Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semua yang Terhenti Tanpa Ku Akhiri
Keesokannya di sabtu malam, jurusan mengadakan acara pra milad hukum ekonomi, Magika tengah bersiap-siap, namun dia merasa aneh, sejak pagi Randy masih belum mengabarinya, pesan darinya tak ada balasan, bahkan dia sudah menelpon berkali-kali namun tetap tak ada jawaban.
Dia tahu Randy panitia dari acara tersebut, tapi apakah sampai sesibuk itu? Sampai tak mengabarinya sama sekali. Terlintas dalam pikirannya apa Randy mulai mencampakkannya? Namun dia menepiskan pikiran itu, karena baru saja kemarin mereka bersenang-senang dan tak mungkin Randy setega itu padanya.
Magika melihat bayangannya di cermin, malam ini dia tampil sangat out, terlihat sangat elegant namun masih tampak natural, sudah berkali-kali, dia berganti warna lipstik agar lebih pas untuk datang ke acara kampus.
"Apa gak berlebihan ya? Udah kayak mau dugem aja terlalu terang gini" Gumam Magika lalu menghapus lagi lipstik yang telah diaplikasikannya.
Magika mengecek ponselnya dan melihat waktu telah menunjukkan pukul 18.00, dan pesan yang dia tunggu masih belum kunjung datang, hatinya mulai resah dan merasa sedikit kesal.
"Kak Randy kemana sih? Aneh banget gak biasanya dia ngilang, ternyata gini ya rasanya nunggu kabar dari orang tuh."
Magika segera turun dari kamarnya yang terletak di lantai atas, untuk berpamitan pada Tante Karina dan Om Mustafa, dia segera melesat pergi dengan scooter vespanya dengan kecepatan yang cukup tinggi, karena dia ingin cepat-cepat sampai kampus, untuk mengetahui keadaan Randy.
Sampainya di Fakultas acara masih belum siap, dan terlihat para panitia masih sangat bersantai, di sana juga sudah banyak teman-teman angkatan Magika berkumpul, Vanilla melambaikan tangan ke arahnya, dia segera menghampiri wanita yang berdandan nyentrik itu.
"Ya ampun Nill, kamu gak salah pake baju outer bulu-bulu gini?" Tanya Magika heran.
"Jangankan kamu, aku yang dari tadi sama dia aja udah gelisah gak karuan, hampir semua orang yang hadir di sini perhatiin dia." Kata Zea curcol.
Vanilla berdecak."Emangnya kenapa sih? Kan unik, btw ini tuh outernya sama kayak yang si G-Dragon pake."
Magika menghela nafasnya."Tapi kan dia mah buat manggung kali Nill."
"Ya udah sih, yang penting aku nyaman pakenya." Ucap Vanilla santai.
Zea dan Magika saling bertatapan, temannya satu ini memang tak ada duanya, k-popers yang sangat nyentrik, meski begitu keduanya tetap menyayangi Vanilla dan menerima apa adanya, walaupun terkadang sampai tak habis pikir dengan apa yang dipakai Vanilla.
Magika melirikkan matanya ke kiri dan ke kanan, dia mencari keberadaan Randy, yang dari tadi dia lihat hanya teman-teman Randy saja, dia tampak sangat gelisah dan berulang kali mengecek ponselnya.
"Kenapa sih Gee gelisah banget?" Tanya Zea yang memperhatikan Magika.
"Palingan gelisah nyariin kak Randy." Celetuk Vanilla.
Zea mengerutkan keningnya dan menoleh pada Magika. "Jadi sebenernya kamu tuh sama kak Randy apa Azzrafiq sih Gee?"
"Lebih jelas sama Kak Randy sih, ya kan Gee?" Tanya Vanilla meminta kepastian.
"Azzrafiq deh, dua hari yang lalu aku lihat mereka pegangan tangan keluar gedung perkuliahan." Ucap Zea kukuh.
"Apaan orang aku lihat kak Randy nyium Magika kok." Gerutu Vanilla.
Zea terkekeh. "Wah-wah ternyata kamu cewek multitalenta ya Gee, punya cowok dua hihihi."
Magika tak menghiraukan perkataan kedua temannya, pikirannya mulai kalut memikirkan Randy yang keberadaannya bak ditelan bumi, Magika berjalan meninggalkan Vanilla dan Zea.
"Mau kemana Gee?" Tanya Zea.
"Pipis, aku ke toilet dulu." Dusta Magika seraya melanjutkan langkahnya.
Magika berjalan menuju tempat dimana para panitia berkumpul, dia ingin tahu keberadaan Randy, kakak tingkatnya itu masih belum menampakkan batang hidungnya.
"Magika, akhirnya ketemu juga." Seru Reggy menghampiri Magika.
"Eh Kak Reggy." Sahut Magika.
