Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29 - Main Di Samping Teman
Elang terkekeh mendengar perkataan Widy. Dia segera menjawab, "Tentu saja aku tahu alasannya. Pasti karena uang kan? Alasan kau memacariku juga karena uang kan?"
Widy memutar bola mata malas. Dia berbalik menghadap Elang yang masih dalam posisi membelakangi.
"Sok tahu! Kau mana tahu apa yang kurasakan!" balas Widy sembari beringsut lebih dekat dengan Elang. Perlahan tangannya melingkar ke perut cowok tersebut. Bahkan nekat masuk ke balik baju.
Elang yang bisa merasakan, menatap tangan nakal Widy. Tangan lentik itu kini turun semakin ke bawah. Membuka pengait celana jeans Elang.
Elang diam saja dan membiarkan Widy. Sampai cewek itu berhasil menyentuh organ intimnya.
Sambil melakukannya, Widy memejamkan mata. Dia berpura-pura tidur.
Elang memegangi tangan Widy. Menghentikan pergerakan cewek itu. Dia lalu memposisikan diri ke atas badan Widy. Membelenggu kedua tangan perempuan yang sekarang sudah menjadi mantan kekasih.
Mata Widy terbuka lebar. Wajah tampan Elang menyambutnya.
"Bukan kah kau baru saja bicara tentang harkat martabat perempuan?" timpal Elang.
"Aku hanya--" ucapan Widy terpotong karena Elang membekap bibirnya dengan ciuman. Sebagai lelaki, dia tentu tak bisa menahan godaan yang diberikan Widy tadi.
Alhasil Widy dan Elang berciuman panas. Sekarang tangan Elang yang jadi nakal. Tangan cowok itu menyingkap rok mini yang dikenakan Widy.
Sambil terus berpagutan bibir, Widy melepas kancing kemeja Elang. Hingga cowok tersebut melepas kemeja dari tubuhnya. Badan atletis yang disukai Widy itu terpampang nyata.
Suara kecup mengecup memecah kesunyian. Keduanya tenggelam dalam nafsu dan tak peduli dengan hubungan yang telah berakhir.
Elang dengan lihai mellumat bibir Widy. Itulah yang disukai Widy dari cowok tersebut. Elang sangat hebat bermain di ranjang.
Puas mencium bibir, Elang melepas baju dan bra Widy sampai tak tertutupi lagi. Ia kemudian mulai mencumbu dada cewek itu.
"Eumh..." Widy melenguh pelan. Matanya tak sengaja melihat Gusti yang sejak tadi telentang di sebelahnya dan Elang.
Widy lantas terkekeh. "Sial... Aku lupa kalau ada Gusti di sini..." lirihnya.
"Biarkan saja. Dia sedang tidak sadar..." sahut Elang yang telah terbakar gairah. Dia terlihat sibuk memainkan lidahnya di antara kedua kaki Widy.
"Akh!" Widy reflek mengerang. Dia semakin sering mengerang tatkala Elang melakukan penyatuan. Kini keduanya sama-sama tak mengenakan satu helai benang pun.
Elang memberi hentakan yang terus membuat tubuh Widy menggelinjang hebat. Ranjang bahkan dibuat berdecit oleh mereka.
"Kau seharusnya tidak menggodaku..." tukas Elang sambil terus melakukan pergerakan di atas badan Widy.
"Kau sendiri mudah sekali digoda..." ucap Widy di sela-sela dessahannya.
"Hmmmh..." terdengar gumaman dari Gusti. Cowok itu juga terlihat bergerak mengucek matanya.
Elang dan Widy reflek menatap Gusti. Keduanya mematung sejenak. Sampai memastikan Gusti terbangun atau tidak.
"Aduh... Kepalaku..." gumam Gusti lagi seraya memegangi kepala. Lalu memutar tubuhnya menghadap Elang dan Widy. Meskipun begitu, matanya masih terpejam.
"Apa kita berhenti saja?" bisik Widy.
Elang tak menjawab. Dia justru kembali memaju mundurkan pinggulnya.
"Akh! Akh--" Widy sontak melenguh kembali. Saat itulah Elang sigap membekap mulut Widy dengan tangan.
"Arghh! Bisa diam nggak sih?!" Gusti tiba-tiba bicara begitu. Sepertinya pergerakan ranjanglah yang membuatnya terganggu.
Tanpa diduga, Gusti merubah posisi menjadi duduk. Mata Widy sontak membulat sempurna. Sementara Elang terpaksa berhenti sejenak.