Jiang Xia Yan merupakan putri bungsu dari seorang jenderal perang pada masa kekaisaran Ming Qi adalah wanita bodoh yang jatuh cinta dengan pangeran kedua Ming Shin yang pada akhirnya mati mengenaskan atas nama cinta.
Bukan hanya mati ditangan suaminya sendiri, Jiang Xia Yan juga menyebabkan Klan Jiang musnah ditangan Ming Shin.
Padahal Jiang Xia Yan sudah berkorban banyak untuk Ming Shin hingga bisa membuat lelaki yang sangat dicintainya itu bisa menjadi kaisar Ming setelah berhasil menggulingkam kekauasaan sang ayah.
Jiang Xia Yan mati dengan dendam yang mendalam....
Pada saat yang sama, ada seorang CEO wanita yang berhati dingin dan kejam bernama Agatha Wein yang juga mati mengenaskan ditangan sekelompok lelaki yang cintanya ditolak dengan kasar olehnya.
Agatha diberi kesempatan hidup didalam raga Jiang Xia Yan....
Mampukah Agatha bertahan hidup & membalaskan dendam Jiang Xia Yan?
Bisakah Agatha menemukan cinta dijaman kuno ini dan membuat hatinya yang dingin menjadi hangat ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBUNGKAM MULUT SEMUA ORANG
Mendengar Jiang Xia Yan menantangnya balik, meski binggung dan takut tapi pantang bagi Lin Hao untuk menjilat ludahnya kembali.
Diapun mulai berpikir kembali, apa yang dikatakan oleh Jiang Xia Yan benar adanya. Dalam tantangan memanah satu sama lain, orang yang berada dalam bahaya adalah dirinya, bukan gadis itu.
Siapapun sangat tahu jika gadis bodoh itu tak memiliki ketrampilan apapun dan baru menunjukkan kemampuannya dalam memanah hari ini.
Nilai sempurna yang didapatkan hari ini bisa jadi hanya sebuah factor keberuntungan semata bukan karena dia hebat.
Jika nanti panah Jiang Xia Yan meleset dan mengenai kepalanya, semua orang pasti tak akan menyalahkannya.
Tapi jika itu dia, semua orang pasti akan merasa ada factor kesengajaan yang kuat dari dirinya untuk melakukan hal itu dan tidak akan ada satu orangpun yang percaya jika dirinya tak sengaja, melihat bagaimana sempurnanya dia dalam setiap pelajaran memanah.
Pada awalnya, Lin Hao hanya ingin mengertak Jiang Xai yan saja dan berpikir dengan sangat sederhana jika gadis itu akan ketakutan dan memohon kepadanya untuk membatalkan peraturan tambahan tersebut dengan berderai air mata.
Lin Hao berpikir, jika dia bisa mempermainkan Jiang Xia Yan seperti itu, selain bisa membalaskan dendamnya dia juga bisa membuat Jiang Xialun tersenyum setelah kegagalan yang diterimanya selama ujian karena dia sangat tahu jika gadis yang sangat disukainya itu tak menyukai adik ketiganya.
Tapi, Lin Hao lupa, jika Jiang Xia Yan yang sekarang bukanlah Jiag Xia Yan yang dulu, seorang gadis bodoh yang mengecut.
Dia sama sekali tak menyangka jika reaksi Jiang Xia Yan akan seperti ini. Gadis itu bahkan sekarang menatapnya dengan sangat tenang, tanpa ada riak kekhawatiran sedikitpun disana.
Melihat sikap tenang Jiang Xia Yan, darah dalam tubuh Lin Hao pun mulai mendidih. Apalagi tatapan mengejek yang diberikan oleh gadis itu membuatnya langsung berucap tanpa lagi berpikir.
“ Kenapa harus mudnur.. Jika kamu menginginkan perjanjian hidup dan mati, mari kita lakukan….”, ucap Lin Hao lantang.
Karena kedua belah pihak dan keluarga kekaisaran sudah setuju, sang pengawas ujian pun segera menulis perjanjian untuk kedua belah pihak dengan keempat pangeran sebagai saksi.
