My Possessive Love

Rajendra baru saja bangun dari tidurnya, tapi ia tak mendapati keberadaan Chiara di sampingnya. Pria itu pun keluar dari kamar dan mencari keberadaan istrinya itu. Ia pikir, Chiara sedang memasak sarapan untuk mereka. Namun, ia justru melihat wanita cantik itu tengah mengg0s0k telapak sepatu.

"Kamu ngapain?" Tanya Rajendra heran.

Chiara menoleh sebentar sebelum melanjutkan kegiatannya, "Bersihin sepatu, aku gak buat sarapan, gak mood." Balasan Chiara menambah kebingungan Rajendra.

"Ha? Ya kalau bersihin sepatu kenapa telapaknya aja? Ini lagi, sikat gigi aku yang kamu pake buat bersihin sepatu?!" Rajendra tak habis pikir dengan tingkah istrinya sepagi ini.

"Kenapa? Gak boleh? Aku maunya pake sikat gigi kamu, lagian juga udah kotor."

"Mana ada kotor Saay! Itu loh baru aku ganti kemarin!" Rajendra yang rutin mengganti sikat giginya setiap minggu meng4nga mendengar Chiara mengatakan sikat giginya kotor. Bahkan, memakai sikat gigi lebih dari satu minggu tanpa menggantinya saja Rajendra tidak mau. Bagaimana sikat gigi umur seminggu bisa kotor?

"Ya aku lihatnya kotor kok! Udah sih, kamu lanjut tidur aja. Jangan buat aku kesal pagi-pagi! Jangan ikut si Mela, buat aku kesal! Ucap Chiara dan melanjutkan kegiatannya.

Mendengar nama Mela, Rajendra mengerutkan keningnya dalam. "Mela? Siapa Mela?" Bingungnya.

"Burung!" Ucap Chiara asal

Mendengar itu, Rajendra langung menutup asetnya. Tak ada senyum di wajahnya, hanya raut wajah pias yang dapat ia tampilkan. "Me-Mela? Sayang, tolonglah jangan sembarangan ngasih nama. Aku gak ...,"

"Burung peliharaan tetangga sebelah, beriisiiiik banget. Ngoceh aja dari pagi gak ada berhenti. Udah tahu burungnya beo, di pelihara. Udah setres, tambah setres." Gerutu Chiara yang merubah raut wajah Rajendra.

Dirinya pikir, burung yang di maksud lain. Ternyata memang hewan milik tetangga mereka yang suka sekali mengoleksi burung.

"Namanya juga hidup bertetangga sayang, biarkan saja." Ucap Rajendra yang mana membuat Chiara menghentikan kegiatannya. Wanita itu tiba-tiba beranjak berdiri dan menatap Rajendra dengan tatapan kesal.

"Kok kamu lebih belain burung itu dari pada aku sih? Yang kasih kamu makan aku, yang beresin rumah aku, yang buatin kamu kopi aku, yang kasih jatah kamu aku! Kenapa yang di belain tuh burung sih!"

Rajendra tercengang, apa dirinya salah bicara tadi? Kenapa istrinya sensitif itu? Ayolah, Rajendra hanya mengarakan hal sederhana saja. Kenapa justru menjadi masalah?

"Sayang, aku ...,"

"Minta jatah aja sama burung sana!" Chiara berlalu pergi, meninggalkan Rajendra yang meng4nga atas ucapannya.

"GIMANA KONSEPNYA SAYAAANG!"

"KONSEPIN SENDIRI!"

Rajendra menepuk keningnya, ia menghela nafas kasar sembari memikirkan apa yang terjadi dengan istrinya.

"Udah semalem ngambek karena Mama dan Papa pulang sebelum pagi, sekarang sepatu di sikat tapi telapaknya doang, terus burung lagi, hais ... kejed0t kelapa kayaknya kepalanya dia." Gumam Rajendra.

Rajendra berangkat ke bengkelnya dengan raut wajah lesu, ia masih di diamkan oleh istrinya perkara burung tadi. Melihat raut wajah bosnya terlihat lesu, Ben pun menepuk bahunya keras.