"Oh ya lihat Randy gak? Dari tadi dia belum kesini dan gak bantuin yang lainnya." Tukas Reggy.
"Sama dari tadi juga aku nyariin dia, gak ada kabarnya seharian ini, aku kira sibuk jadi panitia."
Reggy tertawa kecil. "Malahan saya kira, dia lagi sama kamu, berkali-kali ditelepon, gak diangkat aja tuh anak."
"Jadi Kak Randy dari pagi gak ada di sini?" Tanya Magika khawatir.
Reggy menggelengkan kepalanya. "Aslinya euy saya juga nyariin dia, kemana ya?"
"Neangan si Randy Reg? (Nyariin Randy Reg)." Tanya kakak tingkat yang tidak diketahui namanya oleh Magika.
"Enya, si eta kamana sih? Eweuh kabar pisan (Iya, dia kemana sih, gak ada kabarnya sama sekali)." Reggy balik bertanya.
"Tadi urang ningali di gedung perkuliahan keur sorangan we di lorong teuing nanaonan (Tadi saya lihat di gedung perkuliahan, di lorong sendirian, gak tahu lagi apa)." Jelas temannya Reggy.
"Euh anggeur (Duh kebiasaan)" Kata Reggy.
Magika menghela nafasnya, akhirnya ada yang tahu keberadaan Randy. "Ya udah aku susul dia ke sana ya Kak Reggy."
"Tolong suruh ke sini ya Gee." Pinta Reggy.
Magika mengangguk lalu meninggalkan Reggy, dia berjalan menuju Gedung Perkuliahan, namun dia menghentikan langkahnya di depan Gedung, malam yang gelap membuat bangunan tampak menyeramkan, lampu Gedung masih mati dan tidak ada yang menyala satupun, dia jadi enggan untuk masuk ke sana.
Namun ketika melihat masih ada mahasiswa lainnya yang keluar-masuk Gedung, kayaknya tak seseram seperti yang Magika bayangkan, akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk dan mencari Randy, di dalam begitu gelap namun masih bisa terlihat.
Magika menyusuri lorong, dia berjalan menuju ruangan X-4 yang menyala di samping tangga, dia masuk ke dalamnya dengan perlahan, tak pernah dia sangka sebelumnya, dia melihat Randy sedang merengkuh di pelukan wanita lain.
Tiba-tiba saja kakinya terasa lemas seperti tak menapak, jantungnya berdetak lebih kencang, dan hatinya terasa sangat sakit, dia segera berbalik arah dan berlari keluar, ketika membuka pintu gedung hampir saja dirinya tersandung, lagi-lagi Azzrafiq berhasil menangkapnya.
Melihat Azzrafiq ada di hadapannya, seketika Magika memeluk lelaki itu sambil terengah-engah, lalu dia menangis dalam dekapannya.
Tak ingat dua hari yang lalu dirinya dan Azzrafiq sempat bertengkar di perpustakaan, Magika tak peduli, saat ini hanya pelukan Azzrafiq yang dia butuhkan.
Azzrafiq yang merasa bersalah karena bersikap ketus pada Magika, membiarkan wanita itu menangis di dadanya.
Walaupun tak mengerti apa yang terjadi pada Magika, namun Azzrafiq tetap diam, hingga gadis itu merasa tenang dan melepaskan pelukannya.
Magika menarik nafasnya mencoba menenangkan dirinya, lalu menarik tangan Azzrafiq untuk menjauhi gedung perkuliahan.
Azzrafiq masih membisu, dia hanya mengikuti kemana gadis itu membawanya, mereka terus berjalan untuk menjauhi gedung perkuliahan
Magika menghentikan langkahnya lalu menghela nafasnya. "Maaf ya Azz, tadi aku tiba-tiba meluk kamu."
Azzrafiq menghapus air mata Magika yang menggenang di matanya. "It's ok Gee, tapi apa yang terjadi sama kamu?"
Magika kembali menitikkan air matanya, dia masih tak mampu mengatakan apa yang telah dilihatnya, melihat Magika seperti itu, Azzrafiq kembali memeluknya.
Magika menumpahkan seluruh perasaannya saat ini dalam pelukan Azzrafiq, gadis itu menangis tersedu, Azzrafiq membelai rambutnya, dan mengelus punggungnya.
Belum mendapatkan jawaban dari Magika, Zea dan Vanilla menginterupsi keduanya yang tengah berpelukan.
"Magika, kenapa Fiq?" Tanya Vanilla khawatir.
Magika melepaskan pelukannya pada Azzrafiq, dia menghapus air matanya.
"Kamu kenapa Gee?" Tanya Zea yang turut khawatir.
"Tadi aku baru lihat penampakan di dalem gedung perkuliahan." Jawab Magika dengan suara parau.
"Beneran Gee?" Tanya Azzrafiq tak percaya.
Vanilla melihat ke arah Gedung Perkuliahan yang tampak sangat gelap, seketika dia langsung bergidik, karena jika dilihat di malam hari keadaan Gedung itu memang tampak menyeramkan, ditambah tak ada penerangan dari luarnya.
Zea yang melihat Magika dan Azzrafiq yang tadi berpelukan seketika terkekeh untuk mencairkan suasana.
"Ya gimana gak nampakin, kayaknya kalian berbuat sesuatu deh." Celetuk Zea.
"Apaan sih orang kita aja baru ketemu." Sahut Magika.
"Iya kita baru ketemu, dan aku juga heran tiba-tiba lihat Magika keluar gedung dengan wajah yang panik." Jelas Azzrafiq.
"Yakin Gee kamu lihat penampakan?" Tanya Vanilla memastikan.
Magika hanya mengangguk, dia bergeming sejenak ketika mengingat apa yang dilihatnya tadi, dia merasa sangat bodoh, mengapa juga harus mencari Randy sampai sekhawatir ini?
Sebelumnya dia tak pernah seperti ini mengirim pesan terlebih dahulu, bahkan sampai menelepon berkali-kali, selalu Randy yang mencarinya selama ini.
Seketika teringat kata-kata Azzrafiq, bahwa Randy tak sebaik yang dia kira bahkan Vanilla dan Zea sudah memperingatinya agar tidak terlalu percaya dengan kakak tingkatnya itu.
"Duh maaf nih Gee, bukannya aku gak peduli sama kamu, tapi cowok aku udah telepon terus, nanti aku hubungi kamu ya, bye semuanya." Kata Zea berpamitan meninggalkan teman-temannya.
Vanilla menatap Magika dan Azzrafiq bergantian, tadinya dia mencari Magika untuk mengajaknya pulang karena acara ngopi bareng Hukum Ekonomi tak seseru yang dibayangkannya.
"Yaaa jadi kacang lagi deh aku." Gerutu Vanilla yang kini bersama Magika dan Azzrafiq.
"Nill pulang yuk." Ajak Magika.
"Ayo!! Acaranya gak seru, tadinya juga aku mau ngajakin kamu pulang." Seru Vanilla.
Magika tersenyum simpul. "Ya udah kita pulang, Azz aku pulang duluan ya."
"Kamu yakin gak ada apa-apa?" Tanya Azzrafiq memastikan.
Magika mengangguk sambil berusaha tersenyum ditengah rasa sakit hatinya. "Iya, makasih ya Azz."
"Kapanpun kamu butuh aku, hubungi aja, hati-hati ya Gee, Nill tolong jagain Magika." Tukas Azzrafiq.
"Iyaaa, bye Azzrafiq kita duluan balik." Seru Vanilla berpamitan.
Magika dan Vanilla pulang, mereka berjalan menuju parkiran dimana scooter vespa Magika berada, Azzrafiq memperhatikan kedua wanita itu hingga tak terlihat lagi, ketika berbalik dia melihat Randy sedang berpegangan tangan dengan wanita lain, seketika dia mengerti apa yang terjadi pada Magika.
"Fiq, ngapain di sini? Acara nya kan di Fakultas." Seru Randy.
Azzrafiq menatap sinis Randy dan juga wanita yang digandeng oleh kakak tingkatnya itu, lalu meninggalkan keduanya tanpa berkata apapun.
Sepanjang jalan menuju parkiran Vanilla merasa Magika terlihat murung sepertinya apa yang dikatakan temannya itu ketika melihat penampakan di gedung perkuliahan hanya omong kosong belaka, pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Gee, siapa yang bikin kamu sedih kayak gini?" Tanya Vanilla.
"Aku lihat kak Randy pelukan sama cewek lain Nill." Ucap Magika dengan suara parau.
Magika menestekan air matanya, Vanilla langsung memeluknya dan turut merasakan kesedihan yang dialami temannya itu.
"Kamu yang kuat ya Gee, si Randy emang gak bisa dipercaya, awas aja kalo ketemu." Kecam Vanilla yang tak terima temannya dibuat sedih oleh Randy.
"Bener apa yang kamu sama Zea bilang aku harus hati-hati sama dia, tapi aku malah gak dengerin kalian." Sesal Magika sambil menangis dipelukan Vanilla.
"Sstt, udah yah jangan nangis lagi Gee, seenggaknya bisa jadi pembelajaran buat ke depannya supaya kamu lebih hati-hati lagi untuk dekat sama cowok, lagian si Kak Randy ganteng gak seberapa banyak gaya banget." Ujar Vanilla seraya menghapus air mata Magika.
Lalu mereka pulang meninggalkan kampus dengan hati yang terasa hampa. Magika yang patah hari karena Randy, dan Vanilla yang kecewa karena Mochtar tak hadir dalam acara.