Begitu Lin Hao menyanggupi kesepakatan itu, wajah tuan besar Lin langsung menggelap dan aura membunuh begitu kentara disana.
Lin Tong cukup senang karena adik tiri nya yang bodoh itu membuat keputusan yang salah dan berharap agar Lin Hao membuat Jiang Xia Yan mati atau setidaknya dalam bahaya sehingga ada alasan bagi keluarga Lin untuk mendepaknya keluar.
Siapapun tidak akan berani memprovokasi Jiang Shing. Tapi kali ini, seorang anak ingusan berani melakukannya dengan menggunakan putri kesayangannya sebagai target.
Persiapan dipanggung telah usai dan surat perjanjianpun telah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan patra saksi.
Meski para guru berat untuk melaksanakan ujian tambahan ini, tapi karena keluarga kekaisaran juga sudah menyetujui, merekapun tak bisa berbuat apa – apa.
Pada saat mengambil busur dan panah, Lin Hao sengaja mendekati Jiang Xia Yan dan membisikkan kata bernada provokasi kepadanya.
“ Jiang Xia Yan…”
“ Apakah kamu tidak takut tembakanku akan menyimpang didalam ronde pertama dan membuatmu mati…. ”
“ Jika aku jadi kamu, aku akan merasa sangat takut….”, bisik Lin Hao dengan senyum mengejek.
Jiang Xia Yan yang baru saja mengambil buah apel langsung berbalik ketiga mendengar bisikan provokatif yang diucapkan oleh Lin Hao kepadanya.
“ Seperti yang aku katakan sebelumnya. Semua orang sangat tahu jika kemampuan memanahmu sangat luar biasa…”
“ Jika panahmu di ronde pertama meleset, semua orang pasti berpikir kamu sengaja melakukannya…”
“ Dan dapat diartikan sejak awal kamu menantangku hanya untuk membunuhku….”
“ Tapi….”
“ Jika itu aku yang melakukannya, semua orang akan merasa maklum karena aku tidak terlalu mahir dalam hal memanah…”
“ Bahkan kedua orang tuaku dan semua keluarga Jiang tidak pernah melihatku memegang busur panah apalagi memiliki kemampuan memanah….” , ucap Jiang Xia Yan dengan smirk devilnya.
Tubuh Lin Hao langsung membeku seketika setelah mendengar bisikan Jiang Xia Yan dan membuat gelombang ketakutan melonjak didalam hatinya.
Niat hati ingin memprovokasi gadis itu malah dia sendiri yang panik ketakutan sekarang, membayangkan bagaimana jika dirinya yang mati dalam ujian kali ini.
Saat ini kedua peserta ujian berdiri saling berhadapan dan Jiang Xia Yan sudah meletakkan buah apel diatas kepalanya.
“ Jika kamu bisa membunuhku dalam ronde pertama ini, maka bisa dipastikan kamu akan menjadi juaranya. Apakah kamu berani membunuhku ?....”, ucap Jiang Xia Yan provokatif.
Semua orang langsung terbelalak mendengar ucapan provokatif yang dilontarkan oleh Jiang Xia Yan kepada Lin Hao.
Semua orang sangat tahu jika selama di dalam akademi Lin Hao sedikit dimanjakan oleh para guru karena kemampuannya dalam segi akademi, terutama di bidang seni militer.
Hal itu membuatnya tinggi hati dan sering bertindak sembrono dalam segala hal, terutama jika dia sedang emosi.
“ Kurasa nona muda ketiga Jiang ini benar – benar bodoh…bagaimana dia bisa memprovokasi Lin Hao yang terkenal gampang emosi dan bertindak ceroboh dengan mudah seperti itu….”, ucap pangeran keempat Ming Jun mencemoh.
“ Jika benar Jiang Xia Yan terbunuh hari ini, kurasa Jiang Shing akan langsung menghabisi seluruh keluarga Lin dalam waktu satu malam….”, ucap pangeran ketiga Ming Xue memberikan bensin dibara api yang sedang menyala, membuat suasana semakin memanas.
