Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewasa dan segala kerumitannya
Menjadi dewasa bukanlah perkara mudah bagi Delvia, selain harus mengobati lukanya sendiri, dia juga harus menjadi pelipur bagi sang mama. Belum genap satu jam Delvia meninggalkan Maya di kamar, karena merasa cemas Delvia kembali ke kamar mamanya seraya membawa segelas susu hangat. Kamar begitu gelap, Delvia lantas menyalakan lampu lalu menghampiri Maya yang masih berada di atas ranjang.
“Mah, Via bawa susu buat mama. Ayo bangun dulu sebentar mah, minum susunya, nanti baru tidur lagi,” Delvia berucap seraya meletakkan segelas susu di atas nakas. “Mah, bangun!” Delvia menepuk lengan Maya karena posisi Maya memunggunginya. Tak ada respons, Delvia lantas menarik pelan tubuh Maya. Namun yang terjadi selanjutnya membuat Delvia terbelalak, saat tubuh Maya terlentang, Delvia mendapati mulut Maya berbusa. “Mama,” teriaknya histeris.
Menangis? Tentu saja. Beruntung Delvia berhasil menguasai dirinya sendiri dan segera mencari pertolongan. Dengan bantuan asisten rumah tangganya, Delvia membawa Maya ke rumah sakit terdekat.
Dokter sedang melakukan tindakan, sementara itu Delvia hanya bisa menunggu dengan perasaan tak karuan. Dia benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk pada mamanya.
Puluhan menit terlewati, dokter akhirnya keluar dari ruang tindakan dan Delvia segera menghampirinya. “Bagaimana kondisi mama saya dok?” tanyanya cemas.
“Syukurlah, pasien berhasil melewati masa kritisnya. Kondisi pasien masih belum stabil, kami akan segera memindahkan pasien ke ruang rawat inap,” jawab dokter di sertai penjelasan singkat.
Delvia menghela nafas lega. “Terima kasih banyak dok!”
Helaan nafas berat keluar dari mulut Delvia, gadis itu menatap sendu sang mama yang masih terbaring di atas hospital bed. Wajah pucat Maya membuat Delvia prihatin, dia juga merasa bersalah karena mendesak Maya untuk menceraikan Benny.
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Delvia, gadis itu menoleh, menatap seorang wanita masuk ke dalam ruangan. “Kak Erika,” gumam Delvia seraya beranjak dari duduk.
“Apa yang terjadi?” tanya wanita bernama Erika itu dengan panik.
“Mama overdosis kak,” Delvia menjawab apa adanya.
“Masalah ayah lagi?” tebak Erika.
“Ya!”
Erika Ayumi, kakak kandung dan satu-satunya saudara yang Delvia miliki. Setelah Erika menikah dan tinggal bersama suaminya, Delvia merasa sangat kesepian dan tertekan tinggal di rumah orang tuanya. Meski demikian, Delvia tak pernah mengeluh pada Erika, dia tak ingin membebani kakaknya.
Keesokan paginya, Maya akhirnya membuka mata, wanita paruh baya itu kembali dari kematian. “Via,” panggilnya dengan suara memekik.
“Mama sudah bangun,” Delvia meraih tangan Maya, mengecupnya berkali-kali sebagai tanda rasa syukur.
“Mama dimana?”
“Mama di rumah sakit!”
“Kenapa mama masih hidup? Mama ingin mati saja!”
Ucapan Maya sontak membuat Delvia kecewa, gadis itu melepaskan tangan Maya dan menatap Maya dengan sorot marah. “Kematian bukan akhir dari segalanya mah! Kalau mama mati, tandanya mama kalah! Sudah, jangan banyak bicara dulu. Mama harus banyak istirahat. Sebentar lagi kak Erika datang!”
Saat Erika datang, Delvia izin keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Delvia duduk di bangku taman yang berada di sekitar rumah sakit, gadis itu memejamkan mata, menikmati angin yang berembus menerpa wajahnya. “Kenapa hidup serumit ini Tuhan?”
Dewasa dan segala kerumitannya. Wira juga sedang jengah menghadapi kelakuan sang mommy yang semakin di luar batasan. Hampir setiap hari Nila selalu menghubungi Wira dan membahas masalah perjodohan, padahal jelas-jelas Wira sudah menolak dengan tegas.
Penolakan Wira semakin membuat Nila curiga, Nila sampai menyewa seseorang untuk mengawasi keseharian sang putra.
Berbekal beberapa foto yang sedikit tak wajar, Nila mendatangi perusahaan tour&travel yang kini di kelola oleh Wira.
“Wira Diwangkara, jelaskan semua ini!” ucap Nila seraya melempar beberapa foto ke atas meja kerja Wira.
Wira menatap satu persatu foto tersebut, pria itu tiba-tiba melonggarkan dasinya karena merasa sesak. “Apa ini mom? Mommy diam-diam mengawasiku?” tanya Wira dengan tatapan marah.
“Jelaskan dulu apa maksud dari foto ini? Kecurigaan mommy tidak benar kan? Kamu normal kan?”
Bersusah payah Wira meneguk salivanya, pria itu tampak semakin gusar. "Tentu saja mom!"
"Buktikan kalau semua yang ada di foto itu tidak benar!"
"Bagaimana aku harus membuktikannya mom, semua itu tidak benar!"
"Menikahlah dan mommy akan percaya jika semua yang mommy lihat tidaklah benar!" Nila menatap putranya tajam, dia benar-benar berharap ketakutannya tidaklah benar.
"Menikah?"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan