Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Tidak Nyaman
Rangga menatap Astrid yang dibonceng oleh Junaidi. Cewek itu tampak memeluk Junaidi dengan erat. Tiba-tiba Rangga jadi penasaran dengan ucapan Ifan tadi. Mungkin saja Astrid berbohong mengenai alasan dirinya pindah ke desa.
"Menurutku apa alasan Astrid pindah ke desa?" cetus Rangga.
"Entahlah. Mungkin karena berbuat masalah? Kita bisa lihat dari sikapnya yang agak beda," sahut Ifan.
Bersamaan dengan itu, mereka tiba di sekolah. Rangga dan Ifan segera turun dari motor. Di parkiran Junaidi sudah menunggu mereka. Sementara Astrid katanya sudah duluan ke kelas.
"Kau berantem ya sama Astrid?" tanya Junaidi.
"Begitulah. Astrid kayaknya suka marah sama hal yang kecil. Padahal aku cuman negor dia nggak meluk loh pas dibonceng. Terus dia ngambek," jelas Rangga panjang lebar.
"Cewek emang sulit dimengerti," komentar Junaidi. "Emakku juga begitu soalnya. Dikit-dikit ngambek."
"Lah, kalau itu emang kaunya aja yang bikin ulah," timpal Ifan.
"Enak aja!" balas Junaidi.
Rangga memutar bola mata jengah. Dia mengambil ponsel dan membuka akun media sosial milik Astrid. Dirinya jadi penasaran tentang Astrid. Terutama terkait kepindahannya ke desa.
Saat memeriksa akun media sosial, Rangga menemukan ada komentar temannya Astrid di salah satu foto. Komentarnya sedikit mencurigakan.
'Kau dimana sekarang? Kok menghilang setelah insiden itu?'
Tanpa pikir panjang, Rangga langsung mengirim pesan pada akun bernama Santi itu. Dia menanyakan perihal Astrid. Namun sayangnya pesan Rangga tidak dibalas langsung. Ia harus menunggu.
Ketika jam istirahat tiba, Astrid datang menghampiri Rangga.
"Setelah dipikir-pikir, aku yang berlebihan. Maaf ya, Ga..." ungkap Astrid.
"I-iya. Aku juga minta maaf," tanggap Rangga.
"Aku cuman nggak mau kehilanganmu," ucap Astrid sembari tersenyum tipis. Dia lantas mengajak Rangga dan yang lain untuk makan ke kantin.
"Apa kau puas dengan yang kemarin?" bisik Astrid seraya menggandeng tangan Rangga.
Mata Rangga membulat. Dia tentu paham topik yang dibicarakan Astrid. Apalagi kalau bukan hal yang mereka lakukan di kamar Astrid kemarin. "Hush! Jangan bicarain itu di sekolah," balasnya.
"Kenapa? Nggak ada yang tahu kok. Gimana? Kau mau lagi?" tanggap Astrid.
Rangga tersenyum kecut. "Mungkin nanti," ungkapnya. Sungguh, dia mulai tidak nyaman dengan Astrid. Tak peduli dengan segala hal yang sudah dilakukannya bersama perempuan tersebut.
Astrid selalu menempel seperti prangko. Ifan dan Junaidi bahkan mulai menganggapnya berlebihan. Astrid seolah tak mau lepas dari Rangga.
...***...
Sepulang sekolah, Rangga mengantar Astrid pulang terlebih dahulu. Setelah itu barulah dia pulang ke rumahnya. Rangga mendengus lega saat sampai di rumah. Ia duduk ke sofa.
"Kau kenapa? Tumben capeknya sampai segitunya," tegur Dita.
"Aku capek sama seseorang. Ternyata pacaran itu nggak enak ya, Kak!" sahut Rangga.
"Kamu bicarain Astrid?" tebak Dita.
"Kok tahu?"
"Ya iyalah, kan kemarin aku sudah ketemu Astrid. Dia memang agak beda sih. Terutama dibanding sama kamu. Astrid orangnya agak blak-blakkan, sementara kau agak pendiam. Apa dia terlalu cerewet?"
"Nggak juga. Dia tuh agak aneh. Gimana ya jelasinnya. Pokoknya beda aja dari cewek kebanyakan. Dia juga terlalu nempel."
Dita terkekeh mendengarnya. "Itu berarti dia cinta banget sama kamu. Harusnya kau senang dong," tukasnya.
"Tapi aku nggak suka sama yang terlalu nempel begitu."
"Jadi kau suka..." ucapan Dita terhenti saat ponselnya bergetar. Dia mendapat sebuah pesan dari temannya. Saat membuka pesan itu Dita tampak kaget. Matanya terbelalak tak percaya.
...____...
*Aku mau tanya, kalian upnya mau berapa kali sehari?
Btw guys, aku mau bagi hadiah lagi buat pembacaku. Khususnya untuk novel ini.
Pertama untuk peraih rangking hadiah teratas, komen terbanyak dan terniat, terakhir adalah pemenang kuis terkait novel ini. Selain hadiah, aku juga akan kasih 300 poin untuk yang terpilih itu. Semuanya akan diumumkan pas novel ini tamat ya... Makasih...
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari