Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Kau...!
Delvin mengambil hasil tes DNA milik si kembar di rumah sakit lain. Saat dokter memberikan hasil laporan tes DNA itu, jantung Delvin berdegup kencang dengan tangan yang begitu gemetar.
Antara rasa takut jika terbukti si kembar bukan anak-anaknya.
"Ya Allah. Aku mohon dengan laporan tes DNA ini, aku ingin membungkam gadis itu yang mengerjai aku untuk menikahinya bila ingin bertemu dengan anak-anakku.
Jika laporan ini benar si kembar putra-putriku, aku mau lihat apakah gadis itu seorang penipu atau tidak.
Aku tidak ingin di manipulasi gadis itu dengan memanfaatkan si kembar hanya untuk mendapatkan aku. Semoga saja kami tidak akan pernah bertemu lagi atau aku akan membuat perhitungan dengannya."
Ucap Delvin lalu membuka laporan itu yang menyatakan,
Hasil tes DNA dari ananda Ciky dan Chiko memiliki kecocokan dengan DNA tuan Delvin sebanyak 99,99%.
"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih Engkau telah mempertemukan kami."
Saking bahagianya saat mengetahui si kembar anak kandungnya, Delvin langsung sujud syukur.
Ia segera pulang menemui si kembar dan membeli hadiah yang banyak untuk anak-anaknya itu.
Sementara Eca di rumah sakit masih berkutat menjalani operasi jantung pada pasiennya.
"Saat turun dari mobil, pelayan membantu menurunkan dua sepeda, televisi, kulkas kecil, PS keluaran terbaru. Dan juga tidak ketinggalan ponsel terbaru untuk si kembar.
"Ayah! Ini semua untuk siapa?"
Tanya Chiko yang melihat barang-barang itu sudah berada di ruang keluarga.
"Tentu saja semua ini untuk kalian sayang. Ayah akan meminta pelayan untuk memasang televisi dan kulkas di kamar kalian. Bukankah kalian ingin televisi ukuran 43 inc dan kulkas seperti di kamar hotel itu?"
"Hmm!"
"Apakah ada ponselnya juga ayah?" Tanya Ciky yang baru keluar dari kamarnya.
"Tentu saja sayang"
"Wah! Ayah tahu saja apa yang Ciky butuhkan."
Ucap Ciky langsung mengecup pipi ayahnya.
Delvin langsung menggendong tubuh Ciky dan memeluk gadis kecilnya itu penuh kasih sayang.
"Ayah! Ulang tahun kami dua bulan lagi ayah. Kenapa kasih hadiah sekarang."
"Ayah sedang merayakan keberhasilan ayah sebagai ayah kalian, sayang."
Sahut Delvin dengan jawaban ambigu yang membuat si kembar tidak mengerti.
"Ayah adalah ayah kami yang terbaik sedunia."
Ucap Ciky dan Chiko serentak.
"Benarkah sayang?"
"Apakah ayah tidak percaya dengan kami anak kandung ayah sendiri?" Tanya Chiko.
Ciky dan Chiko mengecup pipi ayahnya lalu memeluk tubuh Delvin dari kedua sisi. Delvin merangkul kedua anaknya. Tangisnya akhirnya pecah karena rasa harunya yang menyesakkan dada.
"Tentu saja sayang! Ayah sangat percaya pada kalian."
Ucap Delvin sambil berurai air mata.
"Astaga! Kenapa ayah menangis? Ayah tidak pernah seperti ini lho!"
Ciky mengusap air matanya Delvin terlihat heran.
"Ini air mata bahagia sayang. Ayah bangga memiliki kalian. kalian adalah harta ayah yang terbaik yang pernah ayah miliki dalam hidup ayah." Ucap Delvin.
"Begitupun kami ayah!"Timpal Chiko ikut haru.
"Apakah kami bisa membuka ponselnya ayah?" Tanya Ciky yang sudah tidak sabaran.
"Boleh sayang!"
Ucap Delvin sambil membantu Ciky membuka kardus ponsel baru milik Ciky.
Dalam sekejap keduanya sudah sibuk main game dan tidak peduli lagi pada ayahnya.
Dirumah sakit, Eca berhasil melakukan pencangkokan jantung pasiennya. Eca segera meninggalkan kamar operasi dan membiarkan tim dokter lain menyelesaikan sisanya dengan menutup kembali dada pasien dan menjahitnya dengan rapi.
Dokter Gaes menyambut baik keberhasilan Eca yang selalu sukses menyematkan nyawa pasiennya.
"Apakah dokter Eca punya waktu?"
"Maaf dokter Gaes! Saya harus pulang karena ada janji dengan suami makan malam di luar."
Dokter Eca sepertinya sedang menghindari dokter Gaes setiap kali saudara Alin ini mengajaknya minum kopi.
"Baiklah. Maafkan saya! Salam untuk si kembar karena mami ku sangat merindukan mereka.
Kalau tidak keberatan, tolong hadir di acara pernikahan Alea, dia sangat mengharapkan kehadiran kalian. Acara pernikahannya bulan depan." Ucap dokter Gaes.
"Terimakasih atas undangannya dokter. Insya Allah saya akan usahakan untuk hadir jika tidak ada jadwal operasi dadakan pada pasien."
Ucap dokter Eca mencari alasan untuk menghindari undangan itu.
Dokter Eca segera ke ruang ganti untuk menggantikan bajunya dan menunggu suaminya menjemputnya.
"Jika aku hadir, maka aku akan bertemu dengan ibu si kembar dan aku tidak mau itu terjadi." Batin Eca.
Eca sudah mengirim lamarannya ke rumah sakit lain yang lebih hebat dari rumah sakit milik dokter Gaes. Bekerja di tempat itu membuatnya tidak lagi nyaman sejak ia tahu Alea dan Alin adalah saudara kandungnya dokter Gaes.
...----------------...
Menjelang pernikahan Alea, jadwal operasi begitu padat membuat dokter Eca menarik nafas lega. Dengan begitu ia tidak perlu menghadiri pernikahan Alea walaupun ia harus menghadapi kekecewaan dokter Gaes.
Eca yang sedang mencuci tangannya usai melakukan operasi tiba-tiba rasa pusing menyerangnya. Ia segera mengambil tempat duduk untuk meredakan pusingnya.
Dokter Shireen yang melihat sahabatnya itu langsung mendekati dokter Eca yang terlihat ingin muntah.
"Dokter Eca! Apakah kamu baik-baik saja?"
"Entahlah dokter Shiren rasanya aku ingin muntah karena kepalaku tetap saja pusing padahal aku sudah duduk."
Ucap Eca memijit keningnya sendiri.
"Ayo aku bantu ke ruang kerja kita." Ucap dokter Shireen.
"Dokter aku tidak bisa...!"
Dokter Eca langsung pingsan membuat panik dokter lainnya yang sedang mencuci tangan mereka.
Dokter Eca segera di bopong ke atas tempat tidur. Dokter Shiren langsung memeriksa keadaan Eca.
Tim dokter lainnya ikut menunggu. Dokter Shiren tersenyum saat mengetahui dokter Eca sedang hamil.
"Dokter Shiren kenapa anda malah tersenyum? Apakah jangan-jangan dokter Eca.... astaga! Apakah dia sedang hamil?"
Sambutan teman-temannya langsung heboh di ruang operasi itu saat mengetahui dokter Eca sedang hamil.
Mereka sangat terharu karena sudah empat tahun dokter Eca menantikan kehadiran seorang momongan dan sekarang baru mendapatkan kesempatan hamil.
Dokter Eca mulai siuman. Semua temannya mengucapkan selamat pada istrinya Delvin ini.
"Dokter Eca! Kami turut bahagia atas buah kesabaranmu yang akhirnya berbuah manis." Ucap dokter Hesty.
Eca menautkan kedua alisnya bingung dengan ucapan dokter Hesty.
"Hei gadis cantik! Kamu pantas mendapatkan hadiah untuk kerja kerasmu."
"Emangnya ada apa sih nih?"
Tanya dokter Eca tidak mengerti.
"Kamu tuh sedang hamil, nyonya Delvin." Imbuh Shiren membuat Eca memekik keras.
"Aaaaaakkkkkkkk!"
"Heiii! Ada apa dokter Eca?" Teman-temannya seketika panik, takut terjadi sesuatu kepada Eca.
"Aku terlalu bahagia...!"
Ucap Eca yang sengaja mengerjai teman-temannya.
"Astaga! Dokter Eca! Kami hampir mati ketakutan."
Omel dokter Hesty membuat yang lain terkekeh.
Ketika sudah merasa baikan, akhirnya dokter Eca bergegas pulang untuk menemui suaminya. Hari ini, Delvin ijin pulang telat karena ada urusan penting dengan klien.
"Apakah aku ke perusahaannya
saja ataukah langsung pulang ke rumah untuk memberikan kejutan untuk Delvin?"
Ujar dokter Eca sambil melirik jam tangannya yang baru pukul lima sore.
Karena tidak hati-hati, dokter Eca bertabrakan dengan seseorang saat keluar dari pintu lift.
"Sorry! aku tidak sengaja nona."
Ucap Eca sambil memungut barang gadis itu yang sempat jatuh.
"Tidak apa! saya yang sa..!"
Kata-kata wanita itu terhenti saat keduanya sama-sama tersentak.
"Kau...?"
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/