Khianat Cinta

POV Samara.

Setelah kepergian pak Rudi, seorang pengacara yang akan membantuku dalam mengurus gugatan perceraianku dengan Mas Syaka. Aku masih berada di dalam ruangannya Nayla, dan memikirkan cara! Agar hak asuh anak bisa jatuh ke tanganku.

"Ara, apakah kamu dan Arsyaka masih tinggal satu rumah?" tanya Nayla, menyadarkan aku yang tengah memikirkan cara. Agar hak asuh anak bisa jatuh ke dalam tanganku.

Ku jawab pertanyaan dari Nayla, dengan mengagukkan kepalaku. Karena Nayla mengetahui kedatangan Mas Syaka ke rumah, yang datang bersama dengan ibu dan adiknya.

"Bukannya kamu bilang waktu itu! Arsyaka datang ke rumah, hanya mengambil pakaian yang masih berada di dalam rumah kamu?" tanya Nayla lagi.

"Iya, aku kira! Mas Syaka akan pulang, tapi tidak tahunya? Dia sampai sekarang masih tinggal bersamaku dan anak-anak. Mungkin Mas Syaka pikir! Aku belum mengetahui tentang rumah baru yang dia beli. Sehingga dia berani tinggal bersamaku. Padahal aku sudah mengatakan pada Mas Syaka. Kalau aku sudah mengetahui pernikahannya, saat aku menanyakan tentang kecelakaan dirinya bersama dengan wanita selingkuhannya itu..."

"Apa jawaban dari Arsyaka?" Nayla memotong ucapanku. Mungkin karena ia penasaran.

"Dia hanya mengatakan maaf, dan mencoba ingin berbicara denganku. Meski sekarang ini, aku dan Mas Syaka masih satu atap. Aku terus menghindar dari dirinya, yang ingin berbicara denganku. Karena aku sudah malas mendengarkan kebohongan yang akan dia katakan padaku.  Aku hanya ingin dia pergi keluar dari rumah, yang aku tempati bersama dengan anak-anak. Toh Mas Syaka sudah mempunyai rumah baru dan juga istri baru," jawabku lirih dan memberitahukan pada Nayla, tentang Mas Syaka yang ingin berbicara denganku.

"Aku sangat yakin! Kalau sebentar lagi juga. Arsyaka pasti akan pergi meninggalkan rumahmu," ujar Nayla dengan tersenyum miring.

"Kenapa kamu bisa yakin sekali Nay?" tanyaku penasaran.

"Karena hari ini dia akan menerima surat gugatan perceraian dari kamu." Nayla memberikan surat gugatan perceraianku dengan Mas Syaka.

"Pak Rudi sudah mengurus berkas gugatan perceraian kamu ke pengadilan agama, dan aku rasa! Arsyaka tidak akan berani tinggal bersama denganmu dan juga anak-anak. Masalah hak asuh anak, aku yakin akan jatuh ke tanganmu, dan aku juga akan terus membantumu Ra. Sampai kamu bisa mendapatkan hak asuh anak," lanjutnya lagi.

"Terima kasih Nay. Kalau begitu aku pamit pulang," sahutku berpamitan pada Nayla.

"Iya, hati-hati Ra di jalannya," ujarnya yang seperti mencemaskanku.

Aku mengagukan kepala sambil tersenyum ke arah Nayla. Agar Nayla tidak mencemaskan keadaanku, aku pun segera melangkah pergi meninggalkan restoran Andini Food milik Nayla.

Di tengah perjalanan.

Aku berhenti di sebuah danau, aku tidak ingin pulang ke rumah terlebih dahulu. Karena di dalam rumah masih ada Mas Syaka, untuk saat ini! Aku tidak ingin berbicara dengan Mas Syaka, biarlah ia menerima surat gugatan perceraian yang akan di kirim ke rumah hari ini. Agar ia mengetahui, kalau aku ingin bercerai dengannya.

Kepercayaan dan kesetiaan ku, di balas dengan sebuah perselingkuhan.

Entah apa salahku? Sampai Mas Syaka mengkhianati cinta tulus, yang aku berikan kepadanya. Aku tidak akan bisa menjalani pernikahan, dengan harus berbagi suami, cinta kasih dan juga sayang dari suamiku. Aku hanya ingin! Suami yang akan tetap menjadi suamiku dan ayah bagi anak-anakku, tanpa harus berbagi itu semua dengan wanita lain.

Aku juga tidak akan sanggup jika harus jauh dari ketiga anakku, jika hak asuh anak tidak jatuh ke dalam tanganku.

"Ara!" itu seperti suara Rayanza yang memanggilku. Aku pun yang sedang duduk di tepi danau, mencoba menengok ke belakang. Untuk memastikan, apakah itu benar Rayanza yang memanggilku?

"Kok, kamu bisa ada di sini?" tanyaku pada Rayanza yang datang menghampiriku.

"Aku melihat kamu pergi dari restoran milik Nayla, dan aku pergi mengikuti kamu," ucapan Rayanza sama persis dengan ucapannya, yang pada saat itu! Rayanza bertemu denganku di rumah baru milik Mas Syaka.

