Pengkhianatan yang di lakukan oleh adiknya sendiri, dan calon suaminya, membuat Jelita patah hati. Wanita itu menangis di bawah derasnya air hujan hingga dia pingsan.
Siapa sangka di saat dia pingsan, Jelita di selamatkan oleh seorang CEO muda yang tampan ,dan kaya raya. Laki-laki itu membawa Jelita ke rumahnya , dan mengizinkan Jelita tinggal di rumahnya untuk beberapa minggu. Namun laki-laki itu berhati dingin ,dan seorang gila kebersihan. Kuatkah Jelita tinggal di rumah laki-laki itu ?
Yuk kita ikuti kisah cinta Jelita ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih memikirkan sang mantan
" Memangnya semua orang kemana , Sayang ? " tanya Dion begitu memasuki kamar.
" Nenek sedang tidur di kamarnya , sedangkan Mama pergi ke supermarket. Tadi Papa telepon suruh beli buah dan kue,"
" Memangnya mau buat apa ? " tanya Dion seraya menaikkan sebelah alisnya.
" Aku sendiri tidak tahu. Tapi kata Mama, kemungkinan Papa mau jodohin Kak jelita dengan seseorang."
Dion yang sedang membuka kancing baju langsung terdiam setelah mendengar ucapan sang istri. Sudut hatinya tidak rela jika Jelita menjadi milik pria lain, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia sudah memiliki istri dan wanita itu adalah adik dari mantan kekasihnya. Sungguh dia memang pria yang tidak punya hati.
Mila yang melihat Dion terdiam pun merasa geram sembari mengepalkan tangannya. Ternyata suaminya belum sepenuhnya melupakan Jelita. Akan tetapi, dia tidak ingin membuat keributan. Mila akan memastikan kakaknya menerima lamaram itu . Terlepas siapa pria itu dan bagaimana rupanya.
" Kamu mau teh atau kopi ,Sayang ?" tawar Mila yang sengaja ingin membuyarkan lamunan pria itu.
"Ko-kopi saja ,"sahutnya dengan gugup.
" Kalau begitu aku akan menyuruh Bi Inah untuk membuatkanmu kopi."Mila lalu meninggalkan sang suami. Namun , tujuannya bukan dapur melainkan kamar Jelita. Dia perlu bicara dengan Kakaknya dan memastikan sesuatu.
Wanita itu mengetuk pintu kamar Jelita berkali-kali hingga pintu terbuka dari dalam. Tampak sang kakak yang masih dengan pakaian kerjanya. Tanpa peduli dengan pemilik kamar, Mila menerobos masuk begitu saja membuat Jelita kesal.
" Ada apa ? "
" Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Mila dengan ketus.
Jelita hanya diam menunggu adiknya bicara. Bukan karena dia takut, tapi dia hanya tidak ingin mencari masalah saja . Kalau pun Jelita menolak berbicara , pasti adiknya akan memaksanya.
" Aku harap kamu menerima perjodohan yang sudah di atur oleh Papa," kata Mila seraya menatap kakaknya.
" Maksudmu ? " tanya Jelita dengan wajah yang terlihat sangat bingung.
" Kamu pasti sudah tahu kalau malam ini akan ada pria yang datang melamarmu. Aku minta kamu terima lamaran pria itu,"
Jelita tertawa sumbang mendengar ucapan adiknya itu. Bisa- bisanya adiknya ini mengatur kehidupannya. Mengenai menerima atau tidak, dia memang sudah menyerahkan pada Papanya, tetapi bukan berarti Mila bisa ikut campur setelah kegagalan sebelumnya karena ulah wanita itu.
" Aku menerima atau tidak, itu bukan urusanmu," ucap Jelita tegas seraya menatap Mila dengan tajam.
" Itu juga urusanku karena aku yakin kalau kamu masih mencintai suamiku. Pasti kamu ingin merebutnya kembali, kan ? Jangan kira aku tidak tahu kalau kamu sering meliriknya !"
Jelita kembali tertawa, dan kali ini tawanya lebih kencang. Baginya ini antara tidak percaya diri atau tidak tahu malu. Tidak percaya diri karena takut suaminya di ambil, tidak tahu malu karena dulu dia yang merebut calon suaminya, tetapi kini malah menuduh gadis itu seperti dia.
" Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan ? Aku baru tahu kalau kamu juga punya rasa tidak percaya diri juga," cibir Jelita
" Jangan asal bicara kamu. Siapa yang tidak punya rasa percaya diri ? Kamu itu tidak ada apa-apanya di banding denganku ! " geram Mila seraya menujuk Jelita .
" Oh, iya ! Aku kok tidak yakin dengan ucapanmu itu,"
" Kamu...."
" Kenapa ? Jangan mentang-mentang selama ini Papa dan Mama selalu membelamu, kamu bisa bersikap seenaknya padaku. Jangan harap ! " ucap Jelita seraya menatap adiknya.
Sudah cukup selama ini dia mengalah dengan adiknya. Sekali-kali adiknya ini juga perlu di gertak agar bisa menghormatinya sebagai kakak. Namun, sepertinya itu sia-sia jika Mama dan Papanya tidak pernah mengajarkan wanita itu untuk sopan. Entah mau jadi apa keluarga ini kelak yang tidak memiliki hati dan perasaan.
Mila menghentakkan kakinya sambil berjalan keluar kamar. Wajahnya langsung merah padam mendengar ucapan kakaknya. Dia ingin membalas ucapan Jelita, namun dia kehabisan kata-kata. Dia akan mencari cara untuk membalasnya nanti, tetapi wanita itu harus membuat Jelita menerima lamaran ini nanti. Mila menyeringai, untuk kali ini dia harus merayu sang Mama agar bisa membuat kakaknya menikah dengan pria pilihan Papanya.
Entah pria itu seperti apa, Mila tidak peduli asalkan Dion hanya untuk dia sepenuhnya.
" Aku yakin pria pilihan Papa adalah laki-laki yang tidak berguna. Karena selama ini Papa sangat membenci Kak Jelita ," pikir Mila seraya tersenyum licik.
" Sayang , ini kopinya," ucap Mila seraya menaruh kopi yang dia bawa di atas nakas.
" Kenapa wajahmu kusut begitu ? " tanya Dion seraya menatap istrinya.
"Tadi pagi Mamamu menghubungiku. Dia marah-marah denganku gara-gara kita tidak pulang. Sepertinya Mamamu tidak akan pernah suka denganku,"ujar Mila seraya menekuk wajahnya.
" Sabar , ya sayang. Lama-kelamaan juga Mama bisa menerimamu. Tidak usah di masukkan ke hati ucapan Mama," hibur Dion seraya memeluk istrinya