Mengalami pelecehan bukan hal yang mudah untuk diterima, dunia Aya yang penuh semangat, seakan tiba tiba berhenti berputar.
"Aku akan memberi kompensasi untuk kejadian malam itu, berapa harga keperawanan mu, akan ku berikan berapapun yang kamu inginkan." Darren Alexander Geraldy.
"Jika aku menerima uangmu, sama halnya dengan aku menjual kehangatan tubuhku." Cahaya Dihyani.
Musibah datang silih berganti, menempa semangat hidup seorang Aya, yang akhirnya bersedia menerima takdir buruknya menjadi istri rahasia dari teman sekelas nya semasa SMU, demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hutang rentenir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#29
#29
Malam menjelang.
“Bu … Aya suapin yah?” Aya menawarkan jasa.
“Nggak usah, ibu bisa, kalian pergilah keluar beli makanan, biar gak suntuk juga di dalam ruangan terus.”
“Gampang bu, nanti Aya bisa pesan lewat online.”
“Iya bu, ini Darren pesan, ibu tenang tenang aja dan makan, trus minum obat, biar bisa segera pulang.”
“Iya … amin … nyak juga pengen cepet pulang, sudah kangen sama anak anak yang suka jajan di kantin.”
Aya sungguh terenyuh mendengar jawaban ibunya, bahkan di usianya kini sungguh terlihat jika nyak Leha tak ingin merepotkan anak anaknya, terbukti dengan besarnya keinginannya untuk terus berjualan di kantin sekolah.
“Em … bu … gimana kalau ibu pensiun aja, biar Aya yang kerja untuk ibu.”
Nyak Leha menggeleng, “Ibu gak mau jadi bebanmu nak, selagi ibu masih bernafas ibu akan terus bekerja.”
“Iyaa tapi tolong pikirkan kesehatan ibu, kata ibu mau lihat cucu cucu ibu.”
“Kamu sendiri, masih kuliah, kerja, masih juga memikirkan hidup ibu, gak perlu seperti itu, nikmati hidupmu, semoga pernikahan kalian bahagia,” harapan tulus itu begitu menyentuh hati, hingga Aya tak kuasa menahan air matanya, Aya pun memeluk tubuh ringkih nyak Leha.
Darren yang tak tahu harus berbuat apa, memilih keluar ruangan, sembari menunggu pesanan makanannya, sejenak menghirup udara segar, agak sedikit leluasa jika di malam hari, karena tak ada yang akan mengenali dirinya.
.
.
Malam semakin larut, ketika Darren terbangun karena tenggorokannya kering, ia menyambar air mineral yang ada di atas meja, sekilas melirik Aya yang tidur dalam posisi duduk sama seperti dirinya, tiba tiba ia melihat Nyak Leha bangun dan berusaha turun dari Brankar, Darren pun berdiri, ia berinisiatif menurunkan posisi brankar menjadi lebih rendah, Agar memudahkan mobilitas nyak Leha.
“Aku gendong ya bu?” Darren menawarkan jasa.
“Nggak usah, cuma ke toilet, nyak bisa.” Jawab nyak Leha tak ingin lagi merepotkan menantunya.
Karena nyak Leha menolak, maka Darren hanya memapah langkah kaki nyak Leha hingga pintu toilet, kemudian kembali ke sofa dan menutup tubuh Aya dengan jaketnya, kasihan juga sepertinya ia menggigil karena pendingin ruangan.
Darren kembali memapah langkah kaki nyak Leha usai ibu mertuanya tersebut menyelesaikan keperluannya di toilet.
“Nak … boleh nyak minta tolong?” ujar nyak Leha keika Darren hendak kembali ke sofa.
“Kalau Darren bisa, pasti akan Darren bantu nyak.” jawab Darren yang kemudian duduk di kursi kecil di samping brankar.
“Terima kasih karena mau bertanggung jawab atas diri Aya, melihat betapa kerasnya sifat Aya, nyak tebak ia pasti mati matian menolak menikah dengan mu.”
“Maaf nyak …” ucap Darren, sambil menganggukkan kepalanya.
“Manusia tak bisa membalik waktu, walau nyak marah dengan perbuatanmu, tapi nyak sangat menghargai keinginan mu, untuk bertanggung jawab atas Aya dan anak anak kalian.”
“Nak titip Aya ya nak? walau nyak yakin Aya bisa menjaga dirinya sendiri, tapi bukan tidak mungkin Danu akan mengulangi perbuatannya, dan bisa jadi Aya akan kembali berada dalam bahaya.”
“Tapi Aya gak mau tinggal di apartemen ku bu.” Curhat Darren memanfaatkan situasi. “Andai Aya mau tinggal di apartemen ku, akan lebih mudah menjaganya, karena sistem pengamanan di sana sudah sangat canggih.”
“Nyak ngerti, ia pasti masih terus berusaha berdamai dengan keadaannya saat ini, besok akan nyak coba bicara dengannya.”
“Makasih nyak …” jawab Darren bahagia, ia sudah membayangkan tak akan ada lagi rasa mual dan pusing yang melanda nya tiap bangun pagi.
