(Sequel of Cinta Gavesha)
Chandra Arlando hampir lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Karena rasa sakit akibat pengkhianatan dari sang kekasih, nampaknya begitu sulit untuk disembuhkan. Semenjak saat itu Chandra memilih untuk menutup hatinya pada wanita siapapun. Hingga suatu saat ia mengenal Gavesha, namun sayang gadis itu mencintai Sagara sahabatnya.
Chandra merasa frustasi, cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Sampai ia berpikir kalau Tuhan tidak mengizinkannya untuk jatuh cinta. Sampai pada akhirnya, Chandra dipertemukan dengan Gricella. Gadis angkuh dan sombong yang nyatanya akan menjadi rekan bisnisnya.
Seiringnya waktu, benih-benih cinta dalam diri Gricella terhadap Chandra pun tumbuh. Chandra pun tahu bahwa gadis itu mencintainya, namun karena kehadiran cinta dari masa lalu Chandra membuat Gricella terluka. Akankah Chandra meminta maaf pada Gricella dan menerima cinta gadis itu? Ataukah Chandra kembali pada cinta lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Hyungsik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikapmu Yang Membingungkan
Senja pun tiba, keduanya masih terpaku menatap keindahan langit dengan sunset yang menunjukkan keindahannya. Tidak ada suara di antara keduanya, baik Chandra maupun Gricella memilih sama-sama diam.
Senja pun berganti malam, mereka masih betah duduk berdua menikmati semilir angin pantai. Tak lama keduanya merasakan perut yang meminta untuk segera diisi makanan. Chandra bangun dari posisi duduknya sambil mengibaskan celana panjangnya yang terkena pasir.
"Lebih baik kita cari restoran, aku tahu kamu pun juga sudah lapar." ujar Chandra.
Gricella pun ikut berdiri dan mengangguk, tidak dipungkiri kalau memang saat ini gadis itu sangat lapar. Kali ini Gricella itu nampak diam saja, dan mengikuti langkah Chandra. Gricella sengaja berjalan di belakang Chandra, ia tidak ingin membuat pria itu merasa risih dengan keberadaannya yang terlalu dekat dengan pria itu.
Chandra menoleh dan mengerutkan dahinya saat menyadari kalau sejak tadi Gricella berjalan di belakangnya. Chandra menghela nafasnya, dan menghentikan langkahnya. Membuat Gricella mengerutkan dahinya.
"Ada apa?" tanya gadis itu yang kebingungan.
"Jalanlah di sebelahku, kamu ini seperti buntut saja yang selalu ada di belakang." dengus Chandra
Gricella cukup tercengang mendengar ucapan Chandra. "Eh, i-iya."
Perlahan gadis itu pun menggeser ke sisi kanan Chandra, dan mereka kembali berjalan menuju sebuah restoran cepat saji. Keduanya pun telah sampai, mereka berdiri di depan kasir dan memilih menu makanan yang mereka inginkan. Saat hendak membayar, terlebih cepat Gricella menyodorkan uang cash pada kasir tersebut. Namun dengan cepat Chandra menarik tangan Gricella dan mencegah gadis itu.
"Biar aku saja!" ujar Chandra.
"T-tapi.."
"Masukkan kembali uangmu," titah Chandra yang memotong ucapan Gricella dengan cepat.
"Mmm, baiklah!" jawab Gricella seraya memasukkan kembali uangnya.
Keduanya pun membawa pesanan mereka dan duduk di kursi yang dekat dengan jendela. Keduanya pun sama-sama menikmati makan malam mereka. Tapi kali ini tidak ada obrolan sama sekali diantara mereka.
Chandra sering mencuri lirik ke arah Gricella yang sedang menikmati makanannya. Ia sempat mengernyitkan keningnya karena baru menyadari kalau gadis itu sejak tadi hanya diam saja.
"Tidak biasanya, aneh!" gumam Chandra dalam hatinya.
Waktu terus berlalu, tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tapi mereka masih betah di pantai itu, padahal tidak ada yang mereka lakukan. Bahkan mereka lebih banyak diam dan tidak berbincang apapun. Hanya duduk di tempat yang cukup nyaman bagi mereka sambil menyesap kopi dan cemilan keduanya.
"Ini sudah malam, sebaiknya kamu aku antar pulang." ujar Chandra.
Gricella pun langsung menoleh ke arah Chandra. "Eum, nanti antarkan aku ke restoran saja. Karena mobilku ada di sana," jawab Gricella.
Chandra nampak melirik, lalu ia melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Jika aku mengantar ke restoranmu, pasti tempat itu sudah tutup. Kunci mobilnya ada dimana?" tanya Chandra.
Kali ini Gricella yang terlihat berpikir, lalu ia pun menepuk keningnya. "Aku lupa, kuncinya ada di meja kerjaku!" lirih Gricella.
Chandra tersenyum tipis. "Minta tolong lah sama orang rumah untuk mengambil mobilmu dan membawanya pulang. Aku akan mengantarkanmu sampai rumah," ujar Chandra.
"Oh, baiklah!" jawab Gricella tak menolak.
Terlihat gadis itu menghubingi salah satu orang rumah, Gricella mengatakan apa yang tadi diminta Chandra.
"Tolong nanti Mang Ujang antarkan ke apartemenku saja, kuncinya di titipkan saja di meja resepsionis!" ucap Gricella dalam sambungan telepon tersebut.
Chandra yang mencuri dengar sempat mengernyitkan dahinya, ketika gadis itu mengatakan apartemennya. Gricella pun mengakhiri sambungan teleponnya.
