Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpesona
Hati terasa bahagia saat ulang tahun kali ini banyak sekali kado berdatangan, dari teman dan rekan-rekan kerja. Mata terus saja sibuk membuka satu-persatu hadiah, dan kini tangan berusaha mencari sesuatu dari tumpukan hadiah, yaitu untuk menemukam hadiah datang dari seseorang yang tak penting, tapi aku inginkan yaitu pengawalku sendiri Dio.
"Dio ... dio?" panggilku.
"Dio ... dio, kamu sudah tidur 'kah?" tanyaku yang heran, sebab tak ada sautan jawaban darinya.
Jadi kesal sendiri sebab tidak ada celoteh balik darinya.
"Haaaiiist, bocil Dio ini, beneran sudah tidur kayaknya," gerutuku berbicara pada diri sendiri.
Karena penasaran akhirnya akupun langsung turun dari kasur, yang mencoba memeriksa Dio, apakah sudah tidur beneran apa tidak?.
"Ya ampun Dio, begitu mudahnya kamu ini tidur? Ganti baju belum, sikat gigi belum, sudah main tidur nyenyak sekali. Tadi disuruh bantuin buka kado, eeee ... kamu malah ninggalin aku duluan untuk tidur. Heehhhh, dasar!" Kekesalanku mau marah tapi ngak bisa.
Tubuhnya yang terkurep tidur, kini sudah kucoba dekati dengan cara duduk didepan, sambil memandangi wajahnya yang kelihatan teduh dan menyenangkan sekali.
"Tak pernah kuduga akan menemui keindahan yang memukau diwajahmu, yaitu keelokan yang sebelumnya tak pernah kujumpai. Saat engkau mengukir senyuman dari bibirmu, aku merasa sudah tenggelam dalam pesonamu. Aaaah ... Dio, aku tak menyangka bila wajah kamu akan setampan ini. Sungguh aku tak menduga ternyata kamu bisa jadi pengeran sempurna yang telah mengoyahkan bentengku," guman hati terus menatap wajah Dio, dengan mulutku sudah senyam-senyum terus melihatnya.
Diriku terus saja memandang wajah Dio yang sangat menawan, hidungnya yang mancung, kulit putih bersih, bibirnya yang tipis, serta rambut pendek lurus berwarna hitam dan berponi, membuat pesonanya seakan-akan sudah menyihirku.
"Terpesona ... sungguh aku terpesona ... pada pandangan pertama. Tak kuasa diriku ingin menatap wajahmu yang tampan ... sungguh terpesona ... terpesona, hahahaha!" nyanyianku dalam hati, sambil menatap wajah Dio yang masih terpejam.
"Heeeh, aku cuma bercanda saja Dio. Kamu jangan langsung klepek-klepek, tapi kalau kamu jatuh citrong padaku tak apa, malahan aku akan menolak kamu secara mentah-mentah langsung, hahahahha! Sebab kamu tahu sendiri 'lah hatiku ini hanya untuk dua cowokku saja yaitu Joan dan Reyhan. Aduh sungguh malang ... malangnya nasibku ... sebab ditolak majikan, hahahaha!" nyanyianku lagi dalam hati, sambil menahan tawa cekikikan pelan-pelan, agar Dio tidak bangun.
"Jangan lama-lama menatap wajahku terus?" Suara mengelegar khas pria, tiba-tiba terdengar.
Dug deg, jantungku seketika terkejut, dengan tubuh merespon cepat terjingkat kaget, hingga melompat sedikit terjatuh duduk kebelakang. Tangan kini sudah mengelus-elus dada, sebab rasa kagetnya bukan kepalang.
"Haaaahhh, bikin jantungan saja kamu Dio, tiba-tiba kamu itu main bangun begitu saja," Kekesalanku masih sibuk mengelus dada.
Dio terlihat sudah bangkit dari tengkurep tidur, dan kini berposisi duduk tegak menatap kearahku. Terus nengelus dada sebab jedag jedugnya belum berhenti.
"Hahahahha, salah sendiri. Kenapa juga non Dilla tadi menatap wajahku dengan seksama? 'Kan akunya juga penasaran, dan cepat-cepat langsung membuka mata. Apa jangan-jangan non Dilla sudah terpesona kepada wajahku," tebaknya.
"Hiiiich, kege'eran amat jadi orang. Siapa juga menatap wajah kamu, jangan main tuduh sembarangan," pungkiranku memelengoskan wajah
"Bener nih? Ngak bohong 'kan?"
"Enggak."
"Tadi bukannya Non sedang melihat seksama wajahku, ya? Lantas ngapain Non Dilla duduk dekat-dekat dikasurku ini kalau memang sedang tidak memperhatikan?" tanyanya yang membuat mati kutu tidak bisa menjawab.
"Memang ngak boleh? Lagian ini tuh kamarku, dan yang seharusnya menyingkir itu kamu?" Nyolotnya suaraku tak senang.
Seketika akupun langsung berdiri, dan kini coba duduk dikasurku sendiri.
"Bener juga apa yang Non katakan, tapi beneran 'lah aku tidur disini bukan ada maksud apa-apa, melainkan untuk menjaga keamanan kamu saja."
"Baguslah kalau bisa menahan diri."
"Eemmm, tapi tadi kayaknya aku mimpi deh, ada wanita senyum-senyum didepan mukaku, tapi anehnya dia hilang saat aku membuka mata," ucapnya konyol.
"Hahahaa, Dio ... Dio. Setiap mimpi kalau sudah bangun pasti hilang. Dasar bocil, masak pintar-pintar kamu ngak tahu."
"Tapi aku tadi beneran mimpi, tapi kayak semua itu seperti nyata. Apa jangan-jangan tadi Non Dilla beneran memandangi wajahku ketika tidur? Dan sudah senyum-senyum saat melihatku," tebaknya lagi.
Masih saja kekuh dan percaya diri kalau tadi aku beneran menatap wajahnya.
"Haaiiist, aku tadi ngak sengaja duduk didekat kasur kamu, untuk memastikan kamu itu tidur apa enggak, sebab mau kusuruh bantu membuka kado. Kege'eran kamu itu sudah terlalu melambung tinggi.
Lagian siapa juga yang mau sama kamu, yang cupu dan sok-sok'an ganteng itu." Alasanku memjawab berbohong.
"Beneran ya apa Non katakan, ok 'lah! Aku percaya. Yang jelas tadi aku melihat perempuan telah senyum-senyum menatap wajahku, dan aku menduga kalau itu Non Dilla, sebab terpesona atas perubahanku," jawabnya yang masih ngeyel.
"Haaaaiiiissst," Kedongkolanku.
"Ya ampun, apakah Dio beneran melihatku saat menatap wajahnya? Apakah dia tadi hanya pura-pura tidur, dan melihat aksiku? Mati ... mati aku. Aahhh, sungguh malunya jika dia beneran tahu. Kamu juga bodoh sih Dilla, sudah berani mencuri-curi untuk mengagumi wajahnya, jadinya Dio sudah gede banget kege'erannya. Tapi tak apalah, toh semua sudah terjadi, yang terpenting sekarang Dio percaya bahwa itu hanya mimpi bukan nyata," rancau hati berbicara pada diri sendiri.
Sebab malu atas tuduhan Dio, kini wajah kututup dengan selimut tebal untuk menghindar dari tatapan Dio. Entah apa yang dilakukan Dio sekarang, yang jelas dia sudah masuk ke dalam kamar mandi, dan tanpa terasa diriku sudah mulai sayu-sayu mengantuk.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️