warning!!
terdapat umpatan dan **** ***** bijaklah dalam berkomentar
karya ini merupakan karya asli author!
jika ada kesamaan tempat, nama dan waktu itu bukan kesengajaan!!
Aurora steffani Leandra, seorang gadis yang terpaksa menerima takdir jika dirinya telah dijual oleh sang ibu tiri demi uang, dirinya dilelang pada sebuah perkumpulan mafia dan bos besar. hingga akhirnya seorang mafia kejam bernama Liam Emiliki Kyler membelinya. bagaimana nasib Aurora??
silahkan membaca kelanjutanya berikut..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Storyku_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Liam menarik tangan Aurora dan menguncinya hingga Gadis itu tidak bisa bergerak. Dengan cepat ia mendaratkan bibirnya pada bibir aurora dan mengigitnya.
...****************...
Aurora mendesis menahan rasa sakit, air matanya mengalir deras. liam melepaskan cengkramannya lalu mendorong Aurora hingga terjatuh di atas tempat tidur.
Bibir ranum Kini mengeluarkan darah...
Aurora merangkak mundur ketika melihat liam mendekat ke arahnya dan mencoba mengukungnya. Jantung aurora berdetak dengan cepat ia takut apa yang akan liam lakukan padanya
"kau kelinci yang nakal sepertinya kau harus merasakan sakit agar menurut denganku"
Liam naik ketempat tidur dan membuat aurora gemetar. Wajahnya sudah memerah dengan bibir yang berdarah rambut panjangnya sudah berantakan.
SREEKKKKK
Liam merobek pakaian aurora kini pakaian yang sudah terbuka semakin terbuka namun saat liam ingin mengesekusinya lebih jauh tiba tiba....
TOK TOK TOK
liam menoleh ke arah pintu "SIALL..berani sekali mengangguku" umpat liam yang turun dari tempat tidur.
Ia berjalan kepintu dan membukanya namun belum sempat anak buahnya berbicara sebuah pukulan mendarat sempurna ke wajah anak buahnya hingga terhuyung.
"sudah aku katakan jangan mengangguku! Berani sekali kau!!!" bentak liam menggelegar
Laki-laki itu kembali berdiri dan sedikit membungkuk "Maaf tuan Tapi bos besar datang dan ingin bertemu tuan, dan sekarang Bos Besar berada di ruang kerja tuan
liam tak berkata lalu masuk ke dalam kamar...
Kembali mendekat kepada Aurora yang gini menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. ia mendekat hingga nafas liam mampu tercium oleh Aurora.
"Kita tunda dulu cantik pastikan kamu merubah sikapmu, jika kau tak mau terluka dan setelah ini kita akan bersenang-senang"
Liam bangkit dari tempat tidur lalu meninggalkan aurora.
"aku tak akan mau kau sentuh!!! Dasar brengsek kau!!!" teriak aurora
liam menutup pintu dan berjalan menuju ruang kerja "dasar gadis nakal"
Aurora terdiam diri diatas tempat tidur matanya menatap kosong pada jendela dengan pemandangan langit dengan bulat yang bersinar terang, air matanya jatuh tanpa permisi.
Isak tangis memecah sunyi ruang kamar itu, tubuhnya bergetar seiring rasa sesak yang memenuhi ronga dadanya.
"ayah kenapa kau meninggalkanku, apa kau tau kondisiku saat ini, aku harus bagaimana ayah...!!!' lirihnya
Tanganya gemetar mengusap air matanya yang tak mau berhenti mengalir membasahi pipinya. tidak ada jalan baginya selain bunuh diri.
ia turun dari tempat tidur pakaiannya sudah terkoyak tak berbentuk lagi. ia menatap sekeliling kamar dan mendekati pintu balkon sialnya pintu itu terkunci.
Aurora terus mengelilingi kamar tanpa sengaja ia menemukan sebuah pisau kecil yang tergeletak dibawah tempat tidur.
Ia melangkah perlahan dan mengambil pisau itu.
"ayah..aurora akan ikut ayah..!"
ia melangkah menatap pintu balkon dengan membawa pisau ia mengangkat tangan kirinya lalu tangan kanannya yang memegang pisau ia arahkan ke tangan kiri ia memejamkan matanya dan berkata.
"selamat tinggal semua derita...!"
Liam yang sudah selesai dengan urusannya, masuk kedalam kamar namun matanya terbelalak saat melihat aurora telah memegang pisau. Dengan cepat iya meraih pisau itu dan membuangnya.