“Oh iya satu lagi, nyak ini kan cuma tamatan SD, gak tahu apa apa soal menyimpan dokumen, apa kamu tahu dimana tempat aman menyimpan sertfikat?” tanya Nyak Leha. “Rumah itu sudah menjadi harta bersama kalian, setelah kemarin kamu menebusnya dari bos Johan, kalau nyak yang simpen, nanti Danu ambil lagi.”
“Tenang nyak, urusan menyimpan dokumen serahkan padaku, aku akan titipkan ke pengacara, jika sudah saatnya akan ku berikan pada Aya, dan satu lagi, rumah itu bukan harta bersama, melainkan mahar yang kuberikan pada Aya, artinya Darren gak berhak atas rumah itu nyak,”
Nyak leha mengangguk lega, “Apa aja lah terserah kalian, nyak percayakan padamu yah?”, Entah kenapa nyak Leha begitu percaya pada menantunya tersebut, mungkin karena lelaki ini adalah lelaki yang sering ia sebut dalam doa doanya sebagai lelaki yang ia inginkan sebagai pendamping Aya, tapi entah kenapa jalannya harus seperti ini, atau mungkin Tuhan hendak menunjukkan bahwa sebuah kesulitan itu datang bersamaan dengan kemudahan.
.
.
Keesokan paginya, Dion datang menjemput Darren langsung di rumah sakit, karena selama dua hari penuh bersama Aya, maka pagi ini, Darren merasa tubuhnya baik baik saja, jadi ia bisa memulai aktivitasnya tanpa hambatan berarti.
sementara Aya masih menemani nyak Leha di ruang perawatannya, terpaksa izin karena tak ada keluarga lagi yang bisa ia mintai tolong untuk menjaga sang ibu.
“Ibu merepotkan mu yah?”
“Nggak bu.” Jawab Aya.
“Kan kamu jadi bolos kuliah.”
Aya tersenyum, sebulan belakangan memang banyak sekali masalah yang datang silih berganti, baru beberapa minggu tenang menjalankan kehidupan normalnya, kini Aya kembali ditimpa musibah, haruskah ia mengajukan cuti dulu.
“Nggak bolos bu, tapi izin, gak masalah … nanti Aya pinjem catatan Chery, Lagi pula perawat bilang kondisi ibu sudah stabil, mungkin besok ibu bisa pulang.”
“Iya… semoga yah, ibu kangen rumpi sama mpok mumun…" Balas nyak Leha sumringah.
Sepanjang hari itu nyak Leha terlihat lebih segar, banyak tertawa, dan banyak berceloteh, menceritakan apa saja selama tak berjumpa dengan Aya, dan Aya pun senang karena nyak Leha terlihat lebih sehat di banding hari sebelumnya.
Malam hari nya Aya menemani nyak Leha di samping brankar hingga wanita baya tersebut lelap menjemput mimpi, Aya bisa bernafas lega karena dokter pun sudah mengizinkan nyak Leha pulang esok hari, Aya tak ingin berhutang lebih banyak lagi pada Darren.
Dan saatnya Aya beristirahat, penat dan lelah baru mulai terasa, karena Sepanjang hari ia tak ingin terlihat lelah di depan ibunya, di usapnya anak anak yang bersemayang di dalam perutnya yang masih datar, tanpa Aya sadari, kini Aya mulai menyayangi kedua nyawa yang Tuhan titipkan didalam rahimnya, Aya sungguh menyesal pernah berniat menyingkirkan anak anaknya sendiri, hingga tanpa terasa Aya terlelap dalam posisi duduk bersandar.
Lewat tengah malam Darren tiba kembali di rumah sakit, sebenarnya Dion sudah menyarankannya untuk istirahat di apartemen, tapi pria itu tak mau, lebih baik menginap di rumah sakit, bertahan dengan segala ketidaknyamanan, daripada esok hari ia tak bisa beraktivitas.
Tapi sialnya, Aya membuka mata ketika Darren baru saja menyandarkan tubuh lelahnya di sandaran sofa.
secara reflek, Aya duduk tegak dan menyorot tajam, “Mau apa kamu disini?” tanya nya .
“Suamimu baru pulang kerja, tak bisakah kamu membuatnya tenang beristirahat.”
“Itu hanya untuk suami normal, sedangkan kamu suami tak normal yang harus dirahasiakan.”
Darren cukup lelah hari ini, Sutradara benar benar menguras habis tenaganya, tak tanggung tanggung lima adegan laga sekaligus untuk pengambilan gambar hari ini, dan kini disaat tulang belulangnya nyaris patah, tak ada sambutan manis dari istrinya, ditambah lagi Darren sedang kesal karena siang tadi Cyrus terang terangan menanyakan perihal Aya, serta ada hubungan apa dirinya dengan Aya, hal itu pula yang membuat Darren semakin tersulut amarah, entah kenapa dirinya harus marah disaat Cyrus menanyakan tentang Aya.
“Kamu tak berhak mengatur hendak dimana aku berada, lagipula kamar ini, serta biaya perawatan ibumu, sudah aku masukkan ke tagihan kartu kreditku, seharusnya kamu tahu diri, setidaknya tunjukan rasa terima kasihmu, bukannya mengusirku.”
.
.
Yang belum like? Plis tolong di like 😊
Komen? Bebas asal sopan, othor terbuka untuk kritik dan saran juga kok 🥰
Vote? Seikhlas dan ridho nya kalian 🤗
Terima kasih 🙏
💙