"Ada masalah apa lagi Ra?" lanjutnya lagi, yang seperti bisa membaca raut wajahku yang sedang berpikir tentang cara mendapatkan hak asuh anak, tanpa harus berbicara dengan Mas Syaka.

Aku menghela nafas panjang, dan rasanya tidak sanggup menceritakan permasalahanku pada Rayanza.

"Tidak ada apa-apa kok. Ray," kilahku yang tidak mau merepotkan dirinya. Jika aku mengatakan tentang permasalahan yang sedang aku pikirkan.

"Pasti kamu habis bertemu dengan pak Rudi, dan membicarakan tentang harta gono-gini dan juga hak asuh anak. Benar begitu?" ucap Rayanza, yang mengetahui pertemuan aku dan pak Rudi di ruangannya Nayla.

Aku mengkerutkan kening. "Dari mana kamu bisa mengetahui itu?" tanyaku penasaran. Karena Rayanza bisa mengetahui pertemuanku dengan pak Rudi di dalam ruangannya Nayla.

"Aku bertemu dengan pak Rudi. Saat aku akan masuk ke dalam restoran, dan mengajaknya berbicara sebentar. Jadi aku bisa mengetahui inti pembicaraan antara kamu dan juga pak Rudi," jawabnya menjelaskan kepadaku.

"Iya Ray, kamu benar," sahutku lirih sambil menundukkan kepala.

"Aku mempunyai bukti video perselingkuhan Arsyaka dengan selingkuhannya, ini akan menjadi bukti yang sangat kuat Ra." Rayanza memberi handphonenya kepadaku, dan memperlihatkan video Mas Syaka dan Chelsea yang sedang berciuman di rumah baru milik Mas Syaka. Dan di video itu juga, tertera jelas tanggal dan waktu mereka berdua melakukan itu. Jadi aku tidak mengkhawatirkan lagi, tentang hak asuh anak yang pasti akan jatuh ke dalam tanganku.

"Dan aku rasa! Video perselingkuhan itu, akan menjadi bukti yang sangat kuat di persidangan perceraian kamu dengan Arsyaka. Pasti ketua hakim akan memberikan hak asuh anak pada kamu. Dan untuk masalah keuangan kamu, yang jika nantinya kamu akan menjadi singel parent. Aku akan memberikan modal usaha untuk kamu berjualan kue di toko. Bagaimana menurutmu?" Rayanza begitu baik ingin membantuku. Bahkan ia sampai bisa merekam video perselingkuhan Mas Syaka dengan Chelsea.

Karena saat itu, aku ingin memergoki perselingkuhan mereka berdua. Dan melampiaskan kekesalan ku, yang melihat Mas Syaka berselingkuh di depan mataku. Tapi itu semua di cegah oleh Rayanza, sehingga aku tidak bisa melabrak mereka berdua.

"Terima kasih Ray, kamu mau membantuku. Tapi maaf, aku rasanya tidak bisa menerima tawaran dari kamu, yang ingin memberikan modal usaha untukku. Biarkan aku mengumpulkan uang dari usahaku sendiri, aku tidak mau terus merepotkan kamu," tuturku yang tidak menerima tawaran dari Rayanza, yang ingin memberikan modal usaha untukku.

"Kamu terima saja tawaran dariku Ra, atau bagaimana! Kalau kamu bisa menganggap uang modal usaha, yang aku berikan sebagai pinjaman." Rayanza tetap menyuruh aku untuk menerima tawaran modal usaha yang akan dia berikan kepadaku.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum, berharap Rayanza bisa mengerti dengan keputusanku. Bukannya aku menolak rejeki, tapi aku hanya tidak mau terus-terusan merepotkan dirinya dan juga Nayla sahabatku.

Aku melihat ke arah jam tangan yang aku pakai, dan sebentar lagi anak-anakku akan pulang sekolah.

"Aku pamit ya Ray. Sebentar lagi anak-anak akan pulang sekolah, dan hanya ucapan terima kasih yang saat ini aku bisa katakan. Karena kamu telah membantuku, terima kasih sekali lagi Ray." aku mengucapkan terima kasih kepada Rayanza.

Karena berkat dirinya, aku bisa mendapatkan hak asuh anak yang pasti akan jatuh ke dalam tanganku. Karena Rayanza telah mendapatkan bukti perselingkuhan Mas Syaka dan Chelsea.

"Iya sama-sama Ra, hati-hati di jalannya." balasnya sambil tersenyum.

"Aku harap kamu pikirkan kembali tawaranku ini," lirih Rayanza yang masih terdengar olehku. Karena aku sudah pergi meninggalkan dirinya, yang masih duduk di tepi danau.

"Maaf Ray, aku tidak ingin terus merepotkan kamu, bukti yang kamu berikan padaku sudah membuat aku senang. Karena hak asuh anak, kemungkinan besar akan jatuh ke tanganku. Tapi untuk tawaran darimu, aku rasanya tidak bisa menerimanya," batinku sambil pergi menuju sekolah. Untuk menjemput ketiga anakku, yang akan pulang sekolah.

Aku yang sudah menjemput ketiga anakku pulang dari sekolah, segera mengajak mereka bertiga pulang ke rumah.

Sesampainya aku di depan rumah, aku kaget melihat mobil milik ibu mertua dan juga mobil yang tidak aku tahu terparkir di depan rumah.