"Apa yang kau lakukan!" teriak liam
"lepaskan aku!!! Aku tak mau kau sentuh, lebih baik aku mati saja!!!" teriak aurora
liam mencengkram wajah aurora sepasang manik mata itu pun saling menatap, hanya saja tersimpan kesedihan yang berbeda.
"kau ingin mati hah!!" bentaknya
"jika kau menyentuhku lebih baik aku mati saja hah!!"
"bunuh saja aku!!!"
"baik, aku akan mengabulkan permintaanmu!"
Liam mengangkat aurora diatas pundaknya lalu berjalan keluar kamar dengan aurora yang terus memberontak. Para penjaga yang liam lewati hanya memandang tanpa berani bertanya. Termasuk dori yang sedang berdiri disana.
Iya tersenyum kecil karena liam cukup lama mengeksekusi gadis yang mereka beli, biasanya liam akan memakai lalu menjadikannya pelayan. Tapi kali ini liam malah sibuk mengurusi gadis yang cukup pembangkang.
Liam membuka sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat penyiksaan. Aurora terdiam jantungnya terasa ingin copot melihat senjata api, pisau dan samurai, serta rantai-ranti besar yang tergantung juga sebuah tali tergantung.
Dengan cepat liam menurunkan aurora dan menatapnya tajam.
"kau ingin mati kan? Hari ini kau akan mati!! Jangan memohon untuk nyawamu!!"
"aku tak akan memohon apapun padamu!!!"
"dasar gadis bodoh!"
Liam kembali berdiri dengan kasar ia menarik tangan aurora. Hingga tubuhnya tertari kemudian ia mengikat kedua tangannya dengan rantai dan kedua kakinya pun diikat dengan rantai.
"Apa yang kau lakukan!" teriaknya gemetar
"aku akan bermain-main denganmu setelah itu aku akan membunuhmu. Tapi kau masih punya kesempatan untuk memohon padaku."
"qku tak akan memohon padamu!"
"kau!! Keras kepala juga ternyata!"
Liam membuka dan menyalakan sebuah perapian untuk membakar besi panas yang merupakan cap tanda anggota mafia yang lucas pimpin.
Terlihat besi itu memerah. Aurora menelan ludahnya kasar jantungnya berdebar keringat dingin membasahi wajahnya. Ia sudah tau selanjutnya apa yang akan terjadi.
Liam mendekat kearah aurora dengan membawa besi yang memerah itu.
"Apa kau meminta ampunan??"
Aurora terdiam tak peduli ia mengalihkan pandangan atas apa yang akan liam lakukan. Asalkan kehormatannya masih terjaga.
Liam mencengkram wajah aurora hingga membuat wajah itu memerah dan terus mengeluarkan air mata yang terus membasahi wajahnya.
"lakukan apa yang ingin kau lakukan tuan!!" ucapnya
"kau benar-benar menguji kesabaranku!!"
Liam melepaskan cengkramannya hingga wajah itu menoleh kesamping. Ia mengambil kembali besi panas itu dan menempelkan pada punggung aurora.
"AAAAAAKKKKKKKK!!!" teriak aurora
lengkingan keras itu memenuhi ruang penyiksaan. Aurora menatap liam sekilas setelah itu ia kehilangan kesadaran.
Tubuh kurus itu sekarang lunglai rantai-rantai pengikat tubuh gadis ini menompangnya.
Liam kembali meletakan besi panas itu ketempatnya setelahnya mendekat kearah aurora dan mencengkram wajah gadis itu.
"kau akan aku jinakkan baby!" ucapnya
Liam melangkah keluar terlihat dori yang sedang berdiri didepan pintu.
"pasang alat pelacak pada tubuh gadis itu, lalu bawa kekamarku pastikan tidak ada yang berani menyentuh tubuhnya!"
"baik tuan!"
Dori melihat liam yang memasuki kamarnya dan tersenyum, tak ada satu pun wanita yang ia minta untuk pasang alat pelacak pada tubuhnya Tapi kali ini berbeda.
Dori memasuki ruangan penyiksaan dan terlihat aurora yang terkulai lemas.
Dori berkutat cukup lama untuk membungkus badan aurora seperti kepompong dan membawanya keluar dari ruangan itu.
Dori mengangkat tubuh gadis itu dibantu anak buah yang lain untuk membawa aurora ke kamar liam berada.
Dori masuk kekamar liam dan melihat liam sedang berada didepan cermin dengan mengobati lukannya.
"maaf tuan kemana saya harus meletakan gadis ini?" tanya dori yang masih berdiri.
Liam menoleh singkat "letakan pada tempat tidurku dan miringkan tubuhnya lukanya masih basah!"
Dori melangkan dan meletakan aurora diatas tempat tidur lalu ia melangkah keluar