Tentu saja mendengar semua ucapan pangeran ketiga Ming Xue, tubuh tuan besar Ling langsung menegang.
Tidak seharusnya dulu dia membawa anak pembawa sial itu masuk kedalam keluarganya jika hanya bisa membuat seluruh keluarganya kehilangan nyawa akibat perbuatan konyolnya yang tak bertanggung jawab itu.
Melihat wajah ayahnya menggelap, Lin Hao terlihat menelan ludah berkali – kali dan terus mengumpat dalam hati karena Jiang Xia Yan berani meremehkannya secara terang – terangan.
Dia memang dipikal pemuda yang suka pamer dan menggunakan kata – kata cerdas untuk membungkam lawannya.
Tapi, dia belum pernah menghadapi pertempuran seperti ini sebelumnya. Jika selama ini hanya hewan dan buah yang menjadi sasaran dalam latihannya.
Kali ini dia harus memanah manusia, sesuatu yang belum pernah dia lakukan. Semuanya adalah tindakan implusif darinya hanya untuk membalas dendam yang berujung membahayakan diri dan keluarga besarnya.
Namun saat ini, tidak ada jalan mundur baginya. Jiang Xia Yan yang seorang perempuan saja sama sekali tidak takut, apalagi dirinya yang seorang lelaki tulen.
Jika dia mundur dan menyerah sekarang, maka selamanya dia tak akan berani lagi untuk mengangkat wajahnya.
Memikirkan hal tersebut, Lin Hao dengan arogannya berkata “ Dalam area panahan, semua hal buruk kemungkinan terjadi. Jika kamu mati terbunuh sekarang, apakah kamu masih akan bersikap tenang seperti ini atau ketakutan seperti seharusnya….”, ucap Lin Hao lantang.
Dia mengatakan semua itu untuk menutupi rasa gugup yang melanda hatinya. Namun, tampaknya ucapannya tak membawa pengaruh apapun pada Jiang Xia Yan.
Gadis itu tetap tenang, bahkan riak ketakutan sama sekali tak terlihat diwajahnya membuat Lin Hao semakin panik dibuatnya.
Lin hao mulai mengangkat busur yang ada ditangannya dan siap menembak dengan keringat dingin memenuhi dahinya.
Sedangkan Jiang Xia Yan yang berdiri tak jauh dihadapannya tetap berdiri dengan tenang, seperti pohon yang tetap kokoh meski ditiup oleh angin kencang.
Lin Hao perlahan menarik busurnya, dia masih berharap jika Jiang Xia Yan akan berlutut sambil menangis memohon belas kasihan kepadanya agar tak menembaknya sehingga dia tak mengalami dilema seberat ini.
Sayangnya, apa yang diinginkan oleh Lin Hao sama sekali tak membuahkan hasil. Jiang Xia Yan tetap tenang di tempatnya tanpa terpengaruh apapun.
Jiang Xiulin terlihat tak senang waktu melihat ketenangan terpancar dari wajah adik ketiganya itu, padahal dia sangat berharap jika Jiang Xia Yan akan berlutut dan memohon kepada Lin Hao agar tak memanahnya.
Semua orang yang melihat ketenangan yang ditunjukkan oleh Jiang Xia Yan membuat pandangan merekapun langsung berubah.
Pangeran keempat Ming Jun dan pangeran ketiga Ming Xue yang pada awalnya menganggap jika perubahan Jiang Xia Yan palsu dan menganggap rumor yang beredar adalah kebenaran yang nyata, mulai terbuka pikirannya.
Tidak ada seoarng perempuan yang bisa berdiri dengan tenang tanpa menunjukkan ekspresi apapun ketika ada busur yang mengarah kepadanya, kecuali mereka adalah tentara perang yang siap mati demi bangsa dan negara.
“ Jika ayahnya seekor serigala maka anaknya tak mungkin seekor kucing….”, suara Han Shan Yang membuat semua orang mulai berpikir jika sikap tenang Jiang Xia Yan ini pasti diwariskan oleh Jiang Shin, seorang jenderal besar yang tak takut mati demi membela negaranya.