"Bos! Lagi ada tagihan kah?" Tanya Ben secara tiba-tiba.

"Enggak ada, lagi di cuekin istri aja. Kayak, ada ajaa gitu salahnya. Nanya doang masalahnya melebar." Lirih Rajendra.

Ben mengerutkan keningnya mendengar itu, "Masa sih bos? Pengantin belum setahun masa udah berantem. Mungkin, istri bos bosan kali." Celetuk Ben.

"Bosan di rumah?" Tanya Rajendra dengan kening mengerut dalam.

Ben tersenyum lebar, "Bosan punya suami."

"Kamuuu!"

"Ampun Bos!"

Rajendra tiba-tiba mendapat notifikasi sari ponselnya, ia melihat pergerakan Chiara kekuar rumah di jam ini. Rajendra mengetahuinya sebab ia menautkan aakunnya dengan akun milik Chiara. Sehingga, ia dapat mengetahii istrinya itu keluar rumah.

"Mau ke mana Chia." Guman Rajendra. Ben pun mencuri pandang melihat pergerakan Chiara di sebuah maps.

"Waaah, cari suami baru tuh!"

"Diamlah!" Rajendra mendelik sinis, ia lalu beranjak pergi dan akan berniat menyusul istrinya. Tak peduli, dengan Ben yang menertawainya. Ucapan Ben ternyata sangat mempengaruhi keadaannya saat ini.

"Awas aja kalau sampai ketemuan sama si tepung terigu kuutuan itu!" Gerutu Rajendra dan melajukan motornya pergi.

Ia mengikuti kemana arah Chiara pergi, tanpa sadar kemana tujuan istrinya itu. Saat memasuki jalanan yang dirinya hafal, Rajendra mengerutkan keningnya. Tepat di saat itu, ia melihat taksi yang di tumpangi istrinya masik ke dalam sebuah gerbang. Dirinya pun ikut melaju di belakang mobil, sampai terhenti di depan pintu utama.

"Sampai juga!" Seru Chiara dengan senyuman mengembang. Di pelukan wanita itu terdapat baskom yang entah isinya apa.

"Loh, Abang?!" Chiara terkejut melihat kehadiran suaminya. Wanita itu reflek meng4nga melihat Rajendra datang menghampirinya dengan helm yang masih terpasang di kepalanya.

"Abang ngapain kesini juga?" Tanya Chiara heran.

"Lah kamu sendiri, ngapain kesini?" Rajendra tak mau istrinya tahu jika dia melacak keberadaan wanita itu.

Chiara menunjukkan baskom berisikan beras yang ia bawa. "Mau cuci beras di dapur Mami." Ucapnya dengan tatapan polos.

Rajendra menunduk, menatap beras di baskom berwarna merah muda ukuran sedang itu. "Cuci beras? Emang air di rumah enggak ada?" Herannya.

Chiara menggeleng, ia kembali menarik baskom nya seraya tersenyum lebar. "Ada sih, cuman aku lebih suka nyuci beras di dapurnya Mami! Abang mau langsung pulang atau nunggu aku dulu?"

Rajendra mengg4ruk helmnya, ia lupa belum melepasnya. Pria itu pun lalu melepas helmnya sebelum menjawab pertanyaan istrinya.

"Tungguin kamu deh, kita pulang bareng." Balas Rajendra.

Chiara mengangguk riang, ia masuk ke dalam rumah meninggalkan Rajendra yang masih terbengong dengan tingkahnya. Saat Chiara masuk, kebetulan Kaisar juga ingin keluar. Ia sudah menenteng helm kebanggaannya dan mendekati Rajendra yang sedang kebingungan.

"Ngapain Bang?" Tanya Kaisar.

Rajendra menggeleng, barulah ia menatap Kaisar. "Kai, sepertinya kakakmu itu kerasukan deh."

"Heh!"

________

Masih pada nunggu kaaaah😆