa Anggara . Sebuah box tisu tepat mengenai badan Dewa. Dewa pun langsung terdiam.
Janetra berlalu setelah menyampaikan sebuah undangan untuk Sebastian dan Dewa. Dewa membuka kertas dalam amplop itu. "Wow, birth day party. Kita datang yuuukkk" ajak Dewa. "Kamu aja yang datang, males aku" tukas Sebastian sambil menyuap bakso yang masih mengepul di depannya. "Wah, nggak asyik dong kalau sendirian datangnya. Ayolah Tian, sekali-kali doang" Dewa meluncurkan bujuk rayunya. "Lagian, pasti di sana banyak cewek-cewek cantik tuh" lanjut Dewa. "Cantik bukan jaminan baik" sahut Sebastian. "Iya...iya...aku tahu. Tapi datang ya. Plisssss" Dewa memasang wajah melas. "Kuusahakan" Sebastian menyeruput es jeruk, karena baksonya telah tandas. Sebastian beranjak sementara Dewa menyuap bakso yang tersisa di mangkoknya secepat kilat. Tak mau ditinggalkan oleh Sebastian.
Sebastian juga termasuk cowok dengan otak tokcer. Nyatanya tanpa mengikuti les-les tambahan dan belajarnyapun juga santai, tiga besar paralel antar kelas tak luput dari genggamannya.
Akhir pekan, Dewa menagih janji Sebastian. Dewa datang ke mansion Sebastian dan berjumpa dengan tuan Baskoro, papa Sebastian. "Wa, mau kemana rapi amat?" celetuk tuan Baskoro yang sedang menyiangi rumput di taman bunga depan mansion. "Biasanya juga rapi Om...he...he...." sahut Dewa. "Sebastian ada di ruang baca tuh" tuan Baskoro memberi tahu tanpa menoleh dari bunga-bunga di depannya. "Siap Om" Dewa menghambur ke ruangan yang dimaksud oleh tuan Baskoro. "Dasar ABeGe labil", gumam tuan Baskoro.
Di ruang baca, Sebastian sedang serius membaca sebuah buku tentang bisnis. Dewa masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Dewa sudah sering datang ke mansion, semenjak SMP. Sekolah Dewa pun ditanggung oleh tuan Baskoro. Kalau nggak gitu, mana bisa Dewa masuk sekolah elite satu sekolah dengan Sebastian. Dewa adalah putra asisten tuan Baskoro di perusahaan. "Hei tuan muda, serius amat? Kamu nggak lupa sama janjimu kan?" Dewa melempar pant*atnya di kursi depan Sebastian. "Janji apa?" Sebastian pura-pura lupa. "Ayolah bro. Siap-siap lah. Kita berangkat" Dewa antusias mendorong Sebastian lekas ganti baju. Sebastian tertawa.
Karena taknmembaca undangan dengan detail, mereka berdua tak tau kalau acara itu ada dress code nya. Kedatangan Sebastian dan Dewa yang tak sesuai dengan tema yang dimaksud, akhirnya ditolak oleh penerima tamu di depan. "Mba, kita ini beneran teman Janetra loh. Kalau nggak percaya ini undangannya. Bahkan Janetra sendiri loh yang ngasihkan undangannya ke kita berdua" jelas Dewa tanpa titik koma. Sementara Sebastian malas menanggapinya. "Mas..Mas...saya di sini juga hanya menjalankan apa yang diminta oleh yang punya acara" jelas nya.
"Ayo Wa, cabut!!!" ajak Sebastian yang sedari awal sudah tak begitu minat datang ke acara ini. Dewa manyun menanggapi ucapan Sebastian.
Saat mereka balik badan, ketemulah mereka dengan sosok cantik yang punya acara. "Eh kalian mau ke mana, kok malah mau balik?" tanyanya. "Kita salah kostum" jawab Sebastian sekenanya karena memang benar dia dan Dewa salah kostum.
"Nggak papa, ayo masuk aja" ajak Janetra.
Dewa langsung mengiyakan ajakan Janetra, dan mau tak mau Sebastian mengikutinya. Kepalang tanggung juga, batin Sebastian.
Dewa tak berhenti berdecak kagum melihat kemeriahan pesta di depannya. "Keluarga Supranoto memang luar biasa" gumam Dewa. "Keluarga Supranoto, apa hubungannya?" tanya Sebastian. "Eh, loe itu selama ini di kolong semut ya Tian? Keluarga Supranoto, keluarga konglomerat kelas wahid. Meski masih berada di bawah keluargamu sih" jelas Dewa. "Terus apa hubungannya dengan acara ini?" lanjut Sebastian.
Dewa menyentil kening Sebastian supaya sadar, "Tuan Supranoto itu papa nya Janetra, jadi Janetra adalah pewaris tunggal perusahaannya. Sampai di sini sudah paham???" jelas Dewa pelan. Sebastian tertawa.
Acara pesta berlangsung meriah dan sampailah di puncak acara. Janetra yang berada di atas panggung dan menjadi bintang utama malam ini secara lantang memanggil Sebastian Putra untuk mendekat kepadanya. Sorot lampu yang fokus ke arah Sebastian begitu jelas menampakkan sosoknya. Tepuk tangan bergemuruh di ruangan itu. "Apa maksudnya ini?" batin Sebastian. "Sudah ayo maju aja" Dewa memberi saran.
Sebastian melangkah pelan menuju arah Janetra. Saat Sebastian sudah berada di samping Janetra, lampu yang semula dimatikan sekarang menjadi terang benderang kembali.
"Terima kasih sudah mau naik ke sini" bisik Janetra. Sebastian hanya tersenyum dingin menanggapi. Acara tiup lilin dimulai diiringi lagu khas ulang tahun. Sepotong kue sudah diserahkan Janetra untuk kedua orang tuanya. "Selanjutnya kue mau diserahkan ke siapa ya? Tentunya pasti orang yang sangat spesial bagi nona Janetra" ucap sang pembawa acara tak kalah semangat. Oleh Janetra kue diserahkan ke Sebastian, tepuk tangan bergemuruh lagi di ruangan itu. "Kok ke aku???" tunjuk Sebastian ke mukanya sendiri. "Kamu emang orang spesial di hatiku Tian" ucap Janetra dan suaranya menggema di seluruh ballroom hotel itu.
Gila ni cewek, acara semeriah ini hanya untuk melakukan kekonyolan ini, batin Sebastian.
"Aku memang gila Sebastian, gila karena terlalu lama menunggumu mengucapkan cinta padaku" ucap Janetra seakan tau pemikiran Sebastian.
"Entah kamu terima atau kamu tolak, malam ini aku tidak mau menyia-menyiakan lagi kesempatan ini. Ijinkan aku mengutarakan isi hatiku. Aku mencintaimu Sebastian Putra" ucap tegas Janetra. Lagi-lagi tepuk tangan menggema. Sebastian masih terdiam tanpa mengucapkan kata. "Aku tidak memaksamu menjawab sekarang, tapi aku lega bisa mengutarakan isi hatiku kepadamu" lanjut Janetra.
to be continued
jadi akhirnya ngga jadi Makan /Smile//Smile/