"Kamu akan pulang ke apartemen, bukan ke rumahmu?" tanya Chandra dengan alis terangkat satu.
Gricella mengangguk pelan dan tersenyum tipis. "Iya, sudah satu minggu aku tinggal di apartemen." jawabnya.
"Kenapa kamu tinggal di apartemen, apakah kamu sedang ada masalah?" tanya Chandra lagi.
Gricella menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak ada! Hanya saja memang aku sedang rindu dengan apartemenku. Sudah lama sekali aku tidak tinggal disana. Lagipula apartemenku dekat dengan restoran, tidak dengan rumah utama." jawab Gricella yang dibalas anggukan oleh Chandra.
"Kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke apartemen. Kamu tunjukkan saja jalannya," ucap Chandra.
"Iya,"
Chandra dan Gricella pun akhirnya meninggalkan pantai itu. Kini mereka telah berada di area parkir, namun sebelum mereka benar-benar pergi dari sana. Tiba-tiba saja apa yang dilakukan Chandra mampu membuat tubuh Gricella membeku, saat Chandra menyampirkan jaket yang sejak tadi digunakan oleh pria itu.
"Pakailah! Aku tidak ingin tiba-tiba kamu sakit dan itu karena aku yang mengajakmu ke pantai," ucap Chandra dengan lembut.
Gricella tak menjawab, degup jantungnya memompa begitu cepat. Chandra tersenyum saat melihat penampilan Gricella saat memakai jaket miliknya. Terlihat begitu kebesaran dengan tubuh Gricella yang mungil. Tanpa sadar Chandra merasa begitu gemas dengan penampilan gadis itu saat ini.
"Terima kasih!" ucap Gricella.
"Hemm," sahut Chandra agak gugup.
Chandra segera menggelengkan kepalanya dan memilih untuk langsung menaiki motornya. Setelah Gricella naik, pria itu pun segera menancapkan gasnya dan meninggalkan area parkir pantai tersebut.
Selama diperjalanan, Gricella tidak memeluk pinggang Chandra seperti tadi siang saat mereka baru saja berangkat. Saat berada di lampu merah, tiba-tiba saja Chandra menarik tangan gadis itu dan melilitkannya di pinggang pria itu.
"Udara malam semakin dingin. Sebaiknya kamu mempererat pegangannya, aku juga akan sedikit ngebut saat mengendarai motor!" ujar Chandra seperti sebuah peringatan.
Tentu apa yang dilakukan oleh Chandra membuat Gricella terkejut dan cukup mampu membuat tubuhnya sedikit tegang. Bahkan gadis itu sedikit bingung dengan sikap Chandra.
"Ada apa dengannya? Bukankah tadi dia mengatakan kalau tidak ingin aku peluk saat berkendara? Bahkan tadi siang dia memintaku untuk berpegangan pada bagian belakang jok motor," keluh Gricella dalam hatinya.
"Sikapnya membuat aku bingung. Tapi, ini benar-benar sangat nyaman. Rasanya aku tidak ingin jauh darimu, Chan," gadis itu kembali berucap di dalam hatinya.
Chandra membuktikan perkataannya, pria itu begitu kencang melajukan kendaraannya. Beruntung jalan raya tidak terlalu ramai, udara malam hari pun cukup dingin. Gricella kembali mengeratkan pelukannya, ia juga sangat mengkhawatirkan keadaan Chandra yang tidak menggunakan jaket.
Selang beberapa jam berlalu, akhirnya mereka tiba di depan sebuah apartemen. Chandra menurunkan Gricella di depan lobi apartemen.
"Terima kasih, kamu mau mampir dulu ke dalam?" ujar Gricella seraya bertanya.
Chandra menggelengkan kepalanya. "Tidak. Ini sudah larut malam, sebaiknya kamu masuk dan beristirahatlah!" jawab Chandra.
Gricella mengangguk sambil tersenyum, dan Chandra pun kembali melajukan kendaraannya.
Gricella menatap penuh arti ke arah punggung Chandra yang sudah menjauh. Namun gadis itu tersadar kalau jaket milik Chandra masih menempel di tubuhnya.
"Ya, ampun! Bahkan aku lupa mengembalikan jaketnya. Sebaiknya aku segera menghubunginya, siapa tahu dia masih dekat."
Gricella pun segera merogoh ponselnya yang ada di dalam tasnya. Gricella segera mencari kontak nama Chandra dan setelahnya ia segera menghubungi pria itu.
Suara nada sambing pun berbunyi, namun sayangnya Chandra tidak mengangkat panggilan dari Gricella. Gadis itu menghela nafas gusarnya, tidak lama ia pun masuk ke dalam apartemen sambil terus mencoba menghubungi Chandra.
Saat Gricella sudah berada di depan unit apartemennya, Chandra akhirnya menerima panggilan telepon dari gadis itu.
"Ah, syukurlah kamu menerima panggilan telepon dariku. Kamu sudah sampai dimana?" tanya Gricella tanpa mengucap salam.
"Aku baru saja masuk ke minimarket. Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Chandra berada di sambungan telepon tersebut.
"Eum, itu… jaketmu, aku lupa mengembalikannya kepadamu." ujar Gricella seraya masuk ke dalam unitnya.
"Oh, itu. Tidak apa, kapan-kapan saja aku ambil. Aku tidak mungkin balik ke apartemenmu, karena aku sudah cukup jauh." jawab Chandra.
"Mmm, baiklah! Tapi…"